Sudah Kanza katakan bahwa ia tidak begitu suka hujan. Tapi biasanya, ia suka melihat suasana jalan usai diguyur hujan. Aspal yang semula gersang, seketika menjadi basah dan lembab. Beberapa air turut menggenangi bahu jalan dan memantulkan lampu orange di atasnya. Lampu-lampu merah dari belakang kendaraan nampak berkilau diatas jalan, begitupun suara ricikan air saat ban ban kendaraan tanpa permisi melewatinya.Tapi malam itu, Kanza tidak ingat seindah apa susana jalan yang sering ia lewati. Apakah bahu-bahu jalan masih digenangi air? Apakah lampu- lampu merah dari belakang kendaraan masih memantul pada jalan yang berkilau? Ia tidak pernah ingat apapun itu kecuali siaran TV yang tengah memberitakan kecelakaan pesawat. Dengan tangis yang tertahan, ia merasa dunianya seperti berhenti. Seharian ia menghabiskan berbagai macam makanan tapi entah kenapa sekujur tubuhnya bergetar hebat. Nafasnya semakin memburu seakan akan kadar oksigen dimuka bumi perlahan-lahan terkikis habis. Hingga didalam kekacauan itu suara mama dan bapak berhasil memenuhi isi kepalanya dan ia mulai menangis.
Sepanjang perjalanan ia ketakutan tapi begitu ia sampai di tempat kejadian, otaknya berhenti bekerja bahkan sekujur tubuhnya ikut serta mengalami disfungsi. Ada begitu banyak relawan yang tengah membersihkan puing-puing pesawat yang berserakan. Bahkan beberapa diantarnya sibuk mencari barang -barang berharga milik penumpang untuk diidentifikasi. Anjing pelacak, Polisi, Basarnas, TNI, bercampur menjadi satu kesatuan. Tak jauh dari hadapannya bungku-bungkus mayat terlihat berjejer dibibir pantai. Tanpa pikir panjang Kanza menerobos pembatas polisi tanpa memperdulikan teriakan dari Kevin yang memanggil namanya.
Dengan napas yang semakin tercekat, ia mulai meraih satu persatu kantong jenazah itu, meskipun beberapa kali tangannya ditarik ia tetap menepisnya. "Za, sabar! Abang ada disini kita cari bareng-bareng!"
"Iya sebentar ya dek, bapak buka dulu satu persatu." salah satu relawan menahan tangannya agar tidak meraih kantong jenazah itu lagi.
Semakin banyak kantong jenazah dibuka semakin kacau juga isi pikirannya. Karena disini ia tidak menemukan wajah tenang mama atau tidak wajah sangar bapak yang selalu memarahinya setiap hari.
"Mama sama bapak pasti masih hidup kan, bang? Mereka pasti lagi nyari kita sekarang." tuturnya memastikan, meskipun Kevin tahu bahwa kecelakaan pesawat ini sangat minin untuk selamat, ia tetap mengangguk.
Hari itu apa yang dirasakan Kanza mungkin sama halnya dengan apa yang dirasakan Kevin. Kejadian yang baru saja terjadi seperti berada dalam adegan film yang kerap ia tonton sebelum tidur, semuanya terjadi secara tiba-tiba.
Setiap langkah yang ia ayun, setiap pasir yang ia pijak, Kevin tidak henti-hentinya merapalkan do'a kepada tuhan. Ia berharap bahwa esok atau lusa dirinya masih bisa menemukan kedua orang tuanya berada dalam rumah yang sama. Berharap ia masih bisa melihat mama yang selalu menyiapkan sarapan dan bapak yang selalu sibuk pada siaran berita dipagi hari bersama kopi hitam andalannya. Ia terus berharap, tanpa tahu bahwa harapannya itu akan terkabul atau tidak.
Kanza masih menangis dengan pilu dalam pelukannya, begitu juga dengan orang-orang yang mungkin tengah berada dalam situasi yang sama. Semakin siang ratapan demi ratapan semakin memenuhi kendang telinga, layaknya seperti alunan lagu yang mengudara disetiap penjuru cafe, yang kerap ia kunjungi disabtu sore. Dan ia kembali mengeratkan pelukannya agar Kanza tidak mendengar suara nanar itu.
Hingga setiap hari yang ia lewati, Kanza tidak pernah absen untuk kembali ke rumah sakit hanya demi mencari informasi mengenai mama dan bapak. Ia berharap dirinya bisa melihat setitik cahaya untuk bisa menemukan keberadaan kedua orang tuanya itu meskipun ia harus berada disana sampai larut malam. Ia bahkan melewati rutinitasnya untuk mengisi perutnya meskipun beberapa kali Kevin mengajaknya untuk beristirahat dan makan. Hari itu ia seolah-olah seperti orang gila yang kehilangan arah. Hingga hari berganti dengan minggu dan minggu berganti menjadi bulan, akhirnya penerintah memutuskan untuk menutup pencarian korban jatuhnya pesawat.
KAMU SEDANG MEMBACA
HISTORY OF KANZA | Jung Sungchan
FanfictionSemua orang mungkin menginginkan hidup bahagia bersama keluarga yang utuh. Makan diatas meja yang sama, menonton tv diminggu sore bersama ibu dan bapak. Sama seperti Kanza ia juga meninginkan hal itu.