Chapter 9

34 1 0
                                    

Rahang Barra mengeras mendengar ucapan Bulan. Namun karena tidak mau gelap mata dulu, Barra memutuskan untuk bertanya kepada Bulan mengenai alasan Rafael mengumpati gadis itu.

"Bulan tau gak alasan Rafael bisa sampai ngumpatin kamu?" tanya Barra lembut seakan takut Bulan terluka lagi.

"Hikss... dia marah gara-gara aku main hp, padahal aku main hp jga lagi cek trading aku, masak gak boleh," sungut Bulan tidak terima dengan alasan Rafael memarahinya.

"Emang kamu main hp nya kapan?" tanya Rafael berusaha menggali informasi lebih dalam lagi.

"Waktu kelas," cicit Bulan takut Barra juga menyalahkannya.

Mendengar hal tersebut, Barra menghela napas. Ternyata alasan Rafael cukup masuk akal. Namun dia juga tidak membenarkan sikap Rafael yang sampai berani mengumpati Bulan.

Mengingat Bulan yang sangat sensitif, Barra memilih untuk tidak menegur Bulan dan hanya mendengarkan curhatan Bulan sampai selesai.

Di tengah-tengah curhatan Bulan, tiba-tiba gadis itu kembali menangis karena tiba-tiba Rafael kembali mengirim umpatan-umpatan kasar untuk Bulan melalui chat.

Karena semakin khawatir, Barra meminta Bulan untuk mengirim screenshot an chat yang dikirim Rafael kepada gadis itu. Tidak membutuhkan waktu lama, Bulan langsung mengirimkan bukti chat itu pada Barra.

Namun bukannya malah fokus membaca isi chat Rafael dengan Bulan, pria matang itu malah salah fokus dengan notifikasi chat darinya yang ternyata dibisukan oleh gadis itu.

Di dalam hati Barra tertawa miris melihat fakta yang selama ini tidak diketahuinya. Ternyata inilah yang membuat Bulan slow respon kepadanya.

Takut Bulan curiga, Barra segera membaca chat dari Rafael itu secara seklebat. Setelah memahami POV Bulan maupun Rafael, Barra memilih untuk mendengarkan curhatan Bulan saja.

"Udah lega?" tanya Barra.

"Udah kak, makasih banyak ya," ujar Bulan  sudah mulai tenang.

"Yaudah, kalo gitu mending kamu istirahat aja. Ini udah mau pagi, besok kamu masih sekolah," peringat Barra berhasil membuat Bulan menepuk jidatnya.

Hampir saja gadis itu lupa, jika besok dia harus berangkat lebih pagi. Dia tidak mau sampai terlambat lagi, dan mendapatkan hukuman lainnya dari Bu Reni.

"Ah iya kak, makasii banyak ya udah mau dengerin dan gak nyalahin aku," ujar Bulan tersenyum manis.

"Iyaa, kalo ada apa-apa bilang sama aku aja ya," ujar Barra membuat senyum Bulan semakin merekah di balik sana.

Setelah telfon antara keduanya terputus, Bulan langsung memutuskan untuk tidur. Sedangkan, di seberang sana, Barra tengah memikirkan fakta yang dia ketahui. 

Dia sama seklai tidak menyangka jika Bulan sama sekali tidak menganggapnya sepesial. Dia kira, dia cukup sepesial di hidup gadis itu karena telah banyak berkorban untuk gadis itu.

Hatinya sedikit sakit mengetahui fakta itu. Namun sekarang, dia memilih mengesampingkan perasaanya itu dan mulai menaruh curiga kepada gadisnya itu.

Setelah merenungkan semuanya, akhirnya Barra semakin yakin untuk diam-diam menyelidiki apa yang Bulan lakukan dibelakangnya. Tidak hanya itu, pria ini juga mulai merencanakan untuk mengungkapkan perasaanya pada Bulan setelah masalah ini selesai.

Dia ingin mengikat Bulan dalam status secepat mungkin. Dia tidak ingin lagi mengulur-mengulur waktu.

~~~~~Ocean&Engines~~~~~

Pagi telah tiba, suara burung-burung peliharaan di rumah Bulan mulai berkicauan menghiasi suasana pagi yang sangat autentik.

Namun seperti hari sebelumnya, Bulan sama sekali tidak terusik dari tidurnya. Dan yang lebih parah lagi, sekarang jam sudah menunjukan pukul 07.00, tetapi gadis itu sma sekali belum menunjukan tanda-tanda akan bangun dari tidurnya.

Ocean & Engines (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang