Bismillah.
Cerita ini udah kelar di KaryaKarsa yaaa, buat yang nggak sabar nunggu update di sini, bisa mampir ke sana.
Masih ada bab grati sampai 25/26 kalo nggak salah. Monggo
Ayat 24
Hari libur atau lebih sering anak gaul zaman sekarang menyebutnya weekend ala-ala orang Western alias orang-orang Barat, bahwasanya bagi sebagian orang, weekend adalah hari yang dinanti, waktu untuk melepas penat, waktu untuk bersantai, waktu untuk berkumpul dengan keluarga, waktu bertemu teman sejawat, waktu kembali mengisi energi untuk pekan berikutnya.
Tidak jauh berbeda dengan Ben dan teman-temannya yang pagi tadi bermain futsal di lapangan komplek rumah Ben. Lalu dilanjut siangnya mereka berkumpul sambil ngopi dan main gim pada ponsel di warung kopi samping tembok pagar sekolah.
“Za, udah dapat strategi buat turnamen basket nanti?” tanya Ben kepada Erza.
Erza hanya berdeham. Laki-laki berkumis tipis itu sibuk dengan gawainya, sedang saling berkirim pesan dengan Yesa.
“Ham hem ham hem. Lama-lama kayak penyanyi muslim yang sempet viral itu gara-gara dikira nikah siri.” Ben mencibir.
“Hilih! Om Ben kurang makan HokBen jadinya nyinyir,” sahut Aladin ikut nyinyir. Laki-laki keturunan Jawa itu sedang fokus meniup pop mienya yang masih panas.
“Aladin dibilang kalo makan panas jangan ditiup!” tegur Toriq.
“Tauk, nih!” sungut Ben, sembari mengeluarkan batang rokoknya. Sedangkan Aladin hanya cengengesan. “Gue ngerokok enggak, ya?” tanya Ben kepada teman-temannya, meminta pendapat.
“Kagak usah!”
“Gaaas lah, Bos!”
“Sebat lah, masa enggak?”
Sahut teman-temannya bersamaan.
“Nurut kata hati lo aja.” Toriq menepuk pundak Ben, sok bijak. Saki dua.
“Awas-awas, Le!!” seru Bima sembari fokus pada layar gawainya.
“Anjir musuh gueee!!!” Leo menjerit kesal.
“Kiri lo kiri bego!”
“Gue pinter!!”
“Halah bodrex sakit kepala!!”
“Berisik!!” Aladin mendesis sebal. Sedari tadi, Bima dan Leo sedang main gim daring. Tapi permainan keduanya benar-benar mengganggu dan berisiknya mendominasi warkop.
“Tahu nih mereka, main gim aja ngerusuh!”
“Belakang lo, Bim!!”
“Heeh! Dibilangin malah diteru––uhuk uhuk!”
“Nah, lo juga lagi makan, ya makan aja, kagak usah banyak omong.” Toriq nyaris tertawa, tapi takut dosa. Aladin menyambar minuman dinginnya.
Erza bangkit dari duduknya.
“Mau ke mana, lo?” tanya Ben kepada Erza.
“Jemput Yesa di tempat les.”
“Pacar apa sopir, lo?” ledek Bima, tapi fokusnya masih pada gim di gawainya.
“Bima enggak boleh gitu,” kata Ben, ikut meledek Erza.
“Lah, bener toh?”
“BAAAHH!” sorak Leo.
“Anjir ngagetin!”
“Berisik banget, si!”
“Bima kalah mampus!! Makanya fokus main aja!!” ejek Leo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Al Kafirun
Teen FictionBen takut jatuh cinta. Ditinggalkan atas sebuah pengkhianatan adalah bukti ketakutannya untuk jatuh cinta. Tapi siapa yang bisa menentukan kita akan jatuh cinta atau tidak, dan jatuh cinta kepada siapa. Karena nyatanya jiwa laki-laki itu nyaris seka...