Siang pun tiba. Tapi xiao Zhan belum juga keluar kamar. Hari semakin menurun menjadi sore, malam.. Yibo menhela nafasnya. Dengan terpaksa dia menendang pintu itu.
Terlihatlah xiao Zhan tengah berbaring didalam selimut tebalnya. Wajahnya sembab dan memerah, Yibo jadi tidak tega. Yibo mendekati ranjang. Matanya sembab dan hidungnya merah. Perutnya terus berbunyi dan bergerak-gerak kencang. Xiao Zhan meringis kesakitan dengan mata terpejam.
Yibo mengusap perut itu lembut. Seketika tendangannya menghilang, mata itu terbuka. Wajahnya sayu, xiao Zhan menyingkirkan tangan yibo dari perutnya.
Berbalik membelakangi pria itu. Terlanjur sakit hati, Yibo membalikkan tubuh xiao Zhan. Namun agaknya pria cantik itu enggan bertatapan dengannya. Yibo mengusap kepala xiao Zhan.
"Jangan marah, maafkan aku.. aku tidak bermaksud mengatakan itu"
"Hiks.."
Kan nangis lagi.. Yibo tersenyum lembut, mencium kening xiao Zhan. Perutnya menendang kuat, buah dadanya terlihat karena xiao Zhan yang memakai baju sedikit ketat. Yibo mengusap Surai dan perut xiao Zhan. "Jangan menangis lagi, aku minta maaf"
"Hiks.."
"Sayang"
Xiao Zhan masih saja diam sambil terisak. Sudah tercekat, pria Wang itu membekap tubuh xiao Zhan. Seketika tangisannya pecah, xiao Zhan meremat punggung Yibo.
Badannya bergetar hebat, tangisannya sudah terbata-bata dan sesenggukan, Yibo jadi merasa bersalah karena telah membuat pria cantiknya menangis seperti ini. Cengkraman itu semakin kencang, Yibo mencium leher xiao Zhan, berusaha menenangkan xiao Zhan.
"Hiks.. kau jahat padaku.. kalau kau tidak suka dan tidak ikhlas jangan mengusapkan perutku. Aku tidak akan memaksamu, maaf.."
"Jangan meminta maaf, aku yang seharusnya minta maaf padamu. Jangan menangis lagi ya? Hatiku sakit mendengarnya." Bisik Yibo serak, suaranya ikut tercekat.
Tangisan itu tak kunjung mereda. Xiao Zhan menenggelamkan wajahnya didada bidang Yibo. "Jika kau terbebani aku tidak akan meminta di usapkan lagi.. aku hiks a-.."
"Sssttt- jangan mengatakan itu. Aku tidak merasa terbebani, aku senang kau manja kepadaku. Meminta di usapkan padaku. Jangan mengatakan itu lagi sayang, aku tidak suka. Aku sakit mendengarmu seperti ini, jangan menangis ya? Maafkan aku." Kata Yibo mencium lama kening xiao Zhan, mengusap air mata yang turun begitu deras itu lembut.
Xiao Zhan sudah mulai tenang. Mendongakkan kepalanya, Yibo tersenyum. "Jangan menangis maafkan aku" ujarnya lembut.
Xiao Zhan mengangguk kecil. "Jangan katakan itu lagi. Aku tidak suka, aku minta maaf.. aku sudah merepotkanmu. Jangan mengatakan itu, hatiku sakit.. saat kau mengusapkan perutku rasanya nyaman dan tenang. Tapi jika kau tidak mengusapnya siapa yang akan menenangkan anakku? Hanya kau yang bisa.. jangan katakan itu lagi hiks, aku tidak menyukainya. Aku hanya ingin kau yang mengusapkannya bukan orang lain hiks.."
"Iya sayang. Aku minta maaf, sudah ya jangan menangis" bujuk Yibo lembut, mengusap punggung xiao Zhan.
Xiao Zhan mengangguk lagi. "Janji?"
"Janji sayang."
"Makan. Lapar" pinta xiao Zhan parau. Suaranya masih serak.
Yibo tersenyum, ia beranjak dari ranjang. "Tunggu disini"
"Jangan lama-lama."
"Iya sayang, hanya sebentar." Kemudian berlari kecil keluar kamar. Membawakan nampan berisi makan untuk xiao Zhan.
Bumil muda itu memakan lahap suapan demi suapan yang diberikan Yibo untuknya. Ia meminumnya lebih dulu. "Tidur. Ngantuk, usapi perutku.. keram"
"Tunggu sebentar" Yibo menaruh nampannya lebih dulu. Sebelum dia tertidur diatas ranjang bersama pujaan hatinya, xiao Zhan sudah kewalahan ingin pipis.