16. Kiana dan dadar gulung basi

16 3 0
                                    


Kanza sadar bahwa pagi ini suhu tubuhnya masih tinggi. Tapi itu tidak menjadi alasan dirinya untuk bermalas malasan dirumah selama seharian penuh. Alasannya karena tidak ingin ikut ujian susulan. Jadi, saat ia berhasil mengancingkan bajunya. Ia meraih ransel dan bergegas turun kebawah.

Hari ini seingat Kanza, Kevin mengambil cuti untuk beberapa alasan. Entah alasan apa Kanza sendiri pun tidak tahu. Dan benar saja saat dirinya menuruni anak tangga Kanza menemukan abangnya itu masih menggunakan kolor dan kaos oblong.

"Yakin mau berangkat sekolah?" ia menyodorkan air hangat kehadapan Kanza saat anak itu terkulai lemah diatas meja makan, "Minum dulu buat angetin lambung." lalu ia meraba tengkuk lelaki itu yang masih terasa panas.

Sejak tadi malam Kevin tidak bisa tidur karena harus berhadapan dengan Kanza yang terus-terusan mengigau. Sebetulnya Kevin tau dari dulu bahwa ada kebiasaan buruk yang dilakukan Kanza setiap dirinya sakit. Makanya petang kemarin ia merasa khawatir. Sempat terbesit didalam benaknya bahwa Kanza akan baik-baik saja musabab ia sudah beranjak dewasa. Tapi ternyata ia salah, sepanjang malam ia terus mengompres anak itu agar tetap tersadar. Sampai pukul 1 dini hari barulah Kevin bisa tertidur, itupun diatas sofa milik Kanza. Dapat dipastikan bahwa pagi ini tubuhnya terasa begitu ringsek. Namun, saat menemukan Kanza masih saja tidak membaik ia menghiraukan segala rasa sakit didalam dirinya. Dan beralih memperhatikan Kanza.

"Gue berangkat dulu bang."

Kevin menoleh, ia melihat Kanza sudah berjalan dengan sempoyongan, "Gue anter lo deh, tunggu di kursi. Gue ambil jaket dulu."

Lelaki itu tidak menurut, ia justru berjalan ke arah garasi dan masuk kedalam mobil Kevin. Menyandarkan kepalanya yang semakin berdenyut pada bantalan kursi. Kalo saja sekarang ada Reyden di sini, mungkin anak itu akan mengejeknya karena proposi tubuh segede ini ternyata bisa tumbang karena hujan-hujanan.

"Ke dokter dulu abis itu ke sekolah, gimana?"

Si bungsu menggeleng, "Gue gak kenapa napa bang, lagian bentar lagi masuk."

"Gak kenapa napa tapi semalem ngigau." gerutunya.

Ban mobil menggelinding, menggerus jalan yang sedikit padat. Pagi ini mentari mulai menaik. Bekas hujan semalam masih terlihat dibeberapa area. Didalam mobil sesekali ia memperhatikan Kanza yang mungkin tengah terlelap tidur. Hidung nya terlihat merah begitu juga dengan matanya yang sangat berair.

"Kanza."

"Didepan ada tukang bubur, mau gak?"

"gak mau."

Pada akhirnya Kevin menyerah. Dengan wajah super ngantuk ia beralih menatap jalanan. Butuh waktu 15 menit untuk mobilnya sampai ke area sekolahan. Dan sejak tadi Kanza masih saja tertidur. Jika sekarang anak itu tidak bangun, ia akan membiarkannya tetap dalam posisi seperti itu dan dirinya akan meminta izin pada guru disekolah. Namun, saat ia melihat adiknya terbangun niatnya urung dan membiarkan Kanza meraih ranselnya dikursi belakang, "Nanti siang gue bakalan jemput, ada dokter yang bakalan dateng ke rumah." Sekali lagi Kanza tidak bersuara ia hanya mengangguk sebagai jawabannya.

***

Setelah menghabiskan waktu selama 1 setengah jam Kanza baru bisa mengistirahatkan tubuhnya kembali saat pengawas ujian hari ini sudah keluar. Saat dirinya mengerjakan soal tadi ia benar-benar tidak bisa fokus. Segala pertanyaan yang ia baca menghilang begitu saja bersama dengan denyutan dikepala. Hari ini Kanza tidak peduli jika nilai mata ujian bahasa Indonesianya anjlok, bisa ikut serta saja ia sudah bersyukur, serius!

"Lu gak kasian apa sama gue yang diomelin abang lu mulu?" gerutunya frustrasi, karena sejak beberapa menit yang lalu Kevin terus saja mengiriminya pesan-pesan singkat dan voice not.

HISTORY OF KANZA | Jung SungchanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang