Bangun-bangun tidur bukannya merasa segar, malah merasa semakin kesal saat melihat notifikasi pesan dari Javas.
Kenapa laki-laki itu tiba-tiba mengirim pesan padanya. Apakah laki-laki itu ingin membahas Bulan. Jika iya, Javas sungguh merusak paginya.
Namun karena penasaran, Barra memilih untuk langsung membuka pesan tersebut. Di detik pertama, Barra masih mengucek kedua matanya karena pesan dari Javas nampak buram dan tidak jelas.
Tetapi, di detik selanjutnya mata pria ini langsung membola tak percaya melihat 3 foto yang dikirim oleh Javas. Barra mengucek kembali kedua matanya karena masih tidak percaya.
Dan sial nya ternyata foto-foto yang dikirimkan Javas benar nyatanya. Seketika pening mendera kepalanya. Dia tidak habis pikir dengan gadis itu. Bisa-bisanya ber-video call dengan Javas menggunakan pakaian seperti itu.
Baru saja dia memaafkan Bulan atas kejadian kemarin. Tapi kenapa pagi ini gadis itu sudah membuat ulah lagi. Untuk kali ini, Barra benar-benar sangat kecewa dengan gadis itu.
Apalagi sekarang foto-foto itu ada di tangan orang yang salah. Barra yakin, foto-foto itu bisa tersebar kapan saja. Karena tidak mau gegabah, Barra tidak ingin mendebatkan perihal ini sekarang.
Biarlah nanti dia mengurus hal ini. Dia tidak ingin tiba di rumah Bulan dengan keadaan penuh emosi. Jadi Barra memilih untuk menahannya sampai nanti malam.
Karena sudah tidak sabar berjalan-jalan dengan Bulan dan keluarga gadis itu, Barra segera beranjak dari kasurnya dan bergegas bersiap-siap untuk pergi meninggalkan hotel.
~~~~~Ocean & Engines~~~~~
Brengsek! Bulan benar-benar berhasil membuat Barra kecewa untuk kesekian kalinya. Tepat dihari yang Bulan janjikan ini, gadis itu lagi-lagi lupa dengan janjinya.
Ibundanya bilang jika gadis itu sudah pergi ke Salon sejak tadi pagi, dan sekarang dia tidak bisa di telfon oleh siapapun. Hanya kalimat memanggil yang tertampil di ponsel Barra dan Estira.
Saking kecewanya, pria ini tampak sama sekali tak marah. Hanya helaan napas yang terus keluar dari mulutnya.
Barra belum putus asa, dia terus mencoba menelfon Bulan. Namun sudah sampai puluhan kali, gadis itu sama sekali belum ada tanda-tanda online.
"Mau pergi sekarang aja gak? Nanti biar Bulan nyusul aja. Dia tau kok tempat makannya," papar Estira merasa bersalah.
"Iya ayo Om, Aca udah lapel banget nihh," rengek ponakan Bulan. Tadi Barra memang sempat berkenalan dengan Aca. Dan tampaknya, gadis itu sangat menyukai Barra. Begitupun juga Barra.
Pria ini terdiam sejenak lalu mengangguk lesu di detik berikutnya. Melihat wajah Barra yang lesu, Aca berinisiatif mendekat ke arah Barra untuk membisikan sesuatu.
Karena perbedaan tinggi mereka yang sangat jauh, tangan Aca mengkode Barra untuk menyamakan tingginya dengan gadis kecil itu.
Barra tentu saja tak menolak. Pria dewasa ini menurut dengan gadis kecil yanga da di depannya. "Om Balla senyum dong, nanti kalo senyum Aca kasih pelmen deh," bisik Aca lalu berlari meninggalkan Barra dengan tawa menghiasi wajahnya.
Sungguh lucu bukan? Mendengar bisikan tersebut, Barra menjadi sedikit terhibur. Akhirnya dia menyetujui ajakan Estira untuk pergi terlebih dahulu.
Setelah sampai di rumah makan tersebut, Barra mempersilahkan keluarga Bulan untuk memilih menu sesuka hati mereka. Hari ini Barra lah yang akan mentarktir mereka semua.
Awalnya orang tua Bulan sudah menolak dengan tegas. Namun dengan bujukan-bujukan maut yang diucapkan oleh Barra, kedua orang tua Bulan akhirnya menurut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ocean & Engines (END)
Romanzi rosa / ChickLit"Damn! I hate you, but I can't ignoring you" Iya, dia lah Barra. Pria matang yang malah jatuh hati dengan bocah ingusan yang baru duduk di bangku SMA. Terdengar gila. Namun ini lah nyatanya. Mari simak kisah dua orang yang belum tentu menjadi sepasa...