O7. Perlahan Pudar

46 31 16
                                    

••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••••

Lia menatap ke arah luar jendelanya dengan tatapan kosong, sesekali ia menghembuskan nafasnya. Tangan kanannya menggenggam sebuah cangkir yang berisi susu coklat hangat, pagi-pagi begini memang enaknya menikmati secangkir susu coklat hangat sembari menikmati pemandangan yang ada di hadapannya. Lia kemudian menyeruput susu coklatnya dan mulai mengalihkan perhatiannya ke arah ponsel miliknya. Di sana terpampang dengan jelas akun instagram milik seseorang yang sedari tadi telah mencuri perhatiannya.

"Kenapa gue tiba-tiba jadi mikirin lo gini sih?" ucap Lia.

"Kalau di pikir-pikir, lo tuh ganteng ya? Sifat lo juga perlahan udah berubah dari semenjak kita pertama ketemu." Lanjutnya.

Lia pun menghela nafas pelan dan menutup aplikasi berlogo kamera itu.

Saat sedang kembali menikmati susu coklatnya, Lia dikejutkan oleh suara pintu kamar miliknya yang baru saja terbuka, oknum yang membuka pintu tersebut pun menampakkan setengah dirinya sambil melambaikan tangannya ke arah Lia.

"Hai!" sapa orang tersebut.

"Devon?!" sahut Lia kaget, kapan sepupunya itu pulang dari acara perlombaan yang diikutinya?

"Gak usah kaget gitu dong mukanya." Ucap Devon.

"Ya abisnya lo gak ngabarin gue dulu kalau mau ke sini, tau tau udah nongol aja, gue kira tadi jurig eh ternyata lo." Balas Lia sambil tertawa pelan.

"Enak aja lo!" Devon mendelik tidak terima, bisa-bisanya cowok setampan dia di sangka jurig.

"Lagi ngapain?" tanya Devon.

"Nih, lagi nyantai aja." Jawab Lia sambil menunjukkan cangkir miliknya yang terletak di atas meja belajar miliknya.

Devon pun hanya menganggukkan kepalanya sekilas dan mulai mendudukkan dirinya di atas kasur milik sepupunya itu.

"Kenapa ke sini?" tanya Lia.

"Ya main lah, kaya gak seneng amat lo gue ke sini." Sahut Devon dengan lirikan sinisnya.

"Yeu kampret! Gue cuma nanya ya!" Balas Lia tak kalah sinis.

Sudah menjadi hal yang wajar bagi Lia dan Devon ketika mereka bertemu seperti ini, pasti ujung-ujungnya berdebat tidak jelas seperti tadi. Tapi keduanya tahu, jika itu hanyalah candaan semata. Keduanya pun akhirnya sibuk dengan kegiatan masing-masing, Lia yang melanjutkan menghabiskan susu coklatnya dan Devon yang memilih untuk memainkan ponsel miliknya.

"Von, gue mau nanya deh." Tanya Lia memecah keheningan yang ada.

Devon menoleh, "Apa?"

"Menurut lo, Lino tuh orangnya gimana sih?" tanyanya lagi.

"Lino ya? Gue gak banyak tau tentang dia sih, secara kita kan gak sekelas. Tapi yang gue liat selama ini, Lino tuh orangnya baik, dia gampang berbaur kalo ngerasa cocok sama orang itu, tapi dia juga cuek sama orang yang gak dikenalnya. Dia perhatian dan penyayang apalagi sama kucing, itu aja sih menurut gue. Kenapa emangnya? Lo demen sama dia?" jelas Devon.

Sorry, I love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang