13. Pusat Dunia
Rafka berjalan hati-hati ditengah terik yang sedang panas-panasnya, membangunkan Miguel yang sedang tidur siang disela-sela tali tambang yang dirajut antar dua pohon yang sama besarnya.Dilindungi ranting-ranting yang rimbun dengan dedaunan, lelaki berambut ikal itu lelap melewati mimpi, sebelum akhirnya ketenangan Miguel buyar seketika saat lemparan sebuah ranting kayu mengenai dahinya dengan keras. Tidak lain dan tidak bukan, disebabkan oleh manusia tampan yang kini menyengir dibalik pohon besar.
" AISSH! SIAL__" Miguel terperanjat bangun dengan emosi.
" Sssst! Diam El, diam."
Miguel yang merasakan kekagetannya belum usai, segera mendorong Rafka yang tangannya membekap erat mulut sampai dirinya kesusahan untuk bernapas.
" Tanganmu bau kotoran, sialan! Kau__"
Rafka yang panik sempat melirik kumpulan kadet perempuan yang sedang sibuk membicarakan sesuatu di sudut dapur kecil.
Kemudian menarik kembali diri Miguel yang berisik, agar berhenti mengomel. " Diam. Nanti para betina kita dengar, El!"
Sekali lagi Rafka melirik sisi para 'betina', yang masih tidak terusik dengan kegiatannya sendiri.
Syukurlah.
Miguel memberontak saat hidungnya kembali menemui bau tidak sedap yang berasal dari tangan Rafka, masih agak heran dan ingin tahu dari sumber apa bau busuk ini ditemukan sampai bisa menempel di tangan pria itu.
" Santai El, ayo ikut kami." Celetukan kecil milik Jevander membuat wajah Miguel akhirnya terlepas dari bekapan busuk Rafka.
Betapa bersyukurnya El ya Tuhan.
Tubuh Miguel patuh mengekor saat Jevander menariknya ke balik pohon besar, kemudian mengomandokan ia untuk jongkok. Walaupun masih tidak mengerti apa yang akan dilakukan dua sobat kadetnya kali ini, dengan wajah bengap habis bangun tidur dirinya bertanya.
" Kalian sedang mau merencanakan apalagi?" tanya Miguel curiga, maniknya menyorot sipit bergantian kearah Rafka dan Jevander.
Pemandangan wajah Rafka yang hampir muntah karena mencium telapak tangannya sendiri membuat Miguel sedikit tertawa kecil.
" Astaga, kenapa tanganku berbau sebusuk ini sih?" Erang Rafka pelan.
" Kita bereskan mayat asing yang kita temukan kemarin." Sahut Jevander menanggapi pertanyaan Miguel.
Singkat, padat, dan tidak jelas.
Tipikal kalimat sang ketua kelompok Eldran, yang tidak bisa sekali jawaban mampu membuat sang penanya bisa jelas mengerti. Perlu ada kata tanya lagi untuk Miguel agar bisa paham apa yang dimaksud Jevander.
" Hah? Dibereskan bagaimana? Dikubur maksudmu?" Miguel membeo.
" Shit! Kita pergi ke hutan saja deh, Elysia sepertinya sudah sadar ketidakberadaan kita di basecamp." Sela si tampan bertangan bau menginterupsi.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRUEL ROMANCE | Jaehyun & Rose [SELESAI]
FanfictionDua sejoli yang seharusnya tidak bersatu, memaksakan kehendak untuk menentang peraturan. Mengatasnamakan cinta untuk berjuang mendobrak dendam antar keluarga. Namun ternyata, takdir tak begitu baik hati. Saat Rosellyna mengawali datang ke Blackstone...