14. Cemburu kan ????

4.8K 340 28
                                    

"Belum sempat kita bermain Ludo di pos ronda sebelah rumah, kau sudah mau pulang saja Nak" bahu Jeno emang enak buat tepukan.

Yuta mengusap lengan berotot Jeno sesekali memandangnya penuh puja.

"Kalo ada waktu saya akan mengunjungi babeh" ya! Jawaban Jeno membuat Nana membuka mulutnya lebar.

Tumben saja, biasanya Jeno kan memang irit bicara? Apa mungkin peran Yuta memang di butuhkan oleh Jeno yang tabiatnya kurang akan kasih sayang dan perhatian orang tuanya.

"Siap !! Doakan saja babeh sehat selalu, oya Nana jangan lupa kabarin abah kalo udah nyampe jakarta ya? Jangan nakal di sana, tau kan kalo kamu nakal,—apa yang babeh akan lakukan padamu?"

Jaemin tertegun akan perkataan Yuta, mengingat bahwa kembalinya Nana ke jakarta adalah untuk menjalankan misi.

Sebenarnya, sangat mudah bagi Nana untuk meminta pertolongan pada ayahnya yang sangat terkenal akan kecerdikannya .

Yuta dikenal sebagai orang pintar di desanya. Siapa saja yang berani mengusik hidup keluarganya akan di buat sengsara, termasuk kehilangan satu organ tubuhnya.

Tapi itu dulu, sebelum Yuta mengenal winwin yang begitu ahli dalam masalah ibadah. Bayangkan saja jika status duda-nya masih melekat sampai sekarang.

Mungkin kalau Yuta mengetahui akar permasalahan keluarga Jeno, siapa yang ikut campur tangan akan ia buat seperti tumbal.

"Kok bengong anak babeh, udah ngebet mau ah uh ah uh di rumah ya?"

"Ck! Ada anak kecil loh!" Jaemin melirik sakuya yang saat itu bersembunyi di balik gorden.

"Nana, makasih ya udah menerima mami" celetuk Winwin, memberikan oleh-oleh untuk Nana berupa teh serbuk.

Jaemin tersenyum seraya meraih pinggul Winwin. "Sama-sama mi, makasi ya udah jadi pengganti bunda. Mami jaga diri baik-baik ya"

Ya! Seperti apa lah perasaan Nana yang pernah di tinggal bunda tercinta menikah lagi.

Jeno berjalan mendahului mereka menuju mobil jemputan yang akan mengantarkan mereka ke stasiun kereta.

Yuta memeluk anaknya seraya berbisik. "Berilah abah lima cucu biar kaya pandhawa, hmmm?"

"Abah ihh,, tau ahh! Nana aja masih mikirin karir"

"Hallah, opo si karir kuwi? Nikah ajalah, terus tinggal di desa sama abah. Sapi abah ada ratusan, bebek di kandang aja sampe ribuan. Kurang apa??"

Yuta tersenyum kemudian menuntun anaknya menuju mobil, membawakan keranjang Onel kucing Nana.

"Hati-hati ya?" Yuta melambai gemas pada anaknya.

❗️❗️ ❗️

Lucas menjemput keduanya di stasiun Jakarta. Mereka langsung menuju hotel bintang lima peninggalan Tiffany. Hanya tempat itu yang bisa menampung persembunyian putra semata wayangnya.

"Jen, gue langsung bawa Nana ke tempat dimana Mark suka nongki sama temen-temennya"

Jeno, tentu saja tidak sumringah wajahnya. Berbeda dengan Nana yang sepertinya fine aja.

"Mass,,"

"Iya— y-yaudah sana pergi"

Repot kalau Jeno sudah murung seperti ini. Jaemin butuh dukungan lebih dari Jeno.

Apalagi Jeno sudah mengungkapkan isi hatinya di kereta tadi. Jaemin pun menerima, mereka bertukar saliva sampai setengah jam lamanya.

"Kurang baik apa si Nana mau bantuin Lo?"

Dr. Jen || NOMIN ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang