"BULAN!!! KENAPA BARU PULANG HA?" sentak Estira setibanya Bulan di rumah.
Bulan terjingat mendengar bentakan Ibundanya. Dia bisa merasakan kobaran api kemarahan sang Ibunda sangat mendominasi suasana malam hari ini.
Dengan tergagap gadis ini menjawab. "Maaf Mah__tadi mobil temen__ aku mogok, jadi kita harus singgah di bengkel dulu," bohong Bulan karena sejujurnya dia berjalan-jalan sampai lupa waktu.
"Halah alesan aja kamu, emang keluar sama siapa sih?" Tanya Estira.
"Sama temen dari modeling Mah, namanya Dhea," bohong Bulan lagi.
Estira yang tahu tabiat anaknya sering berbohong tak langsung percaya. Namun sekarang wanita paruh baya itu tidak ingin meributkan hal tersebut. Karena ada hal yang lebih penting untuk diributkan dengan gadis itu.
"Oh ya, kamu tahu kan kalau hari ini Barra mau ke sini? kenapa gak bilang Mamah dan kamu malah main sama temen kamu itu ha?" ucap Estira dengan nada datar.
Bulan menjadi gelisah mendengar pertanyaan dari Estira. Tidak mungkin gadis ini mengatakan jika dia tidak menyukai kedatangan pria itu.
"Jangan diem aja! Kamu gak kasian apa sama dia? Dia sampai di Indo langsung dateng ke sini tapi kamu gak ada di rumah. Kalau emang mau pergi ya setidaknya bilang dulu sama dia. Kasian udah nungguin kamu dateng dari jam setengah enam tadi. Dia juga baru pulang 15 menit yang lalu." Omel Estira sembari bersedekap dada.
Sontak Bulan terkejut saat mendengar apa yang ibundanya ucapkan. Jadi pria itu sudah sampai di sini sejak tadi sore. Sial! Bulan kira pria itu akan tiba malam nanti.
Jadi, jika sudah seperti ini dia harus bersikap seperti apa lagi. Pasti setelah ini Barra akan mengintrogasi Bulan dan mencurigai gadis ini. Dan seperti biasanya, pasti setelah kejadian seperti ini, mereka akan bertengkar hebat.
"Maaf Mah, aku sama sekali gak tau kalo dia nyampenya bakal sore. Soalnya aku kira sampainya malam," Ujar Bulan jujur.
"Ngapain minta maaf sama Mamah. Minta maaf sama Barra lah. Sekarang kamu chat dia dan say sorry." Perintah Estira tegas langsung diangguki Bulan.
"Iya Mah, Bulan ke kamar dulu ya," ujar Bulan lalu beranjak pergi menuju kamarnya.
Sesampainya di kamar, gadis ini langsung menghidupkan ponselnya yang sedari siang dia matikan.
Baru saja menghidupkan ponsel dan data selulernya, sudah puluhan pesan dari Barra yang masuk. Namun dari sekian pesan-pesan itu, matanya berhasil dibuat memboal saat melihat tangakapn layar yang dikirim Barra kepadanya.
Sial! Gadis ini kecolongan lagi. Tangkapan layar yang dikirim Barra adalah fotonya saat makan bersama Javas tadi. Jika diteliti lagi, foto ini berasal dari instastory Javas.
Rasanya kepala Bulan ingin pecah saat melihat tangkapan layar itu. Dia sama sekali tidak tahu jika Javas tadi memfotonya. Kesal. Gadis ini sangat kesal karena Javas tidak bertanya kepadanya dulu sebelum mengunggah fotonya.
Saking Frustasinya, gadis ini bingung harus membalas pesan Barra dengan kalimat seperti apa. Namun, belum sempat menjawab pesan-pesan itu, tiba-tiba pesan baru kembali datang dari Barra.
Kak Barra
udah pulang?
Sontak, Bulan terkejut dengan pertanyaan yang Barra kirimkan. Kenapa pria itu terlihat tenang dan tak marah dengannya. Bukannya dia juga sudah tau jika dia tadi berjalan-jalan dengan Javas.
Karena melihat pertanyaan Barra yang terkesan tak marah, jemari lentik gadis ini segera menegetikkan balasan untuk pria itu.
Kak Barra
KAMU SEDANG MEMBACA
Ocean & Engines (END)
ChickLit"Damn! I hate you, but I can't ignoring you" Iya, dia lah Barra. Pria matang yang malah jatuh hati dengan bocah ingusan yang baru duduk di bangku SMA. Terdengar gila. Namun ini lah nyatanya. Mari simak kisah dua orang yang belum tentu menjadi sepasa...