EPILOGUE

567 31 6
                                    


Jinyoung dan Wooyoung dibuat pusing dengan kelakuan Woojin dan adiknya yaitu Yuri. Dapur yang baru saja dibersihkan, sekarang sudah penuh dengan tepung berserakan, ditambah tubuh Yuri yang baru berusia dua tahun itu sudah lengket dengan tepung karena ulah Kakaknya.

"Yaa Woojin, apa yang kamu lakukan pada adikmu? Astaga!" Teriak Jinyoung lalu mengangkat Yuri yang masih sibuk bermain dengan sisa noda tepung ditangannya.

"Paman Jinyoung, ayo ikut bermain. Anggap saja kita sedang diserang badai salju, lari!!!!" Teriak Woojin dengan semangat, lalu sedetik kemudian sudah menyiram Jinyoung dengan sekantong tepung.

Tiba-tiba ponsel Jinyoung berdering, dan dia langsung mengangkatnya.

"Junho Hyung!!! Cepatlah kembali!! Aku mau resign!!" Teriak Jinyoung.

"Hahahaha, aku baru saja ingin menginfokan, bahwa penerbangan besok aku re-schedule hingga minggu depan." Ujar Junho.

"Mwoo??!! Kamu gila Hyung? Kepalaku sudah mau pecah disini, sedangkan Hyung dan Yoona malah menambah bulan madu kalian?!!"

"Jinyoung-ah....bau apa ini?" Tanya Wooyoung yang baru saja memasuki dapur.

Prett. Bunyi suara kentut pun terdengar dari arah Yuri.

"Astaga! Dia pup lagi, Jinyoung-ah." Ujar Wooyoung dengan wajah pasrahnya.

Sedangkan Junho terkekeh disebrang sana sambil mengakhiri panggilan. Lalu tiba-tiba sebuah tangan melingkar diperutnya yang sedang tidak mengenakan busana.

"Apa ada masalah dirumah? Mereka baik-baik saja kan?" Tanya Yoona.

"Tenang saja, Jinyoung dan Wooyoung menjaga mereka dengan baik. Jinyoung bilang bahwa kita tidak perlu khawatir dan bisa berlama-lama disini sesuka kita." Ujar Junho sambil mengelus tangan Yoona.

"Benarkah, tetapi aku merindukan Woojin dan Yuri."

Junho membalikkan tubuhnya dan menghadap ke Yoona, seraya menarik Yoona untuk semakin menempel padanya.

Yoona yang hanya berbalut singlet tipis pun terperangkap dalam kungkungan Junho.

"Kamu tidak merindukanku? Kita jarang menghabiskan waktu berdua karena fokus dengan anak-anak."

"Tentu saja......aku merindukanmu juga."

Junho melumat bibir Yoona dengan bergairah. Kedua tangannya meremas bahu Yoona seraya menggiring mereka melangkah menuju tempat tidur tanpa melepas pangutan mereka.

BRUK!

Kedua tubuh mereka terjatuh diatas tempat tidur yang lembut. Junho yang berada diatas Yoona memandang wajah Yoona dengan lekat.

Nafas keduanya saling berhembus satu sama lain, dan tangan Junho membelai lembut rambut Yoona.

"Sangat cantik......istriku...." Bisik Junho.

Tangan Yoona pun terangkat mengelus rambut Junho, lalu turun ke pipinya.

"Suamiku sangat menggoda...."

Selanjutnya mereka berdua menautkan bibir mereka kembali. Sepasang lidah mulai berdansa didalam sana, dengan sesekali desahan antar keduanya terdengar.

Junho turun menciumi leher Yoona, dan menghisapnya seakan-akan sedang mengemut permen. Yoona sendiri mendongakkan kepalanya ke atas, menikmati sentuhan lembut Junho yang begitu menggairahkan.

Kedua tubuh yang terhimpit satu sama lain dengan tanpa busana apapun, semakin melekatkan diri seakan-akan terdapat magnet yang menyedot mereka.

"Aakkhh....Junho-ya....Ahhhhh....." Sentuhan yang Junho berikan dari leher hingga turun menyusuri setiap tubuh Yoona, membuatnya tidak tahan dan terus menyebut nama Junho ditengah desahannya.

Ketika tubuh mereka bersatu, didalam ruang tersebut hanya tersisa suara desahan dari keduanya. Keringat yang membanjiri tubuh mereka tak membuat niat mereka untuk berhenti.


---------------


Matahari di Paris yang tidak terlalu panas itu, menghiasi sebuah taman bunga yang sangat indah. Bunga-bunga bermekaran dengan cantiknya, serta warna-warni dari setiap bunga yang berada disana.

Junho menggandeng tangan Yoona menyusuri taman tersebut.

"Tempat ini....." Ujar Yoona dengan wajah bertanya-tanya.

"Dulu kamu pernah kesini bersama Nuneo kan?"

"Bagaimana kamu tahu?"

"Aku mengikuti kalian."

Yoona menghembuskan nafasnya tidak percaya dan terkekeh kecil.

"Lee Junho....sebenarnya apa yang kamu lakukan selama di Paris? Kenapa tidak pernah mengabari kami kalau kamu sempat tinggal di Paris juga?"

"Tidak ada gunanya saat itu."

Mereka sampai disebuah tepi danau yang dibatasi oleh pagar. Terdapat beberapa angsa didanau tersebut dan juga burung-burung yang sesekali bersinggah di tanaman-tanaman yang mengambang diatas danau tersebut.

Junho memeluk tubuh Yoona dari belakang, dan menyenderkan kepalanya dibahu Yoona. Sesekali mengecupi pipi Yoona, hingga membuat Yoona terkekeh karena geli.

"Apa yang kamu rasakan saat itu, Junho-ya?" Tanya Yoona tiba-tiba.

"Hmmmmm. Sesekali aku membayangkan bagaimana rasanya menjadi Nuneo yang bisa berada disisimu seperti ini."

Wajah Yoona menjadi sedikit sedih mendengarnya.

"Jika saja......jika saja Nuneo masih disini, apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Yoona.

Junho tampak diam sejenak dan berpikir. Hingga tiba-tiba tangannya memutar tubuh Yoona agar menghadapnya.

"Seperti biasa.....terus mencintaimu dengan caraku sendiri." Ujar Junho.

"Lee Junho.....kamu sangat hebat. Kamu bisa melewati itu semua sendirian."

"Dirimu juga hebat, sayang. Tidak mudah bisa bangkit kembali dari keterpurukan yang kamu alami."

"Itu semua karenamu, Junho. Sepertinya kamu memang dikirimkan oleh malaikat untuk menjagaku."

"Aku berjanji, tidak akan meninggalkanmu dan pergi dengan tiba-tiba. Aku akan melindungi keluarga kita, apapun yang terjadi."

Junho menarik Yoona ke dalam sebuah pelukan, dan semakin mempererat pelukannya. 

Mereka hidup bersama dengan sisa kenangan dimasa lalu. 

Junho tidak pernah menyesali keputusannya untuk menaruh hati hanya pada seorang Im Yoona.

Pada akhirnya Junho tidak mempermasalahkan dengan siapa Yoona akan menghabiskan hidupnya. Yang terpenting adalah cinta yang Junho jaga untuk Yoona tidak pernah pudar sedikitpun.



--END--END--END--








The Other - (Junho 2PM) X (Yoona SNSD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang