Chapter 17

36 2 0
                                    

Setelah dikecewakan untuk kesekian kalinya, Barra memutuskan untuk kembali ke Kota Asalnya. Padahal rencana awalnya, dia akan berada di Kota Bulan selama 1 minggu full. Tetapi karena kejadian-kejadian itu, Barra memutuskan untuk segera pulang ke Kota asalnya. Dia tidak mau dibuat semakin sakit dan kecewa karena Bulan.

Selama perjalanan menuju kota asalnya, Barra sama sekali tidak mengaktifkan ponselnya. Pria matang ini tampak berusaha melupakan kejadian menyakitkan itu dari benaknya. 

Dia juga berencana, setelah perasaannya kembali tenang, dia ingin segera kembali ke Thailand. Dia tidak mau lama-lama di Indonesia. Karena sepertinya, tidak ada orang yang mengharapkan kehadirannya.

Setelah menempuh perjalanan selama hampir 3 jam, akhirnya Barra sampai di rumah tempatnya dibesarkan. Sesampainya di sana, pria ini langsung menyalami keluarganya satu persatu. 

"Kok gak bilang kalo mau pulang A'?" tanya adik perempuan Barra yang bernama Saras.

"Tiba-tiba kangen kalian," ujar Barar dengan tawa kecil. Alasan ini tidak sepenuhnya berbohong.

"Oh yaudah, kamu buruan istirahat aja. Pati capek kan?" pandu Rahma menuju kamar anaknya yang sudah lama tidak ditempati.

"Iya Mah, aku tidur dulu ya." Balas Barra diangguki Rahma selaku Ibundanya.

"Oh ya Mah, aku minta maaf ya cuman bisa di sini 2 hari." Ucap Barar merasa tidak enak dengan Rahma.

Mendengar hal tersebut, sudut bibir Rahma tertarik kecil. Wanita paruh baya ini bergerak mendekat ke Barra dan memeluk pria dewasa itu.

"Gapapa nak. Makasih ya udah pulang," sahut Rahma.

"Aku juga seneng lihat Mamah dan sekeluarga sehat," cletuk Barra dengan senyum tipisnya.

"Kalo gitu, kamu cepet bawa calon istri biar Mamah seneng," goda Rahma mengurai pelukan antara keduanya.

Barra mendelik. "Emang Mamah gak bahagia selama ini?" tanya Barra menatap tak percaya ke arah Ibundanya.

"Gak sebelum kamu nikah," papar Rahma dengan senyum gelinya.

Barra terkekeh melihat Ibundanya. Di dalam hati dia berucap, bagaimana bisa membawa calon istri dalam waktu dekat ini, jika orang yang disukainya adalah gadis SMA. 

"Do'a ini aja Mah," sahut Barra dengan senyum manisnya.

"Selalu dong. Yaudah sana istirahat. Mamah tutup ya pintunya," ujar Rahma lalu bergerak menutup pintu kamar putra sulungnya.

"Gimana bisa nikah sama dia. Dapetin hatinya aja belum bisa." Gumam Barra sembari menatap langit-langit kamarnya.

~~~~~Ocean & Engines~~~~~

Setelah mengistirahatkan badannya selama beberapa jam, Barra memutuskan untuk kembali menghidupkan ponselnya.

Baru saja beberapa menit dinyalakan. Sudah banyak sekali notifikasi pesan dari Bulan yang masuk di ponselnya. 

Barra tertawa miris saat membaca semua spam chat yang dikirim oleh Bulan. Bisa-bisanya gadis sepolos dan selugu itu mengecewakannya berulang kali.

Sebenarnya apa kurangnya, hingga gadis itu tidak menyukai Barra. Diperlakukan seperti taun putri sudah. Bisa mengerti dia sudah. Royal pada gadis itu sudah. Hingga baik kepada sleuruh keluarganya pun sudah. Tapi entah kenapa Bulan sama seklai tidak tampak tertarik dengannya.

Apa karena wajahnya yang biasa-biasa aja? Entahlah Barra tidak ingin merendahkan dirinya sendiri karena standar orang lain.

Karena merasa sudah cukup tenang, Barra memilih segera menanggapi pesan-pesan dari gadis itu. 

Ocean & Engines (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang