34. Tangis Bahagia

18K 1.8K 424
                                    

Haii
Welcome back guyss
Jangan lupa Vote, Comment, Share, & Follow 🥰
Awas Typo!!!

HaiiWelcome back guyssJangan lupa Vote, Comment, Share, & Follow 🥰Awas Typo!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Previously

        Aaron tersentak kaget. Dia memandang semua orang dengan linglung akibat terlalu fokus pada adik bungsu mereka.

       "Ini pada ngapain, bang?" Aaron melirik bingung pada Aska dan Ares.

       "Oh ini mereka pengge--,"

        Penjelasan Aska terhenti saat melihat kerumunan mulai tidak terkendali. Semua orang tiba-tiba berlari ke arahnya sambil berteriak memanggil namanya. Aska tidak sempat berpikir, tangannya reflek menarik Aaron untuk ikut bersamanya.

       "JAGA TUYULNYA, MUKA LEMPENG!" teriak Aska sebelum berlari sambil menyeret Aaron keluar, meninggalkan Ares yang terdiam membisu karena permintaan saudara gilanya.

       "A-aku menjaga... anak itu?"

🧸🧸🧸

Bagian 34

       "Lel lapal,"

        Varel sudah dari tadi selesai bermain karena rasa lapar menghampiri perut kecilnya yang bulat. Anak itu terus merengek pada Ares yang diam tanpa berbuat apapun, hanya matanya yang bergerak-gerak ke berbagai arah. Jujur saja, situasi ini membuat Ares dilanda kebingungan. Bagaimana meresponnya? Apa yang harus dia katakan?

        Bibir Varel mencebik ke bawah lalu mulai bergetar "Huaa Lel lapalll. Bang Alesh no lisen-lisen. Lel mau bang Alonn," Tangisan Varel mengundang tatapan dari ibu-ibu yang juga sedang menunggu anak-anak mereka selesai bermain.

        Ares yang melihat bahwa para ibu-ibu tersebut sudah berbisik-bisik pun, mau tidak mau menarik tangan kecil Varel untuk ikut dengannya. Tanpa banyak bicara, mereka meninggalkan bagian playground menuju lantai paling atas, restoran.

        Varel berjalan dengan cepat mengikuti langkah lebar Ares hingga akhirnya mengeluh "Bang Alesh janan lali-lali. Lel ndak bica ikut," cicitnya pelan membuat pemuda dingin tersebut berhenti.

        Varel yang tidak merasakan pergerakan mendongak. Rambutnya yang panjang telah berhasil menutup sebagian mata bulatnya. Anak itu memperhatikan wajah Ares dengan bingung. Karena terlalu lama bertatapan, Varel menggoyang-goyangkan tautan tangan mereka.

       "Bang Alesh napa cetop?" Varel bertanya penasaran "Lel lapal. Mau bang Alon," ucapnya mengingatkan tujuan mereka. Varel tidak tahu kalau disini ada makanan. Yang dia tahu, abangnya Aaron pasti akan memberinya makan jika dia memintanya.

VAREL (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang