19. Disudut ruang musik

11 2 0
                                    


Siang itu, tepat setelah pengumuman kelulusan di edarkan. Kanza beserta teman band nya memilih untuk masuj ke ruang musik. Masih ingat dengan band barunya yang dulu sempat latihan satu kali? Iya, setelah banyaknya waktu yang dihabiskan karena sibuk dengan berbagai ujian berbasis komputer dan praktek. Akhirnya sekarang mereka kembali berkumpul dalam ruangan yang sama. Hari ini keempatnya sepakat bahwa dalam satu minggu kedepan sebelum acara last night dibuka, mereka akan berlatih semampunya.

"Maneh nyaho? gong nya acara tar ada di tangan arurang?" sembari menilik drum, Harsya mulai membuka percakapan.

Ketiganya tidak menjawab. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pikiran mereka sekarang tengah melanglang buana pada acara yang akan diadakan minggu depan. Sedikit terbesit didalam benaknya, takut jika penampilan mereka tidak akan bisa memuaskan penonton.

Ketika Kanza sadar bahwa ketiga temannya nampak ragu. Ia mengulurkan tangan sebagai awal semangatnya, "Gue tau kita cuma anak-anak biasa yang oengen ngasih kesan baik buat sekolah ini. Tapi kalo kita ragu, kita gak bakalan bisa berkembang!" ucapnya seolah-olah tengah meyakini ketiganya.

Harsya mengangguk setuju, ia lalu menyulurkan tangannya tepat diatas tangan Kanza. Disusuk oleh tangan Naren, dan Macel. Begitu hitungan ketiga dilontarkan, keempatnya bersorak semangat. Seperti baru saja mendapati solar radiator mengalir kedalam tubuhnya.

Naren yang sejak tadi tidak bersuara, kini ia mulai menekan tust tust piano dengan tangan lentiknya. Disusul suara halus nan merdu milik Kanza.

When you try your best..
But you don't succeed...
When you get what you want...
But not what you need...

Suara gitar elektrik masuk dengan smooth, sedikit memberi kesan hidup untuk lagu yang tengah ia nyanyikan.

When you feel so tired but you can't sleep...
Stuck in reverse...
And the tears come streaming down your face...
When you lost something you can't replace...
When you love someone but it goes to waste could it worse...
Lights will guide you home...

Pada bait lagu pertama yang tengah Kanza nyanyikan sekarang. Ia merasa bahwa ternyata arti dari lagu itu tak ubahnya ia saat ini. Dimana setelah orang tuanya sudah lama meninggal. Dia mencoba yang terbaik untuk hidupnya, tapi pada akhirnya ia selalu tidak berhasil. Lalu saat ia membutuhkan penawar untuk mengobati lukanya. Ia justru malah mendapatkan apa yang dia inginkan alih alih apa yang ia butuhkan. Dan ketika ia mulai merasa lelah dengan segalanya dan berniat ingin menyerah. Kanza nyaris tidak bisa tidur setiap malam. Ia merasa bahwa hatinya seperti tertinggal jauh di masa lalu.

Dulu, seseorang pernah berkata pada dirinya. Entah di mana, Kanza sendiri pun lupa. Tapi katanya,

"Terkadang manusia itu harus sampai kepada titik kehilangan untuk mengerti arti sebuah kehadiran, kasih sayang, dan kesetiaan. Dan kehilangan membuat kita belajar untuk lebih bisa menerima dan mensyukuri dengan apa yang masih kita miliki saat ini"

Jadi saat di mana Kanza tahu bahwa orang yang ia sayangi memutuskan untuk pergi meninggalkan segala hal yang ada di sini. Ia baru menyadari bahwa orang tuanya begitu berarti bagi keberlangsungan hidupnya. Sampai-sampai ia mulai merasakan ada sesuatu yang hilang pada dirinya sendiri. Ia mulai merasa kehilangan atas kehadirannya selama itu. Dan bagian menyedihkannya adalah tidak pedulis seberapa keras ia mencoba hidup tanpa mereka. Orang yang selalu ada disisinya dalam keadaan apapun. Memberi semangat dan petuah bagaimana caranya menjalani hidup agar tetap waras di setiap harinya. Kanza akan berakhir memukuli sudut dadanya, di mana ia berharap bahwa kehidupan yang masih berlangsung itu ikut mati bersama orang tuanya.

HISTORY OF KANZA | Jung SungchanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang