Yibo, Wuxian, Jingyi menanti kekasih Xie Na dengan antusias. Sedangkan, pasangan mereka tengah asik bermain dengan anak-anaknya.
“Mom, kira-kira Xie Na jadi ceweknya apa cowoknya ya?”
“Kemungkinan sih cowoknya, tapi, ngebayangin Xie Na jadi ceweknya lucu juga.”
“Bener juga, ya. Bayangin orang sedingin dan secuek dia jadi clingy.”
“Ngapain ngebayangin, mom? Kan udah ada contohnya?” Jingyi dan Wuxian sontak menatap Yibo dengan tatapan penuh tanya. “Itu, Zhan-ge sama daddy kan contohnya.” jelas Yibo yang membuat keduanya sontak tertawa.
“Pinter juga calon istrinya si sulung.” Yibo yang dipuji oleh Wuxian sontak menunduk malu. Perasaan senang dan bangga menyeruak dalam hatinya.
“Dih, dih, dih, malu-malu kambing nih anak.” ledek Jingyi.
“Namanya juga anggota baru. Kau juga saat baru pertama kali tinggal disini juga malu-malu, sekarang malah malu-maluin.”
“Ibuuuuu!!” Jingyi merengek saat Wuxian malah balas meledeknya sedangkan Yibo tersenyum penuh kemenangan.
Tingkah absurd mereka mendadak terhenti ketika melihat jika mobil jemputan si kembar telah berada di depan pintu. Xie Na yang menjadi pertama kali turun dari mobil disusul wanita mungil dari belakangnya. Lalu, mobil itu melaju ke garasi rumah.
“Loh? Mana si biang kerok?”
“Tertidur di mobil.” jawab Xie Na singkat. Wuxian dan Jingyi sontak memutar bola matanya malas. Karena beberapa saat lagi mereka akan melihat adegan romantis yang memuakkan.
“Ya sudah, ayo masuk.” Xie Na menganggukkan kepalanya, lalu dengan menggandeng tangan gadisnya, Xie Na mengekori ketiga pria yang telah menjadi penyambut tamu tadi.
Mereka berlima sampai ke ruang keluarga yang sudah terlihat sedikit berantakan karena ulah dari para anak kecil di rumah itu. Wangji yang pertama kali sadar kehadiran mereka langsung memerintahkan Xiao Zhan dan Sizhui untuk membersihkan kekacauan, sedangkan dirinya menghampiri sang istri.
“Duduklah, sayang. Kau sudah terlalu lama berdiri.” Wangji mengecup kening sang istri.
“Ayah, yang baru datang itu Xie Na.” Wangji melirik sang anak tanpa minat. Memilih tak menanggapi sang anak, Wangji menuntun sang istri untuk duduk di sofa.
“Apa yang kau harapkan dari orang tua bucin itu, Na?” Jingyi menepuk-nepuk punggung Xie Na menyalurkan rasa ibanya. Sedangkan Yibo berlari ke pelukan sang kekasih.
“Zhan-geee!! Yibo merindukan Zhan-ge!!” Yibo menciumi bibir Xiao Zhan berkali-kali. “Hmmm…” gumam Xiao Zhan, dia memeluk Yibo dengan penuh kasih sayang.
“Hahh…” disaat kedua orang itu bermesraan ada Sizhui yang harus membereskan semua kekacauan itu sendiri.
“Lan Zhan! Bantu Sizhui membereskan kekacauan itu!!” Wangji menggambar pola acak pada perut buncit Wuxian. “Apa gunanya aku memiliki anak?” Wuxian sontak menatap sang suami dengan terkejut setengah mati.
“Zha—”
“Gunanya Zhan memiliki banyak adik apa?”
“Kalian!?” Wuxian terserang rasa tak percaya yang begitu besar. Lantaran dua orang yang dia kenal taat akan peraturan dan anti dalam penindasan malah sedang menikmati peran sebagai penindas.
“kasihan sekali suamiku ini.” Jingyi membantu Sizhui yang malah ditanggapi datar oleh Sizhui. “Telat sayang, telat. Udah selesai.”
Seakan tak berdosa, Jingyi tersenyum manis pada Sizhui. Sebelum senyumnya menghilang karena teriakan Goucheng. “BIBIIIIIIIII DEDEK BAYI BAU TAIII!!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Mama Wang dan ayah Xiao?
RandomStory writer by : Rain @urrainingday Main Character : Xiao Zhan x Wang Yibo Warning : mpreg, drama, death, bxb Wang Yibo (22 tahun) adalah tuan muda kedua dari keluarga Wang. Karena kesalahan masa lalunya, dia harus mengasuh 2 anak kembarnya sendir...