Bab 28

964 90 27
                                    

"Yang benar saja? Jangan menipuku!"

"A-aku tidak bohong. Aku melihatnya di kedai!"

Pria muda yang melihat Naruto di kedai rupanya melaporkan kejadian tersebut kepada sekelompok bandit. Distrik Veda memang berada di wilayah perbatasan antara Megapolina dan Crux; negara kecil yang telah diakuisisi oleh kerajaan sejak bertahun-tahun yang lalu.

Para penjahat sebetulnya sudah dipindah ke distrik Mooron, tetapi masih ada saja sebagian yang melenggang bebas, terutama di wilayah yang jarang disentuh oleh keamanan istana.

"Jika kau salah lihat, aku akan membunuhmu!" Ancam pria bertubuh besar dengan tato di lehernya.

"Se-sekarang beri aku sedikit uang. Jika kalian berhasil menangkapnya, istana akan memberi hadiah."

"Tch, enyah sana." Ucapnya melempar sekantong kecil uang koin ke arah pemuda itu.

Kelompok bandit tersebut oleh warga setempat dijuluki geng anjing hitam. Orang-orang bertubuh besar, berkepala botak dengan tato di sekujur tubuhnya. Mereka terlihat liar dan sekilas mirip binatang buas.

Ketua geng itu bernama Jigen. Jigen mengumpulkan ketujuh anggotanya untuk menjebak Naruto. Setelah membeli perbekalan di pasar, panglima pasti akan lari ke hutan. Jadi, mereka akan menunggunya di sana.

"Ku dengar panglima sangat kuat. Dia baru saja mengalahkan seorang ahli pedang dari Southpolia."

"Benar. Perang di Fureen Island sangat legendaris. Apakah kita bisa melawannya?"

"...!"

Jigen memukul kepala dua anggotanya yang sudah terdengar pesimis.

"Jumlah kita lebih banyak. Kau pikir Black Dog tidak kuat, hah?"

"Bu-bukan begitu, Ketua. Tapi, menyebut namanya saja memang terdengar menakutkan."

"Tch, mengapa aku memiliki anak buah yang bodoh? Pihak istana tidak peduli apakah pria itu dibawa hidup-hidup atau mati, yang jelas kita harus mengalahkannya."

Saat berkata demikian, dalam benak Jigen berputar beberapa pilihan. Dia tidak takut, hanya saja, mereka harus menyiapkan siasat. Panglima mungkin bukan lawan yang gampang, tapi tidak mustahil juga mengalahkannya.

.

.

Dahulu saat Crux masih memiliki kedaulatannya sendiri, hutan perbatasan dijaga ketat oleh prajurit keamanan istana. Para infanteri mengenakan baju zirah lengkap, dan tinggal di sebuah pangkalan di wilayah ini. Namun sekarang, bangunan-bangunan tersebut telah kosong; sebagian sudah rusak termakan cuaca dan usia.

Sesuai prediksi kelompok bandit Black Dog, Naruto masuk ke dalam hutan ini.

Rimba di bagian barat cenderung mempunyai daun-daun yang rimbun dan padat, membuatnya tampak seperti kanopi yang menutupi hutan dari cahaya matahari. Pepohonan di hutan ini rata-rata memiliki tinggi sepuluh kaki dan seragam. Hutan Crux memang sedikit lebih gelap. Selain mudah membuat orang tersesat, juga sangat sunyi. Di siang hari, Naruto bahkan tak mendengar suara kicau burung sekalipun.

"...!"

Naruto menarik tali kekang kudanya. Instingnya yang awas mengatakan di depan ada bahaya. Dan benar, kelompok bandit tersebut keluar dari balik pepohonan yang besar.

Jigen menyeringai melihat Naruto. Pemuda culun itu tak membohonginya. Di depannya memanglah pria seharga satu peti emas.

"Hahaha ... tak kusangka aku bisa menemukanmu secepat ini, Panglima."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 31, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Wheel of FortuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang