9. Mimpi Buruk

260 23 14
                                    

Guys support aku dengan vote dan comment ya. Cuma bentar kok, abis itu kalian bisa scroll cerita lagi 🥰

 Cuma bentar kok, abis itu kalian bisa scroll cerita lagi 🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~🖤~

Dulu tolak mentah-mentah
Sekarang malah kiss duluan
Jangan ya dek ya ?

***

Sedetik kemudian suara sirine mulai terdengar. Polisi dan perampok itu saling bertarung, terdengar beberapa tembakan dari pihak polisi karena ada seorang perampok yang ingin melarikan diri. Sementara Kafka, lelaki itu langsung berlari menuju Diana. Tak perduli hujan membasahi tubuhnya, baginya saat ini adalah keselamatan Diana.

Lelaki itu langsung merengkuh sepupunya yang sudah terduduk di jalan. Punggung gadis itu mulai bergetar.

"Kak, Ana takut." Diana semakin mempererat pelukannya.

"Sudah, sekarang kamu aman," balas Kafka sambil mengelus-elus punggung Diana. Sesaat setelah mobilnya dilempar, Diana langsung menelpon Kafka dan menyalakan lokasinya.

Kini lelaki itu mengajak Diana menuju mobilnya. Diana menceritakan semua kejadian itu dari awal. Ia bercerita sambil menangis. Dengan setia Kafka mendengarkan meskipun penjelasan Diana putus-putus.

Hampir lima menit Kafka mendengar curhatan sepupunya, bukannya berhenti, Diana malah semakin menangis, hal itu membuat Kafka kelabakan."Udah dong nangisnya, liat tuh eyeliner nya luntur," tunjuk Kafka. Sungguh, lelaki itu tidak berbohong, eyeliner itu sudah mengotori pipi putih sepupunya. Karena merasa kesal dengan olokan sepupunya, Diana langsung mencubit pinggang sepupunya itu.

Karena perampok terus melawan, akhirnya polisi menembak dua diantara mereka. Kini mereka berlima sudah diborgol. Keadaan mobil Diana sudah sangat parah, akhirnya ia pulang dengan Kafka.

Lagipula Kafka tidak akan tega menyuruh sepupu tersayangnya untuk mengendarai mobil rusak itu. Sebisa mungkin Kafka menahan emosinya, sejak tadi tangannya mengepal. Berbeda dengan Diana, gadis itu hanya menatap jalanan dengan tatapan kosong.

Setelah tiga puluh menit akhirnya mereka sampai di depan rumah Darren. Kafka, lelaki itu meletakkan jasnya di punggung Diana.

"Kak, sampai sini aja," ucap Diana saat mereka tiba di teras rumah. Ia tidak ingin Kafka mengetahui rumah tangga yang saat ini ia jalani.

"Nggak, gue mau bicara dulu sama Darren."

"Ceklek..."

Baru saja ia membuka pitu, seseorang dengan tubuh tinggi tegap berdiri tepat di depan Diana. "Setelah tidak datang ke acara makan malam, dan sekarang kamu berani pulang ?" ucap Darren. Perkataan Darren berhasil membuatnya ketakutan.

"Darren, tadi aku datang tapi kamu-"

"Tapi apa?!!!" teriak Darren. Dengan langkah lebarnya ia berjalan menuju Diana. Lelaki itu bersiap menarik lengan istrinya.

Married With a Strange ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang