Helaan napas kembali keluar dari Barra saat menatap paspor dan visa yang sudah ada ditangannya. Tidak terasa hari begitu cepat berlalu dan besok dia sudah harus terbang ke Thailand.
"Hoi bro!" panggil teman sekantor Barra yang besok juga ikut berangkat ke Thailand.
Seketika Barra tersadar dari lamunanya. "Nglamun aja lo bro," lanjut Vano menepuk pelan pundak Barra.
"Kepikiran aja, di sana gimana ya hidupnya, " cletuk Barra berbohong.
"Alah gak usah dipikirin kali, kan ada gue, intinya tenang aja, kenalan gue di sana banyak, jadi kalau kita susah juga bakal ada yang nolongin, " sahut Vano membuat Barra tersenyum senang. Meskipun tadi dia hanya beralibi, tapi Barra juga ikut lega mengetahui jika mereka berdua akan aman saat berada di Thailand.
"Nice, gue pegang ya omongan lo, " timpal Barra tersenyum bangga ke arah temannya.
"Bawa koper berapa lo?" tanya Vano kepada Barra.
"3 sih, " jawab Barra seadanya.
"Bjir... banyak banget, bawa apa aja lo Barr?" tanya Vano tidak menyangka.
"Kayak gak tau gue aja lo Van, " cletuk Barra terkekeh pelan.
"Iya-iya si paling fashionable, " sahut Vano diakhiri tawa dari keduanya.
~~~~~Ocean & Engines~~~~~
Tibalah hari ini, di mana Barra dan Vano akan berangkat ke Thailand. "Woy ayo buruan ke Bandara, lama banget lo kek cewek aja, " ujar Vano menggedok-gedok pintu rumah Barra.
Sedangkan di dalam sana, Bara benar-benar merasa terganggu dengan kedatangan Vano di pagi buta. Dengan kesal, pria matang ini berjalan membuka pintu utamanya.
"Aelah, ngapain pagi-pagi buta udah ke sini? Kita flight nya masih jam 8 pagi nanti kali, dan ini masih jam 6, " kesal Barra malah mendapatkan jitakan dari Vano.
"Jangan lupa, kita harus ambil tiket fisik dulu di kantor, kalo telat masuk mau pake alasan apapun gak bakal bisa masuk bulol, " Vano ikut kesal melihat Barra yang ternyata belum bersiap-siap.
Mendengar hal tersebut, Barra langsung menepuk jidatnya. Sungguh dia benar-benar lupa dengan hal itu.
"Tunggu 30 menit, " ujar Barra langsung bergegas lari ke dalam rumahnya untuk bersiap.
Vano menggeleng-gelengkan kepalanya melihat temannya yang pelupa itu."Ck ck ck kebiasaan banget tuh orang, " gumam Vano elihat Barra yang berlari ke kamarnya.
Setelah 30 menit, akhirnya Barra keluar dari kamarnya dengan penampilan yang sudah sangat rapi dan 2 koper yang ada di samping kanan kirinya.
"Katanya lo bawa 3, napa jadi 2?" tanya Vano takut Barra melupakan koper satunya.
"Udah dimobil, yok sekarang, sebelum akses kantor ditutup, " ujar Barra sembari berjalan keluar dari rumahnya.
Vano tersenyum lega melihatnya, lalu mengikuti teman kantornya itu. "Woi tungguin," cletuk Vano karena sadar Barra sudah jauh di depannya. Langsung saja pria ini berlari mengikuti Barra.
Sesampainya mereka di kantor di mana mereka bekerja, kedua pria matang ini langsung bergegas mengambil tiket fisik mereka yang ada di tangan maneger perusahaan ini.
Tok...tok...tok...
"Iya silahkan, " jawab orang di dalam ruangan itu.
"Permisi pak, ini saya Barra dan Vano" ujar Barra terdengar tersenggal-senggal karena habis berlari tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ocean & Engines (END)
ChickLit"Damn! I hate you, but I can't ignoring you" Iya, dia lah Barra. Pria matang yang malah jatuh hati dengan bocah ingusan yang baru duduk di bangku SMA. Terdengar gila. Namun ini lah nyatanya. Mari simak kisah dua orang yang belum tentu menjadi sepasa...