Sejak kepulangannya dari kantor, Kevin menemukan ada yang berbeda dari adiknya itu. Tidak seperti biasanya ia bahkan melihat Kanza menyambutnya dengan nada jenaka. Menanyakan makanan apa yang akan dibuat dan bagaimana pekerjaan dirinya di kantor. Pun dengan malam ini ketika kakak beradik itu tengah menyantap makanan yang dibuat Kevin. Lelaki itu tak henti-hentinya melirik adiknya yang sibuk memasukan nasi dengan bibir yang tertarik keatas. Sebenarnya ia juga tidak tahu kejadian apa yang telah menimpa adiknya itu. Sampai-sampai membuat sikapnya berubah menjadi 180 derajat. Berbeda, dan jelas itu menimbulkan kecurigaan mendalam bagi Kevin.
"Bang?"
Ia menoleh cepat pada intensitas adiknya yang berada disebrang meja. "Hmm, kenapa?"
"Wajar gak kalo gue suka cewek?" masih dengan senyuman aneh, Kanza menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu.
Disebrang, saat Kevin baru saja menandaskan air minumnya itu, ia jelas tergelak. Ternyata kecurigaan dirinya sedari tadi terpecahkan ketika si bungsu mulai mempertanyakan apakah ia wajar jika jatuh cinta katanya. Dan sebenarnya ia juga sudah menerka-nerka bahwa semakin Kanza dewasa anak itu pasti akan paham soal urusan percintaan. "Wajar." meskipun pada akhirnya ia menjawab pertanyaan yang berhasil menggelitik perutnya itu.
Untuk sesaat Kanza memandangi kakaknya dengan pandangan yang sulit diartikan. Seolah-olah ia bercerita lewat sorot mata, namun sayangnya Kevin tidak bisa menanggapi. Diselingi dengan tarikan napas pelan, "Kalo gue pacaran, wajar juga?"
Dapat dipastikan bahwa setelah ini Kevin akan tertawa terbahak-bahak, dan benar saja lelaki itu sampai memukul meja didepan dirinya saking lucunya.
"Apa-apaan sih! Emang ada yang lucu?" dengus si bungsu dengan raut wajah kepalang malas. Bahkan anak itu mulai kehilangan selera makannya.
Kanza hanya tidak mengerti. Seumpama ia jatuh cinta pada seorang gadis. Apa yang harus ia lakukan setelahnya? Apa yang harus ia berikan pada gadis itu? Apakah ketika menjalin hubungan harus ada janji? Kanza benar-benar fustrasi, karena tiba tiba saja kinerja otaknya bergerak lambat dan ia mulai kebingungan. Lantas ia kembali menoleh pada sisulung menuntut sebuah penjelasan.
"Kenapa?" tanya Kevin saat ia menemukan adiknya itu masih terdiam dengan sorot mata penuh harapan.
"Ya kasih tau lah!" ada helaan napas panjang menyertai. Meskipun didalam kepalanya ada banyak hal yang ingin ia tanyakan pada Kevin, Kanza tetap menunggu kalimat apa yang akan Kevin lontarkan setelahnya.
"Buat orang yang udah mulai dewasa, jatuh cinta itu hal yang wajar, kok. Cuma jalannya aja yang beda-beda."
"Maksudnya?"
"Setiap orang pasti punya jalannya sendiri buat nemuin cintanya. Entah itu secara kebetulan atau memang sudah direncanakan. Dan ceritanya pun pasti jelas berbeda. Buat orang awam kaya lo, gak ada masalah sama sekali nanyain apakah lo wajar jatuh cinta atau tidak. Tapi Za, kalo lo sampai salah melangkah sekarang. Ada dua kemungkinan yang bakalan terjadi. Lo yang memilih untuk kembali sendirian atau tetep bertahan dengan keputusan yang udah lo ambil."
Mendengar penuturan Kevin barusan rasa-rasanya kepala Kanza hampir meledak. Laki-laki dengan kaos putih itu memilih untuk menyandarkan tubuhnya pada kursi. Karena jujur saja ia sekarang bingung pada perasaanya sendiri.
"Meskipun dalam keadaan tertentu pikiran manusia bisa berubah-ubah, ada beberapa hal yang nggak bisa mengubah perasaan manusia itu sendiri."
"Apa?"
"Rasa tulus yang ia berikan pada orang yang memang udah membuat dirinya jatuh cinta. Dan alasan itu yang bisa bikin hubungan bertahan jauh lebih lama."
KAMU SEDANG MEMBACA
HISTORY OF KANZA | Jung Sungchan
Fiksi PenggemarSemua orang mungkin menginginkan hidup bahagia bersama keluarga yang utuh. Makan diatas meja yang sama, menonton tv diminggu sore bersama ibu dan bapak. Sama seperti Kanza ia juga meninginkan hal itu.