14 - Akhirnya...

421 51 29
                                    

Setelah kejadian di depan pintu tadi, Xiao Zhan kini duduk di sofa didampingi Yibo yang duduk di sebelahnya dengan dikelilingi oleh para penatua dari kedua keluarga itu.

Xiao Zhan menatap para penatua dengan bosan, “Jika tidak ada bantahan, 2 hari dari sekarang saya akan menikahinya.”

“Eh? Apa tidak terlalu cepat?”

“Gege malah ingin kita langsung menikah besok.” jawaban Xiao Zhan yang kelewat santai membuat Yibo reflek menyikut perutnya, membuat Xiao Zhan meringis kecil.

“Kami setuju, lebih cepat lebih baik. Kedua calon juga sudah saling mencintai satu sama lain.” mendengar apa yang dikatakan oleh penatua Wang, mau tidak mau penatua Xiao harus menerima keputusan yang telah cucu sulungnya itu ambil.

Xiao Zhan dan Yibo saling melemparkan senyum senangnya. Akhirnya, setelah kurang lebih 5 tahun mereka terpisah, kini mereka bisa bersatu dalam sebuah ikatan yang sah di mata hukum. Akhirnya, kini Yibo akan resmi menjadi istri dari pria yang dia cintai setengah mati. Akhirnya, Fanxing dan Goucheng akan mendapatkan marga resmi. Akhirnya kebahagiaan yang mereka idam-idamkan akan mereka dapatkan.

Akhirnya…

“Tapi…”

“Paman. Zhan sudah menepati janjinya. Jangan kembali mempersulit keadaan.” Wangji menatap lurus ada sang paman. Raut wajah datar dan suara rendahnya membuat para penatua Xiao tidak lagi dapat berkutik.

Xiao Zhan menatap sang ayah, “Terima kasih, Dad.” Wangji meliriknya sekilas dan mengangguk singkat.

“Sudah-sudah, kalian ini suka sekali menyiksa anakku. Kalau bukan karena aku menghormati suamiku, sudah ku mutilasi kalian! Seenaknya saja menentukan jodoh bagi anakku. Memang kalian siapa?! Tuhan? Modal tua aja belagunya minta ampun.” Wangji dan Xiao Zhan berdehem kecil untuk menahan tawanya.

“Kalau sampai nanti anak-anakku kalian desak lagi, aku akan memerintahkan Shiying untuk membunuh kalian!”

Mendengar ancaman Wuxian, para penatua Wang dibuat bergidik ketakutan hingga kesulitan bernafas. Menantu keluarga Xiao benar-benar sesuatu sekali.

“Mom, makanan sudah siap.”

“Menantuku memang yang paling baik deh. Yibo, ayo sayang kita makan. Kau pasti kelelahan setelah mendengar segala ocehan para pak tua bangka itu.”

“Kakak ipar, lain kali kalau pak tua itu membuka mulutnya langsung acungkan pisau aja ke wajahnya. Auto diem nanti, kalau gak diem gores dikit aja lehernya.”

“Apa boleh?” tanya Yibo dengan polos.

“Tentu saja boleh!” jawab Wuxian, Jiang Cheng, dan Jingyi secara bersamaan. “Memang, siapa yang berani melawan menantu dari keluarga Xiao?” sambung Jiang Cheng dengan nada sombongnya.

“A-Xian, A-Cheng jangan mengajarkan anakku hal yang tidak benar. Yibo jangan dengarkan mereka, jadilah anak baik. Nanti, jangan merepotkan suamimu.” Yanli menasihati adik-adiknya dengan sedikit memberikan pukulan sayang.

“Mommy serem...” bisik Zhoucheng pada Xiao Zhan dengan pelan. “Bunda juga serem.” balas Xiao Zhan tak kalah pelannya.

Xiao Zhan bangkit dari duduknya untuk menyusul calon istrinya itu, diikuti oleh yang lainnya. Di meja makan ternyata sudah berkumpul geng para bocil, dari kedua anak kembarnya, adiknya yang berumur 7 tahun, 2 adik kembarnya yang berumur 4 tahun, adik sepupunya yang berumur 9 tahun, hingga keponakannya yang berumur 2 tahun. Seketika Xiao Zhan merasa jika sebenarnya dia sedang berada di taman kanak-kanak daripada mansion keluarganya.

“Apa ini seluruh keluarga Xiao sudah berkumpul?”

“Belum.” Yanli sontak menoleh pada Wangji. “Belum??”

“Xie Yun, Xie Na, Lu'er belum ada.” jelas Wangji yang membuat Zixuan menganga tak percaya. Jika ditotal sebenarnya berapa banyak anak dari pasangan Wangxian ini? Belum lagi anak kembar yang berada di dalam perut adik iparnya itu. Sudah cukupkah untuk menjadi pemain bola?

Belum sempat Sizhui bangkit dari duduknya untuk memanggil kedua adiknya itu, Xiao Zhan langsung mencegahnya dan mengatakan jika dia saja yang memanggil keduanya.

“A-Xian, sebenarnya seberapa banyak anak yang kau miliki?”

“Huummm... Hanya 8 saja, eh, 10 sama yang di perut. Jika diurutkan dari yang tertua ada Xiao Zhan, Xiao Sizhui, Xiao Xie Yun, Xiao Xie Na, Xiao Yifen, Xiao Denglu, Xiao Ying, Xiao Yang.” Keluarga Wang langsung mengerjapkan matanya mendengar keajaiban dunia itu.

“Doyan apa gimana itu?”

“Biasalah kakak ipar, Lan Zhan gak punya belas kasih kalau lagi mode singa. Abis adik iparmu ini ditiduri dengan ganas.” ucapan semi frontal Wuxian membuat kedua telinga sang suami memerah sempurna.

“Wei Ying…” desis Wangji pelan. “Apa?! Kau mau membantah?! Sadarlah jik—MMMPPPPHHH!”

“Ada anak-anak, jangan terlalu vulgar.” potong Wangji saat dirasa jika sang istri akan mulai mengoceh tanpa sensor, ah jangan lupakan telapak tangan Wangji yang membungkam mulut sang istri.

“Ekhem! Ada apa ini?” Xiao Zhan yang baru saja kembali dengan ketiga adiknya dibuat terperangah dengan kejadian di hadapan mereka.

Wuxian yang melihat anak sulungnya serasa mendapatkan tempat untuk mengadu dari tindakan kejam sang suami langsung menyentak tangan Wangji dengan kasar dan berlari ke Xiao Zhan.

“Zhanzhan, ayahmu jahat. Padahal dia bukan anak presiden ataupun raja, tapi malah membungkam suara rakyat dengan paksa.”

Xiao Zhan hanya menggelengkan kepalanya maklum. Karena dia sudah bisa menebak apa yang sebenarnya terjadi.

“Sudah, kita segera makan saja.”

“Dimana Shiyingku yang paling tampan sedunia?”

“Kenapa?” Xie Yun langsung menolehkan kepalanya ke asal suara dan langsung menghampiri sang pujaan hati. “Kenapa kau sering sekali meninggalkan kekasihmu yang tampan rupawan ini?! Bagaimana jika dia diculik tante-tante girang?!”

“Jangan berlebihan.”

“Drama terus. Lama-lama kita sekeluarga debut jadi aktor dan aktris.” Ucap Denglu dengan menggembungkan pipinya kesal.

“Sudah hentikan. A-Yun, Lu'er, duduk di tempatmu sekarang tanpa bantahan.” keduanya pun menuruti perintah sang kakak dengan patuh. “Shiying, bergabunglah dengan kami.” perintah Xiao Zhan pada sang tangan kanan dengan tegas. Shiying mengangguk sopan, lalu duduk di sebelah kekasihnya.

“Sebenarnya keluargaku ini dikutuk oleh siapa? Kenapa sangat susah bahkan cenderung mustahil untuk mendapatkan menantu perempuan?”

Mendengar perkataan kakeknya yang putus asah, Xie Yun dengan polos berkata, “Kakek akan punya menantu perempuan dari Xie Na kok. Memang kakek tidak tahu jika pacar Xie Na itu perempuan?”

“HAH?! XIE NA??!”

“Kakek, dilarang berteriak di mansion. Dan ya, besok akan Xie Na bawa ke rumah.”

“APA SALAHKU YA TUHAANNN!!” itulah jeritan hati dari seorang Xiao Qiren yang merasa langit tengah mengutuknya dengan sangat kejam. Sedangkan Wuxian, Jiang Cheng, Jingyi, dan Xie Yun tertawa puas melihat Qiren tersiksa lahir batin. Disisi lain Xichen, Wangji, Xiao Zhan, Sizhui, dan Xie Na hanya menatap sang penatua dengan senyum kecil di bibirnya.

Makan malam pun akhirnya di mulai setelah drama yang dibuat oleh keluarga Xiao, yang dikenal karena peraturannya yang beribu-ribu, yang dikenal dengan didikannya yang sangat amat disiplin. Namun, ternyata, mereka sebenarnya adalah pelawak yang berkedok keluarga Xiao.

(To be continue)

Mama Wang dan ayah Xiao?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang