Ayat 8

28 7 2
                                    

Bismillah.

Assalamu'alaikum.

Jangan lupa follow instagram @windiisnn_ dan @windisworld_story

Mari vote dengan tekan bintang dan beri komentar pada setiap bab ceritanya 🥰

Happy reading!









Sore ini Aurora kembali menghadiri rapat rohis. Beberapa minggu lagi akan ada acara upgrading, atau kegiatan semacam kajian yang diisi oleh guru-guru agama Islam di sekolah atau terkadang mengundang Ustaz dari luar sekolah dan bahkan seorang Gus. Yang akan dihadiri seluruh anggota rohis, bahkan selain anggota rohis juga sangat diperbolehkan mengikutinya. Upgrading di sini juga bermaksud membentuk kepengurusan baru, karena yang sekarang masih menjabat adalah mereka yang sudah kelas 12 yang tak lama lagi akan melaksanakan ujian nasional dan dipaksa untuk fokus belajar dalam menghadapi ujian nasional tersebut.

“Untuk pengurus acara kali ini berarti udah beres, tinggal kita eksekusi buat kesiapan upgrading nanti. Ini adalah acara kita yang terakhir––terkhusus untuk kelas 12 yang nanti bakal benar-benar berhenti menjabat. Jadi, kita lakukan semaksimal mungkin.” Saki mengakhiri rapat dengan hamdallah dan salam. Kemudian mereka keluar masjid satu persatu.

Aurora keluar masjid dan bergegas pulang. Gadis itu berjalan cepat menuju halte. Lama gadis itu menunggu, tapi tak datang juga ada angkutan umum lewat. Akhir-akhir ini, memang makin jarang angkutan umum lewat SMA Triguna Utama hingga sore hari. Aurora tidak tahu ada apa dengan angkutan umum saat ini.

Aurora memilih duduk menunggu. Tiba-tiba dia dikagetkan dengan kedatangan Ben yang berjalan menuju ke arahnya. Aurora mengembuskan napasnya.

Ben berdiri di hadapan Aurora. “Nunggu angkot lagi?” tanyanya. Tapi tidak dijawab Aurora.

Teringat bahwa dia belum membayar hutang, Aurora merogoh saku roknya, mengambil uang dan menyodorkannya kepada Ben membuat laki-laki itu menaikkan alisnya.

“Hutangku. Waktu kamu pesan taksi online, kukira belum dibayar, ternyata udah dibayar sama kamu. Aku kembalikan uangmu.”

“Uang apa? Gue enggak bayar taksi lo, ngapain bayar ke gue?” katanya balik bertanya, pura-pura tidak paham.

Aurora mengernyit bingung, “Tapi waktu itu bapak sopirnya bilang udah dibayar sama kamu.”

Ben mengedikkan bahunya, “Mana gue tahu, gue kan ikan,” katanya tak acuh.

“Jadi ikan beneran tahu rasa,” gumam Aurora, kembali menarik tangannya, urung memberikan uangnya kepada Ben.

“Kok doainnya jelek?”

Aurora diam.

“Putri Aurora.”

Please, don’t call me like that! Namaku Aurora.”

“Ara.”

Aurora terdiam, cukup terkejut Ben memanggilnya dengan sebutan Ara. Ara adalah panggilan orang-orang di rumahnya. Tidak pernah ada yang memanggilnya di luar rumah dengan panggilan Ara. Dan kini, Ben menyandang predikat orang pertama yang memanggilnya demikian selain orang rumah.

“Gue panggil lo, Ara.”

“Kenapa?”

“Gue pernah baca di feed Instagram tentang arti nama. Ara dalam bahasa Arab itu artinya orang yang berpendirian teguh, kuat pendiriannya. Gue rasa, lo orang yang berpendirian kuat.”

Aurora tanpa sadar tersenyum amat tipis. Gadis itu menundukkan kepalanya.

“Ada arti lain.”

Aurora mendongak, “Apa?”

Cinta Sang Al KafirunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang