"Assalamuallaikum, ada orang dirumah?"
Begitu dirinya mendorong pintu garasi, ia sudah menemukan abangnya itu tengah berkutat di dapur. Rasa lelah yang semula menyergapnya mulai menghilang bersamaan dengan angin yang berhembus dari arah pintu kolam. Kanza tersenyum pada pemandangan yang sudah tidak asing bagi dirinya. Dan kabar baiknya ia menyukai kebiasaan itu tanpa terkecuali.
Kanza pernah cerita bukan, bahwa kakaknya tidak akan membiarkan ia makan dan masak sendiri? Meskipun jadwal pekerjaan laki-laki itu jauh lebih padat dari dirinya, ia akan tetap berusaha membagi waktu. Dia saja yang hanya bersekolah dari pagi hingga petang selalu merasa lelah, letih, lesu, lunglai. Apa kabarnya dengan Kevin yang bisa melakukan semua itu tanpa terteter sedikitpun. Namun, meski semuanya terlihat normal dan tidak ada tanda-tanda mencurigakan dari Kevin. Kanza selalu merasa was-was setiap harinya. Takut jika suatu hari nanti kakak satu-satunya itu melakukan hal diluar batas. Gantung diri di pohon bonsay depan rumah contohnya, kan gak estetik!
Begitulah bayangan-bayangan gila itu muncul dan berputar-putar dikepala seperti roll film clasik yang telah lama rusak. Lantas ia mengerjapkan matanya pada punggung Kevin yang masih terlihat sibuk. Jangankan ditinggal Kevin, ditinggalkan orang tua saja ia masih trauma hingga sekarang, serius!
"Bikin apaan nich?" masih menggunakan seragam sekolah, Kanza menghampiri kakaknya itu yang tengah memotong bawang bombay."Gue lagi eksperimen bikin jjajangmyeon."
"Gak yakin gue." ledeknya dengan mata memicing.
"Ya makanya lo musti cobain."
Setelahnya Kanza hanya memperhatikan bagaimana tangan Kevin terlihat lihai mengaduk mie yang tengah direbus. Lalu mengambil teflon yang akan ia gunakan untuk membuat saus (mungkin, soalnya Kanza kurang tahu kalo soal masalah dapur) yang bahan utamanya terbuat dari daging sapi dan bawang bombay.
Setelah minyak panas Kevin langsung memasukan daging terlebih dahulu bersama bombay. Asap mengepul, menebarkan wangi yang dapat membuat selera makannya menaik setengah mampus. Apalagi saat ia baru sadar bahwa sejak tadi siang perutnya belum diisi oleh makanan berat. Dapat dipastikan mungkin sekarang cacingnya tengah demo masal didalam perut.
Sejauh ia memperhatikan, rasa-rasanya membuat makanan itu terlihat gampang. Namun begitu dirinya menawarkan diri untuk membantu ia merasa kesulita saat melihat sausnya meletup-letup seperti lumpur lapindo dan mengenai tangan putihnya.
"Bang! Bang! Ini gak bakalan meledak kan!?" histerisnya. "Buset malah kaya gunung berapi gini." sembari mengaduk dengan jarak yang cukup jauh, ia menarik Kevin yang tengah memotong lobak.
"Kaga, aduk terus aja jan sampe gosong!" usulnya tanpa menghiraukan adiknya yang sudah mulai tantrum.
"Bang! Lo ngejebak gue ya!? Bang! Bantuin gue!"
"Bawel banget si lo, pantes gak laku-laku!" hardiknya lalu ia memgambil alih spatula yang masih berada ditangan Kanza.
"Mendingan gue lah gak laku. Daripada elu, sasimo!"
"Bukan gue yang sasimo ya kampret! Emang ceweknya aja yang pada mata duitan."
"Makanya nyari cewek tuh modelan patung baju di tanah abang."
"Maksud lo?" ia berbalik tepat ketika Kanza mulai menjauh dari area dapur.
"Biar bisa lo atur sesuka lo."
Seperginya Kanza menjadi pemutus dialog diantara keduanya. Kevin yang melihat punggung adiknya yang semakin menjauh hanya bisa menahan emosi. Lalu ia kembali sibuk pada pekerjaannya yang sebentar lagi akan beres.
Malam ini suasana meja makan terasa begitu hening. Hanya menyisakan suara jam dinding dan hewan malam yang menjadi pelengkap. Keduanya benar-benar larut dalam kelezatan makanan hasil eksperimen Kevin.
KAMU SEDANG MEMBACA
HISTORY OF KANZA | Jung Sungchan
FanfictionSemua orang mungkin menginginkan hidup bahagia bersama keluarga yang utuh. Makan diatas meja yang sama, menonton tv diminggu sore bersama ibu dan bapak. Sama seperti Kanza ia juga meninginkan hal itu.