.
.
.
.Dua hari berlalu, dan saat ini pun, demamnya jua sudah berhenti, hanya menyisakan batuk dan flu saja. Namun jua memaksakan dirinya untuk bersekolah pagi ini. Dan saat ini, jua sudah berada dikelasnya dan duduk di kursi nya.
Dan tak lama kemudian atlia datang,
"Oh, hai jua..." sapa nya saat melihat jua, atlia mendudukan dirinya di kursinya, dan memposisikan tubuhnya menghadap ke arah jua, dengan menyilangkan kakinya.
"Hai juga..." balas jua dengan senyuman tipisnya yang terukir diwajahnya.
"Apakah sakit mu sudah sembuh??" Tanya atlia.
"Hanya flu dan batuk saja," balas jua.
"Apa kau masih penasaran dengan 7 misteri itu??" Tanya atlia... "ayo kita cari tahu tentang glasses," ucapnya.
"Kau baru saja ditolak oleh bren dua hari yang lalu," ucap jua ketus, membuat atlia terdiam.
"Saat kau tidak sekolah kemarin, aku berbicara dengan bren, dan dia menjawab akan 'mempertimbangkannya'..." ucap atlia dengan jari yang di ketuk ketuk di atas meja.
"Lalu? Kita akan mencari tau tentangnya??" Tanya jua dan atlia menganggukan kepalanya.
"Kau harus ikut..." ucap atlia.
Jua hanya berdehem sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, lagipula, jua juga tidak ingin cepat pulang kerumahnya nanti setelah pulang sekolah, jadi dia ikut saja dengan atlia, terlebih lagi, dia juga jadi ikut penasaran.
.
.
.
.Dan saat ini, jua sedang berada di gudang, dengan atlia yang terus menatap bren.
"Baiklah baiklah–" ucap bren menggantung, "setalah di pikir-pikir, gue juga butuh bantuan kalian, nggak mungkin gue terus diam di dunia ini, yang bahkan gue, nggak bisa dilihat oleh manusia, kecuali golongan manusia kayak kalian," ucap bren, atlia dan jua hanya mengangguk anggukkan kepalanya paham.
"Apa kau ingat masa lalu mu??" Tanya atlia, dengan notebook dan pena seperti biasa yang sudah ada di kedua tangannya.
Bren nampak berfikir, " nggak semua sih... cuman... ya... emh sedikit suram...." jawabnya dengan cicitan di akhir kalimat.
"Lalu apa kau tau, apa yang membuat mu tidak bisa pergi dari dunia ini??" Tanya atlia lagi,
Bren lagi lagi nampak berfikir, "emh... belom sih..." jawabnya.
"Tapi gue kenal seseorang di sekolah ini," ucapnya lagi, lantas atlia dan jua pun bertanya."Siapa??" Tanya mereka bersamaan.
"Faza dari kelas 9-2" jawabnya, jua dan atlia mengangguk paham, dan atlia langsung mencatat di notebook nya, sedangkan jua hanya memperhatikan atlia.
"Apa kau ingat kronologi sebelum dirimu meninggal??" Tanya jua.
Bren seperti bingung menjawab,
"kalo soal itu gue ga inget," balasnya."Udah kan?? Ntar kalo udah ketemu, atau ada sesuatu, panggil gue aja oke, bye bye." Ucapnya, lalu menghilang.
"Tung–" ucap atlia namun kecewa saat melihat bren telah menghilang, "panggil saja kembali" ucap jua.
"Males..." balas atlia, dia memasukan pena dan notebook mini nya kedalam saku. "Yok kita mulai!!" Ucap atlia menarik tangan jua.
"Tunggu dulu,–" ucap jua menghentikan langkahnya membuat atlia pun ikut berhenti.
"Sekarang udah sore, udh malam juga, kita lanjut besok aja." Ucap jua, atlia nampak berfikir, kemudian mengangguk,
" baiklah, kita bahas lagi nanti malam lewat telepon ya" ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo Nerd Boy.
RandomJua, hanya jua namanya. Seorang anak laki-laki yang bisa melihat makhluk halus. Dibandingkan dengan itu, dia malah lebih takut terhadap keluarganya. Yang menurutnya lebih menyeramkan daripada para makhluk itu. Sikap acuh keluarganya, dan kadang kek...