Ayat 10

25 9 2
                                    

Bismillah.

Jangan lupa vote dan komen ya teman-teman :)

Follow ig @windiisnn_ dan @windisworld_story

Ayat 10

Jangan sampai, niat lupain mantan lo juga buat lo lupa gimana rasanya jatuh cinta, Ben. Jangan sampai hati lo keras, apalagi mati.

Saki

Ben berjalan dari parkiran menuju kelas dengan ransel dan gitar akustik di punggungnya. Ben mengikuti ekstrakurikuler musik, tapi makin ke sini makin malas, jadi dia hanya mengikuti pelajaran wajibnya saja. Suatu keajaiban seorang Benua Utara berangkat sepagi ini, biasanya laki-laki itu berangkat paling pagi jam tujuh kurang dua menit, menit-menit gerbang akan ditutup. Tapi karena semalam dia pulang cepat dan tidur cepat, oleh sebab itu jam setengah tujuh dia sudah ada di sekolahan.

Ben melihat punggung seorang gadis berkerudung lebar. Ben hapal ransel kulit berwarna biru dengan bandul boneka koala kecil yang digunakan gadis itu––milik Aurora. Ben mempercepat langkah, menyejajarkan langkahnya dengan Aurora. Dan tentu hal itu tak luput dari perhatian beberapa murid lain. Adalah hal tabu dan langka seorang Benua Utara menghampiri perempuan, bahkan sampai laki-laki itu disebut anti perempuan. Tapi walau begitu, tetap saja banyak gadis menghampirinya dan menyatakan suka bahkan cinta.

“Putri Aurora.”

Aurora mempercepat langkahnya, dan Ben ikut mempercepat langkahnya.

“Udah aku bilang, jangan panggil Putri Aurora!” katanya ketus.

“Oh iya, lupa. Aku kan panggil kamu Ara,” ujarnya bergaya dengan bahasa ‘aku-kamu’.

Aurora tidak menghiraukannya, dia terus menatap ke depan, berjalan lebih cepat.

“Jalannya pelan-pelan dong, kayak dikejar setan aja.”

“Memang.”

Ben melotot, terlongong mendengar gumaman Aurora.

“Jadi bagi lo, gue ini setan?”

“Kapan aku ngatain kamu setan?”

Aurora ini diam-diam ngeselin. Ben mendenguks.

“Kamu ngapain ngikutin aku? Pergi sana! Kelas kita jauhan.”

“Kelas jauh enggak apa-apa, yang penting dekat di hati.”

Aurora melirik Ben, Aurora pikir ada yang aneh dengan laki-laki itu. Tidak penting mengurusi Ben yang makin hari makin aneh dan tak terduga. Apalagi bersikap tidak biasanya kepada Aurora. Gadis itu tidak ingin dekat-dekat dengan laki-laki, apalagi Ben. Dia hanya tidak ingin terjebak. Aurora melarang dirinya sendiri untuk jangan dulu bermain asmara, Aurora hanya ingin lebih mencintai Allah sebelum mencintai hamba-Nya. Kenapa pikirnnya ke sana, cinta-cintaan? Aurora menggerutu dalam hatinya, menyadari tingkahnya jadi asing. Dan itu gara-gara Ben. Aurora memang tidak boleh berdekatan dengan Ben, dia harus menjauhi laki-laki itu.

Keduanya telah sampai di depan kelas Aurora. Banyak yang melihat mereka dan berbisik-bisik, mulai dari mereka yang berseliweran ataupun yang sedang duduk-duduk di depan kelas. Aurora dan Ben berhenti di depan kelas.

Aurora memandang Ben tidak suka, tetapi kemudian dia mengembuskan napasnya, beristighfar. Sepertinya dekat-dekat dengan Ben ada baiknya juga, dia jadi sering beristighfar. Seperti tadi saja ketika baru dipanggil oleh Ben di jalan, Aurora menyebut nama Allah. Memang, dasarnya setiap apa yang terjadi––seburuk apapun hal itu, pasti akan membawa kebaikannya sekaligus walaupun hanya satu kebaikan. Kadang, manusianya saja yang kurang bersyukur dan berujung menyalahkan takdir, bahkan Allah, hanya karena sesuatunya terjadi tidak sesuai dengan harapan mereka.

Cinta Sang Al KafirunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang