19. Poor Donghae!

3.9K 299 10
                                    

Hallo this is mami
Fans pak Donghae mana nih hahha


Lalu lalang kendaraan menjadi saksi bahwa saat ini Jeno tengah mengukur panjang dan padatnya jalanan malam. Di dampingi Lucas, mereka akan menuju rumah Donghae.

Ya! Rumah Donghae, neraka yang pernah Jeno pijaki. Jeno tidak terima akan kematian bibi Sunny, apalagi Jeno tidak sempat berpamitan untuk terakhir kali?

Berpamitan, ini kebalik atau tidak? Karena saat Jeno pergi mengikuti Lucas, Jeno lalai dengan bibi Sunny.

"Im so sorry" mulut Jeno bergetar, air mata mengucur sepanjang perjalanannya.

Lucas di sampingnya memilih untuk menyetel lagu dangdut sekeras mungkin, agar tidak bisa mendengar isakan Jeno yang lumayan kencang.

"I'll never forget you, mom Sunny"

"Udahlah anjing! Lo nangis gue makin kesel. Cengeng banget ah!" Lucas mencoba untuk meredam tangisnya dengan kalimat sakralnya, ini bertujuan agar Jeno mengganti topik pembicaraan.

Tapi mana mungkin bisa, membayangkan bibi Sunny yang rela bangun pagi-pagi untuk menyiapkan semua perlengkapan kerja Jeno, memasak dan membersihkan semua kekacauan di kamar termasuk otak Jeno sendiri. Raga Jeno butuh belaian dan kasih sayang seorang ibu, kini,—hanya nama Sunny yang masih bisa ia ucap. Namun kehadirannya tidak bisa ia rasakan.

Terakhir kali Jeno mengingat kebaikan bibi Sunny. Melepas sepatunya di saat Jeno menangis terisak di atas bantal kasurnya, marah akan keputusan Donghae...

Siapa yang menenangkannya, bibi Sunny jawabannya.

"Melon melon!!! Mejon mejon, seprit!!"

BUGHH

Kepala Lucas di tempeleng sama Jeno, ngerusak suasana aja!

Kini mobil mereka telah berhenti di depan pintu gerbang, lima bodyguard Donghae membukakan golden gate yang tinggi menjulang itu.

Jeno membuka sedikit kaca mobilnya, membuat salah satu bodyguard itu membuntuti mobil si tuan muda. Bagaimanapun juga, Jeno pantas mendapat penyambutan.

Entah prahara apa yang akan menimpa, Jeno sudah pasang garda untuk melindungi dirinya. Dan benar saja, kepulangan Jeno langsung di sambut oleh senyuman remeh Taeyeon yang saat kini sedang menikmati teh hangat di balkon lantai dua.

"Ada seekor anak kucing terlantar yang haus kasih sayang, ini sangat menarik" Taeyeon turun ke ruang keluarga.

Taeyeon berjalan tergesa, melihat Mark dengan kacamata minusnya yang sedang di sibukkan oleh pekerjaanya.

"Baby, dimana ayah??"

Mark mengedarkan pandangnya ke arah kamar Donghae. "Dikamar mah, ada apa?"

"Kau lihat, anak itu pulang!"

Mark melepas kacamatanya, berdiri menuju pintu rumah. Menelisik celah pintu rumahnya,— Adik tirinya harus di sambut hangat.

Pintu itu terbelah, menampilkan Jeno yang berjalan tidak sendirian. Sedikit terkejut, namun Mark berusaha membuang reflek keterjutannya.

Jeno berdiri di ambang pintu, menatap Mark dengan sinis. "Dimana ayah??"

"Slow broo!! Apa lo nggak mau di peluk sama gue?? Welcome back home broo!!!"

BUGGHH

Uluran tangan Mark mendapat hantaman keras pada pipinya, kepalan tangan Jeno mendarat di sana. Ternyata membuat Mark terkapar di atas lantai, cukup mudah.

"Gue harap setelah ini Lo bersujud sama adik tiri Lo! Anak pembunuh!" Lucas tidak terima, langsung memborgol kedua tangan Mark di belakang punggungnya.

Dr. Jen || NOMIN ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang