23. Bibi Elina

199 19 8
                                    

Guys support aku dengan vote dan comment ya. Cuma bentar kok, abis itu kalian bisa scroll cerita lagi 🥰

 Cuma bentar kok, abis itu kalian bisa scroll cerita lagi 🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~🖤~

Meski rasanya tidak cukup, maafkan aku

***

Sore ini Diana dan teman-temannya sedang berangkat menuju kostan milik Darra. Mereka akan mulai mengerjakan project tugas besar. Saat ini Diana yang menyetir mobil, mereka baru saja membeli berbagai camilan, tidak afdol rasanya kalau kerja kelompok, tapi tidak ada makanan.

Pandangan Diana beralih ke spion. Mobil berwarna hitam yang tampak tak asing mengikutinya sejak tadi. Ia sudah tahu kalau itu Darren. Diana berdecak kesal.

Darra yang duduk tepat disamping kemudi, juga ikut melihat ke arah spion. "Darren ?" tanya gadis itu sambil menatap Diana.

"Iya."

"Kalian lagi marahan? Biasanya kalau setiap kerja kelompok, mau semalam apapun, lo pulang Di." Kini Alifa membuka suara. Ia sama-sama penasaran dengan yang lainnya. Apalagi semenjak insiden camping, ketika Diana dijemput paksa ke rumah orangtuanya, dan berakhir dengan terbaring koma di rumah sakit. Semuanya terasa janggal.

"Aku udah izin kok mau nginep di kostan Darra," balas Diana pelan. Ia tidak mungkin menceritakan kepada teman-teman tentang masalah rumahtangganya.

"Terus kenapa si Darren ngikutin lo terus ? Dia emang nggak pernah percaya sama kita, apalagi semenjak camping itu," tambah Rani.

Diana menghela nafas pelan. Ia merasa kepalanya akan meledak ketika mengingat kejadian itu. "Temen-temen tolong jangan ungkit lagi masalah camping, kepala aku suka tiba-tiba sakit. Aku nggak mau ingat kejadian itu."

Alifa, Darra, Sofia dan Rani saling memandang. Diana memang selalu tertutup mengenai keluarganya, bahkan mereka jarang main di rumah Diana sebelum gadis itu menikah, ayah Diana yang selalu memandang mereka curiga membuat keempat gadis itu enggan untuk bermain lagi.

"Oke Di, kita minta maaf,  kita nggak akan tanya itu lagi," ucap Alifa sambil mengelus pundak Diana dari belakang.

***

Waktu menunjukkan pukul delapan malam, Darren masih setia di dalam mobilnya. Bersama supir, mereka sama sekali tidak mengobrol sedikit pun karena Darren sibuk memantau istrinya. Padahal Darren baru saja pulang dari kantor, lelaki itu pasti sangat lelah, tapi ia lebih memilih menunggu Diana di depan gerbang kostan sahabat wanita itu.

Tugas besar sudah selesai sekitar satu perempat jam. Ini lebih cepat dari perkiraannya. Ini semua karena mereka fokus mengerjakan, semua orang bekerja dengan bagian masing-masing. Awalnya Diana menargetkan seminggu, namun sepertinya tugas ini akan selesai dalam empat hari.

"Temen-temen, aku rasa sampai di sini dulu. Kita juga butuh istirahat. Besok kita lanjut lagi," ucap Diana sambil tersenyum.

Mereka ber tos ria, lalu membereskan buku-buku, alat tulis, dan juga laptop. Sebelumnya mereka sudah memesan makanan lewat aplikasi, sehingga tinggal menunggu saja. Semua lantai sudah bersih, Alifa, Rani dan Sofia sudah membereskan tas-tas mereka. Darra menyiapkan alat makan.

Married With a Strange ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang