Bab 19 🔞

1.2K 86 13
                                    

Angin musim semi kembali bertiup. Di bawah susunan awan putih kupu-kupu menari-nari. Suhu udara menghangat, angin menggoyang kelopak-kelopak bunga, menerbangkan ribuan serbuk sari ke angkasa.

Jalanan istana yang diapit oleh taman-taman bunga yang indah dipenuhi deretan kereta kuda. Itu adalah milik para undangan, baik dari pejabat, relasi, hingga sejumlah delegasi. Mereka datang menghadiri pengukuhan Raja Megapolina yang baru.

.

Pintu ganda yang menjulang dari lantai hingga langit-langit bergerak. Butuh beberapa orang dewasa guna membukanya secara sempurna. Dari dalam pintu, Sasuke keluar lengkap mengenakan busana kebesaran raja. Hari ini dia akan menanggalkan gelarnya sebagai putra mahkota, berganti menjadi Raja Megapolina sang Agung.

Baju kebesarannya merupakan kombinasi mantel berbulu berwarna merah di sisi luar, dan bagian dalamnya berwarna putih yang terbuat dari sutra. Kerahnya memiliki aksen emas dengan kaitan kristal sebagai penghias. Tubuhnya dibalut kemeja hitam bergaris emas memanjang di pergelangan, serta renda dan sejumlah pin sebagai simbol negara di bagian dada.

Ketika dia melintas, para prajurit di sepanjang koridor menunduk hormat.

Tentu atensi mereka tak habis kepada sang calon raja baru. Semua ikut memandang seorang gadis yang mengekor di belakang pangeran.

Putri keluarga Hyuuga keluar dari ruangan putra mahkota mengenakan gaun ruffle berwarna biru muda. Itu merupakan gaun crinoline berpotongan rendah, sehingga dia menghiasi lehernya dengan kalung emas bertahtakan permata.

Semua pasti setuju, bahwa kehadiran perempuan itu adalah hal yang tak disangka-sangka. Dia dipraduga sebagai pembunuh raja, dikurung dalam paviliun dengan penjagaan ketat, setelahnya justru
melenggang menjadi pendamping saat putra mahkota menaiki puncaknya.

Memasuki ruang penobatan lebih banyak lagi orang yang terkejut.

Hashirama sampai berdiri melihat Hinata berjalan dengan anggun di belakang putra mahkota. Jangankan penasihat agung, Naruto saja sampai lupa mengatupkan mulutnya.

Shion berbisik kepada sang ayah, "Bukankah putri dikurung? Mengapa dia ada di sini?"

Sang ayahanda sekadar menyenggol lengan putrinya agar tak banyak bicara.

Terlalu banyak yang berbisik dalam acara pelantikan. Bagi Hinata, hal tersebut tidak perlu dia tanggapi. Kepanikan dan kemarahan hanya akan menyudutkannya. Orang-orang itu tidak puas dengan pembelaan lisan, kecuali sebuah penghakiman untuknya, atau dia dapat menyeret pelaku sesungguhnya ke hadapan mereka.

Hinata dengan halus mengangkat kepalanya yang tadinya tertunduk. Sasuke sempat tersenyum padanya sebelum naik ke atas altar.

Pada momen peneguhan yang dipimpin Unskup Agung, Hinata mundur dan duduk di sebelah Naruto. Raja baru mereka tengah diberkati dengan doa-doa.

"Kenapa kau bisa ikut dalam suksesi?" Naruto bertanya cukup lirih. Hinata nyaris tak mendengarnya.

"Ha?" gadis itu menggulingkan kepalanya sedikit ke kanan.

"Mengapa kau bisa ada di sini?" Naruto mengulangi pertanyaannya.

Menyadarkan punggungnya ke kursi, Hinata kembali menegakkan kepala seraya menghadap ke depan.

"Pangeran yang memintaku. Kurasa beliau mencabut dekretnya tentang penahanan."

Sungguh, Naruto belum mendengar keputusan ini. Pangeran juga sama sekali tidak membahasnya dalam rapat.

Sejujurnya dia senang melihat gadis itu bebas, tapi, ini sangat aneh.

"Aku membuat perjanjian dengan pangeran."

The Wheel of FortuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang