"BULAN!!!! KENAPA TELAT LAGI HA?!" tanya Reni dengan suara yang naik satu oktaf dari biasanya.
Badan Bulan tampak bergetar saat mendengar teriakan Bu Reni yang berada tak jauh darinya. Bibirnya juga ikut begetar saat guru tersebut berjalan menghampirinya.
Dengan tatapan tajam nan menghunus, Bu Reni mengamati Bulan yang masIh berdiri di depan gerbang sekolah.
"Kenapa telat lagi? gak kapok udah dihukum terus?!" tanya Bu Reni tegas.
"Bulan minta maaf___ maaf bu," Bulan terbata-bata. Gadis ini tak berani memandang gurunya dan mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.
"Kalau bicara itu tatap orangnya, bukan malah liat yang lain Bulan." Tegas Bu Reni lagi. Guru ini tak mengira jika Bulan seperti ini.
"Maaf___maaf bu," ucap Bulan lagi. Kali ini sembari melihat guru yang berdiri di depannya.
"Sekarang kerjakan hukuman kamu seperti kemarin. Kamu ingatkan?" tanya Bu Reni memastikan.
"Mengepel koridor Bu," balas Bulan yang diangguki Bu Reni.
"Good. Sekarang segera kerjakan, dan kembali ke kelas setelah selesai." Peringat Bu Reni dengan tegas.
Bulan hanya mengangguk patuh lalu berjalan mengambil alat kebersihan yang ada di dekat ruang olahraga.
Setelah menemukan ember dan alat pel-pel an, gadis ini mulai membersihkan lantai koridor dengan telaten. Dia tidak ingin sampai mendapatkan hukuman tambahan karena tidak bersih membersihkan koridor.
Setelah dirasa bersih, gadis ini segera kembali ke kelasnya dan mengikuti pembelajaran. Namun tanpa Bulan sangka, baru sekitar 30 menit duduk di kelasnya, ada seseorang yang mencarinya di depan kelas.
"Assalamualaikum pak, maaf ini tadi katanya Kak Bulan dipanggil BK," ujar adik kelas Bulan setelah menyalami tangan guru Bahasa Inggris yang sedang mengajar di kelas Bulan.
Mendengar namanya disebut, sontak Bulan terkejut. Jantungnya kembali berdetak tidak beraturan saat mendengar dia dipanggil BK. Dia harap, tidak ada hukuman tambahan baginya.
"Wah Lan! Lo abis ngapain sampe dipanggil BK?" tanya teman sekelas Bulan penasaran.
"Alah paling juga karena telat," bisik-bisik orang yang duduk dibarisan paling belakang.
Bulan menghiraukan semua pertanyaan teman-temannya dan segera menyalami Pak Ahmad sebelum keluar dari kelas.
Sesampainya dia di ruangan konseling, Bu Reni langsung memintanya untuk duduk di depan 3 guru BK lainnya.
Sontak bulu kudak Bulan langsung berdiri, melihat tatapan guru-guru konselingnya. Memang tidak menatap tajam, tapi di sana Bulan bisa membaca jika permasalahan yang akan dibahas benar-benar serius.
"Kamu tau apa kesalahan kamu kahir-akhir ini?" tanya Bu Reni mengawali percakapan serius ini.
Bulan hanya mengangguk pelan. "Saya sering telat Bu," cicit Bulan.
"Benar Bulan. Tapi sepertinya kamu juga sering tidur di kelas bukan?" sahut Pak Ivan membuat bibirku pucat.
"Kami mendapatkan banyak laporan dari guru yang mengajar di kelasmu. Katanya kamu sering sekali tidur, dan susah dibangunkan," cletuk Bu Reni menggeleng-gelengkan kepalanya.
Bulan tetap diam dengan kepala menunduk. Tampaknya dia lupa dengan wejangan Bu Reni tadi pagi.
"Jangan menunduk Bulan. Kmai perlu berbicara dengan kamu bukan angin atau bayanganmu," ketus Bu Desi semakin membuat jantung Bulan berdetak tidak karuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ocean & Engines (END)
ChickLit"Damn! I hate you, but I can't ignoring you" Iya, dia lah Barra. Pria matang yang malah jatuh hati dengan bocah ingusan yang baru duduk di bangku SMA. Terdengar gila. Namun ini lah nyatanya. Mari simak kisah dua orang yang belum tentu menjadi sepasa...