Pertama, Kedua, Ketiga

6 3 0
                                    

Rumah sakit harusnya steril, disesaki oleh bau alkohol yang menusuk hidung, dikelilingi oleh penyembuh yang tangkas dan pasien yang nampak kesakitan. Well, setidaknya itulah yang aku harapkan dari bangunan yang dipenuhi mereka yang begitu mendamba kehidupan. Tapi terlalu banyak membaca dongeng dan menonton film hanya akan merusak otakmu. Kenyataan selalu berbeda, terkadang mengecewakan dengan cara yang menyakitkan. So does life.

Kurasa masa kecil yang berjalan begitu lambat dan tanpa hambatan lah yang membuatku memiliki harapan. Aku benci berharap. Mereka terlalu sempurna untuk menjadi kenyataan. Kerapuhan dan ketidaktahuan seorang anak hanya membuatnya lebih menyakitkan saat di kemudian hari seberkas sumpah serapah membuat mimpi itu hangus. Pernahkah kau merasakan api membakarmu? Jenis terbakar yang membuatmu mampu mencium bau daging yang hangus, dan lebih jauh lagi, membuatmu buta karena rasa sakit yang tak tertahankan. Aku mendapat banyak. Banyak sekali.

Banyak pertanyaan yang berputar di kepalaku. Mereka terus menerus mendesis, membuatku ingin berteriak untuk mengalahkan suara mereka yang menakutkan. Salah satunya: "Mengapa manusia begitu mendamba hidup?"

Aku menemukan jawabannya; itu hanya tenggelam dan timbul, sangat kabur dan rapuh. Tapi aku menemukannya. Pertama, mereka takut mati. Kematian terkadang bisa menjadi sangat menakutkan. Setiap kali aku melewati pemakaman, tempat itu terasa sangat sepi. Sepi yang mencekik dan menenggelamkan. Mungkin mereka bukan takut mati, hanya tidak tahan pada sepi. Bukankah kesepian lebih menyiksa dari kematian? Mati berarti hanya.. mati. Sepi berarti kematian dengan banyak hal menyedihkan mengikuti. Sebut saja penyesalan, ketakutan, kehilangan, ketidakberdayaan, dan banyak lagi.

Kedua, optimisme lemah yang menganggap bahwa hari esok akan lebih baik dari hari ini. Bahwa semua musibah dan ketidakberuntungan yang terjadi tidak akan berlangsung selamanya. Bahwa masih banyak hal yang belum dilakukan, makanan enak yang belum dicoba, blah blah blah, whatever. Pada banyak kesempatan, alasan itu lebih dari layak untuk membuat manusia tidak melakukan tindakan bodoh seperti terjun dari gedung bertingkat, memutus nadi mereka dengan pisau, atau melilitkan tali tebal di sekeliling leher mereka. Oh, kenapa cara-cara bunuh diri selalu merepotkan?

Ketiga, Tuhan. Alasan yang mudah ditebak dan manjur di saat-saat paling berat. Hanya jika kita mau berpikir lebih panjang dan tidak larut dalam ketergesaan. Kita tidak harus menjadi orang saleh untuk menyadarinya, hanya saja.. hanya butuh membuka mata lebih lebar hingga hal-hal seperti cinta Tuhan terasa nyata.

Rumah Sakit, 21 November 2023

TRAPPEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang