CHAPTER 13

27 1 0
                                    

Untung saja, kemarin sebelum menelfon Javas, gadis ini tidak lupa menyalakan alarm pada jam wekernya. Dan untungnya juga, dia berhasil bangun lebih pagi dari biasanya.

"Eungh... jam berapa sih nih? masih gelap banget perasaan," gumam Bulan sembari meraih jam weker yang ada di atas nakas tempat tidurnya.

"Njir setengah enam!" umpat Bulan karena terkejut.

Dengan segera, gadis ini menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap-siap ke sekolah.

Setelah 30 menit menghabiskan waktunya di dalam kamar mandi, Bulan akhirnya keluar dari ruangan itu dengan keadaan yang sudah lengkap berseragam.

Karena tidak mau terlambat lagi, gadis ini langsung pergi ke sekolah tanpa melihat keadaan ponselnya yang telah kehabisan daya. Dan sialnya, Bulan juga tak membawa charger ponselnya.

Entah bagaimana reaksinya nanti. Apalagi gadis ini belum tahu, jika Barra semalam telah mengiriminya banyak pesan.

Sedangkan di negara seberang, sekarang Barra tengah frustasi karena gadisnya itu belum membalas semua pesannya. Padahal, semenjak semalam Barra sudah sangat antusias ingin memberitahukan kepada Bulan jika dia akan pulang ke Indonesia dan berencana berkunjung ke rumah gadis itu.

Namun sialnya, sampai sekarang gadis itu belum membalas satupun pesannya sejak semalam.

Karena jam terbangnya tepat pada pukul 2 siang, Barra memutuskan untuk segera mengemasi barang-barangnya dan memikirkan masalah ini setelah semua persiapannya selesai.

~~~~~Ocean & Engines~~~~~

Rasanya sekarang Bulan ingin menggeram kesal karena baru sadar jika ponselnya lowbat namun lupa tidak membawa charger ponselnya.

Di tengah kekesalannya ini, tiba-tiba gadis ini teringat dengan Barra.

"Sial! Pasti Kak Barra chat gue." Umpat Bulan sembari menatap nanar ponselnya.

"Ah udahlah, paling juga dimarahin," lanjut Bulan memilih untuk tidak terlalu memikirkannya.

Karena takut Bell masuk segera berbunyi, Bulan dengan cepat langsung meminjam charger milik teman sekelasnya.

Setelah 2 jam pelajaran berlalu, Bulan beranjak mengambil ponselnya dan segera menyalakannya. Baru saja dinyalakan, berpuluh-puluh pesan dari Barra muncul di notifikasinya secera beruntun.

Bibir Bulan memucat. Gadis ini mulai gelisah. Pasti kali ini dia akan mendapatkan kemarahan yang luar biasa dari Barra. Apalagi pesan-pesan itu sudah dikirim sejak semalam. Di waktu yang sama saat gadis ini mematikan telfonnya dengan Javas.

Dia yakin, Barra akan sangat marah kepadanya.

Belum sempat membalas semua pesan itu, tiba-tiba 2 pesan baru datang dari pria yang tak lain dan tak bukan adalah Barra.

Bulan menggigit kuat bibirnya. Sekarang dia takut pria itu memarahinya. Padahal pagi tadi, gadis ini seolah tidak terlalu memikirkan kemarahan Barra padanya.

Kak Barra

Bul, bales aku.

jangan ngilang.

eh

hallo kak

maaf, semalem aku ketiduran

terus pagi tadi hp aku lowbat

ckck

kok bisa lowbat? gak kamu charger emangnya?

Ocean & Engines (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang