2. Dr. Jen

11.5K 628 31
                                    

Onelita semakin tidak sadarkan diri. Dengan cepat tangan dokter muda itu membaringkan tubuh onel dengan sedikit menarik kepalanya ke belakang.

"Dok—"

"Hmmm??"

"Apakah onelku bisa di selamatkan? Kok, malah di rebahin begitu dok" ucap Jaemin, ia menggigit kukunya bertanda panik.

Dokter itu menoleh, melihat bibir tipis nan ranum Jaemin sekilas. Kemudian ia fokuskan lagi pandangannya pada si kucing.

"Ini berguna untuk membuka saluran pernafasan dan mencegah lidah onel-mu untuk tidak menghalangi saluran nafas. Kau bisa merasakan detak jantungnya kembali normal"

Oh lihatlah jemari lentik Nana yang saat ini menjamah dada onelnya.

"Onelmu muntah cukup banyak, setelah ini saya akan mengambil sample liurnya. Kau bisa duduk dulu"

"Bagaimana aku bisa duduk, onelku saja sedang membutuhkan ku!"

"Terserah saja" akhirnya dokter muda itu memperlihatkan raut pasrahnya. Ia mengambil pipet dan kaca berukuran kecil, untuk mendefinisikan racun itu berbahaya atau tidak.

Dengan telaten dan terampil, tangan dokter itu menjadikan objek pandang Nana yang menggerakan bola matanya seiring gerakan tangan si dokter.

"Ck!! Onelmu telah mengkonsumsi racun tikus"

Jaemin hampir pingsan,—ya karena memang Jaemin sendirilah yang masih menggunakan senyawa berbahaya itu untuk membunuh musuh bebuyutannya di rumah.

Terdengar nyaring suara tepukan amatir di jidatnya.

"Dokter,,—"

"Iya saya tau, saya akan memberikan penawar racun agar Onel memuntahkan semuanya"

Jaemin mundur perlahan, ternyata peristiwa sekaratnya seekor onel adalah buah dari hasil tangan gatalnya sendiri.

Kedua mata Jaemin memandang meja yang bertuliskan papan nama kecil dokter itu.

"Dr Jeno,, nama yang indah" monolognya.


* * Dr. Jen - NOMIN * *

Tepatnya pukul sepuluh malam, hembusan nafas lega terdengar dari kedua belah pihak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tepatnya pukul sepuluh malam, hembusan nafas lega terdengar dari kedua belah pihak. Onel sudah terlihat membaik. Tubuh gendutnya kini bisa berdiri dengan raut wajah yang lebih fresh dari sebelumnya.

Jaemin tidak ada hentinya tersenyum, mengusap bulu lebat kucing gendutnya yang kini mengeong karena kelaparan.

Untung saja, Jaemin selalu membawa bekal untuk onel di saat ia pergi bersamanya. Sedangkan dokter Jeno bergerak mencuci tangannya, mensterilkan peralatan medis yang telah ia gunakan.

"Onel,, terimakasih ya sudah bertahan demi mommy" 

"Berapa usia kucingmu?" tanya Jeno datar. Menahan untuk tidak menatap pantat Nana yang bergerak ke kiri dan kanan,—seiring ucapannya.

Dr. Jen || NOMIN ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang