#edit (Aku akan merubah beberapa alur cerita ini, karena menurutku ceritanya jadi mengambang)
.
.
.
.
.Keesokan harinya Benjamin benar-benar mengajak Rosela keluar istana. "Bisa kah kau lebih semangat lagi?" Keluh Benjamin.
Rosela letih. Pasalnya dari pagi ia menemani Benjamin keliling pasar. Tapi, selama itu juga semangat Pria itu tidak pernah turun. Padahal Rosela lelah jalan kaki kesana kemari.
"Sebentar lagi malam, kita harus balik ke Istana Yang Mulia Pangeran Benjamin yang terhormat." Ucap Rosela penuh penekanan, bahkan tangannya penuh dengan kantong belanja milik Benjamin. Semua makanan aneh Benjamin beli di pasar dan menyuruh Rosela untuk membawanya.
Langkah Benjamin terhenti. "Kenapa aku merasa ucapanmu itu tidak ada rasa hormatnya." Ungkapnya.
"Saya lelah pangeran." Keluh Rosela sambil menunjukkan wajah memelasnya.
"Aku tidak." Jawab Benjamin enteng. Ingin rasanya Rosela memukul kepala pria blonde di depannya itu.
"Anda dipenuhi semangat yang tidak padam, bagaimana mungkin Yang Mulia bisa merasa lelah. Jangan pamer umur muda anda." Gerutu Rosela.
"Kau bahkan lebih muda dariku, memangnya kau sudah nenek-nenek?" Timpal Benjamin terbahak mendengar ocehan Rosela.
Seketika Rosela baru sadar ia lebih muda tiga tahun dari Benjamin. Di dunianya Rosela biasa menganggap dirinya sebagai orang tua bagi para karakter di novel itu. "Saya lupa." Jawab Rosela setelah tidak bisa berkata-kata lagi.
"Aku butuh kebebasan sebelum bertunangan." Ungkap Benjamin, lalu memilih duduk di bangku dekat kolam air mancur yang mereka lewati.
Rosela pun ikut duduk di sampingnya walau belum di suruh, kakinya sudah lelah soalnya. "Aneh, bukannya Yang Mulia baru akan menggelar tunangan, bukan menikah. Kenapa merasa kebebasan anda direnggut?" Tanya Rosela bingung. Karena di novel pertunangan Benjamin nantinya hanya sebentar, karena Ia akan memilih menikahi Aria.
"Apa kau tidak tau calon tunanganku?" Tanya Benjamin dengan nada frustasi.
Rosela hampir melupakan calon tunangan Benjamin. Ia tahu jika calon tunangan Benjamin adalah Yesenia. Putri manja dari Duke Desmon yang keras kepala disertai dandananya yang glamour dan seksi. Wanita gila itu begitu terobsesi kepada Benjamin. Dia bahkan berani menyakiti Aria, kekasih Benjamin nantinya.
"Saya tidak tahu." Jawab Rosela berbohong.
"Dia wanita gila. Kenapa Ayahanda dan Ibunda bisa menjadikannya tunanganku." Keluh Benjamin, ia tidak suka dengan keputusan Raja dan Ratu.
"Saya dengar tunangan anda menyukai anda sejak lama." Ujar Rosela.
"Itu bukan suka tapi obsesi gila." Ralat Benjamin.
Rosela memahami perasaan Benjamin karena Ia juga kesal ketika membaca kelakuan Yesenia di novel. Benar-benar kurang ajar, Ia bahkan ingin menampar wajah Wanita itu jika bisa bertemu. Dan, mereka mungkin bertemu di acara pertunangan Benjamin nanti. Apa Rosela akan berani? Tentu tidak. Mungkin Yesenia yang akan ditemuinya nanti lebih mengerikan dari cerita aslinya. Lebih baik Rosela menghindari bencana.
"Tapi, jika suatu saat nanti yang mulia menyukai orang lain. Anda bisa menjadikannya selir. Gampang 'kan?" Ucapnya.
"Aku tidak tau kedepannya seperti apa. Tapi, aku mau menikah satu kali, dan kalau bisa kami tidak akan berpisah kecuali maut yang memisahkan." Ungkapan isi hati Benjamin sama persis dengan yang di novel. Benar-benar tipe pria sejati.

KAMU SEDANG MEMBACA
Am I a Villain?
FantasiaReinkarnasi di dunia isekai jadi tuan putri atau bangsawan? Mana enak! Jadi budak lah... tidur bareng tikus sama kotorannya. Mending tikus di cerita cinderella, ini tikus beneran. Huekk! (Princess) #15 dari 4,14k (Crown Princess) #1 dari 35