09 - Masih tidak berubah?

307 47 4
                                    

Keesokan harinya, Xiao Zhan dibuat geram dengan tingkah Yuchen yang belum berubah. Dengan tenang dia melemparkan vas kayu ke arah kepala Yuchen, tidak, bukan tepat ke kepalanya, tapi sedikit menyerempet. Menimbulkan pekikan kaget dari orang-orang yang melihatnya.

“Ah, tepat sasaran. Beruntung anda tidak menggerakkan kepala anda, tuan muda Cao.” Xiao Zhan tersenyum, tidak, maksudnya menyeringai pada Yuchen yang sedang ketakutan dihadapannya.

“Dasar psikopat!” Xiao Zhan tidak merasa sakit hati, dia berjalan mendekati Yuchen dengan perlahan. Menambah tekanan ketakutan pada Yuchen secara perlahan-lahan. “Ya. Lalu? Anda ingin bergabung menjadi salah satu korban saya?” Yuchen bersingut mundur dia menggelengkan kepalanya cepat.

“Tuan Muda Cao, jangan mati ketakutan dulu. Ini baru hari kedua. Saya lebih suka menyiksa korban saya secara perlahan-lahan. Menikmati setiap ekspresi ketakutan mereka. Membuat mereka berpikir bahwa lebih baik mereka mati saja. Tapi tenang, anda jangan takut. Anda jauh lebih terhormat dari mereka. Karena saya yang akan menyiksa anda secara langsung.”

Pandangan Xiao Zhan teralihkan pada pria manis yang sedang menatapnya dengan terkejut. Hoodie baby blue dengan bermotif singa di dadanya menyembunyikan fakta bahwa pria itu telah memiliki dua orang putra. Seakan tak terjadi apapun, Xiao Zhan mendekati Yibo, “Nyonya muda, anda tidak ke kantor?”

“Tidak, Zhan-ge. Para penatua tua menyebalkan itu melarang aku untuk ke kantor dan menyuruhku tetap di rumah untuk melakukan pendekatan dengan si brengsek Cao itu.” Xiao Zhan mengangguk paham. Dia pun memilih untuk enggan ikut campur terlalu dalam dengan urusan pribadi sang nyonya.

Xiao Zhan berjalan ke kamarnya untuk mengambil laptop dan beberapa berkas yang dia bawa kemarin tapi tidak sempat dia lihat. Saat kembali ke ruang tengah, Xiao Zhan melihat Yibo yang menatap Yuchen dengan datar. Bibirnya terkatup rapat, keheningan yang mencekam pun melanda mereka berdua, membuat para pelayan merasa canggung.

“Bibi Li, saya ingin minta tolong buatkan kopi boleh? Tanpa gula.” Setelah mendapat anggukan, Xiao Zhan duduk di sofa tunggal yang menghadap langsung ke jendela luar. Menghidupkan laptopnya dan mulai mengetik sambil sesekali melihat tumpukan kertas di sebelahnya.

“Tuan Zhan, ini kopinya.” Xiao Zhan mengangguk singkat. Dengan dua kancing kemeja putih yang terbuka, pandangan yang fokus ke layar 14 inci itu, ditambah aura kepemimpinan yang kuat, membuat Xiao Zhan tidak terlihat seperti pengasuh. Ah, memang dari awal sebenarnya dia bekerja untuk mengisi waktu kosongnya saja kan?

Yibo menatap Xiao Zhan dengan lekat, mengabaikan Yuchen yang sedari tadi mencoba menarik perhatiannya. Dia meninggalkan Yuchen dan menghampiri Xiao Zhan. “Zhan-ge…”

“…”

“Zhan-ge~”

“…”

“Zhan-ge.”

“…”

“YAK! ZHAN-GE!”

“Mn? Butuh sesuatu?”

“Ck! Sebenarnya siapa disini yang menjadi bos, hah?! Kenapa malah Zhan-ge yang terlihat seperti tuan rumahnya. Aaaaaaaa! Zhan-ge! JANGAN MENGABAIKAN AKU!”

Xiao Zhan mengalihkan pandangan dari laptopnya. Menatap sang nyonya dengan datar, “Apa yang anda butuhkan nyonya?”

“Perhatianmu.” Xiao Zhan tersentak kecil. Mengabaikan ucapan Yibo dia kembali fokus pada pekerjaannya. “Ish! Zhan-ge!!”

Yibo yang kesal diabaikan oleh pria di hadapannya mengambil keputusan yang cukup nekat. Dia duduk di pangkuan Xiao Zhan, mengalungkan tangannya pada leher Xiao Zhan. Bisa dirasakan tubuh yang tengah didudukinya itu membeku. Yibo tersenyum puas dalam hatinya.

Mama Wang dan ayah Xiao?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang