Hari ini Aruna bersenandung dengan senang sembari menjinjing tasnya menyusuri jalan menuju kampusnya. Di hari pertamanya ini, dia tengah membayangkan betapa banyaknya teman yang nantinya akan dia dapat di kursi perkuliahan. Aruna tengah memeriksa jadwal kuliahnya di ponsel pintarnya sambil memperhatikan di ruangan mana dia akan belajar hari ini. Sesampainya di kampus, dia sibuk menolah-nolehkan pandangannya mencari kelasnya. Di tengah kebingungannya dia mengepalkan tekadnya untuk mencoba bertanya ke salah satu mahasiswa disana. Disentuhlah pundak perempuan berambut pendek seleher yang terduduk mengikat sepatunya.
"Maaf permisi kak, Ruang Kuliah 7 Gedung E dimana ya kak?" tanya Aruna sopan.
Perempuan itu sedikit terkaget dengan kehadiran Aruna yang tiba-tiba mengajaknya bicara. Aruna pun ikut terkejut dengan reaksi perempuan itu.
"Eh sorry, Lu jadi kaget juga. Tadi lu tanya apa?" tanya perempuan itu berdiri menghadap Aruna
"Ah maaf ya kak jadi bikin kaget. Ini mau tanya Ruang Kuliah 7 Gedung E dimana ya?"
"Wah kebetulan gua juga ada kelas disana habis ini, lu maba?"
"iya kak"
"Gak usah bilang kak, gua juga maba kok, santai aja. Kita bareng aja ke kelas, gimana?"
"Oke deh. Btw gue Aruna" ucap Aruna mengulurkan tanggannya untuk berkenalan.
"Meidiana, panggil aja Mei" jawab Mei menyambut uluran tangan Aruna dengan tangganya.
Mei dan Aruna berjalan menuju kelasnya sembari berbincang kecil memperkenalkan diri. Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan Nadin yang juga kebetulan sekelas dengan mereka berdua. Mereka memutuskan untuk duduk bertiga di barisan depan, mengobrol, mengakrabkan diri dan tanpa sadar menjalin pertemanan yang dimulai dengan hal sederhana.
Lama-kelamaan mahasiswa memenuhi ruang kuliah hingga akhirnya dosen pengajar pertama masuk. Bapak-bapak berperut buncit, lengkap dengan tas jinjing dan kacamata yang sedikit miring duduk menyapa para mahasiswa yang mayoritasnya masih mahasiswa baru. Tak lama setelah sang dosen masuk, ada tiga orang mahasiswa dengan terburu ingin memasuki ruangan. Mereka menyengir singkat pada sang dosen dan segera mengambil duduk di belakang.
"Eh eh eh, ayo duduk di depan. Saya tau kalian bukan maba. Kalian Gading......Baskara......dan Sakha kan. Kalian ngulang kelas saya tahun lalu kan kalian? Ayo duduk depan, nanti kalo di belakang yang ada bercanda terus. Saya males kalau kalian ngulang lagi" Tegur dosen itu menunjuk 3 mahasiswa tadi yang baru datang.
Ketiganya duduk di dekat Aruna, Nadin, dan Mei yang memang duduk di barisan depan. Aruna bisa melihat 3 wajah mahasiswa tersebut yang sedikit menggurutu karena dosennya itu. Kebetulan mereka duduk di kursi-kursi sebelah Aruna yang memang sedang kosong. Laki-laki di sebelanya berambut hitam sedikit ikal dengan alis yang tebal. Hidungnya bangir dan ada lesung yang menghiasi masing-masing pipinya. Bibirnya masih sibuk menggerutu kepada teman-temannya. Si dosen di depan Aruna juga masih tidak henti-hentinya meledek mereka bertiga. Aruna tertawa pelan bersamaan dengan mahasiswa yang lain saat dosen itu masih dengan santainya membahas kekonyolan mereka di kelas sang dosen tahun lalu. Gading menoleh sedikit mendengar tawa gadis di sebelahnya. Disampingnya duduk mahasiswa dengan rambut sepundak yang tertawa lembut yang dia yakini masih maba. Tangannya yang lentik menutup sedikit mulutnya saat tertawa. Yang dipikiran Gading sekarang hanya ada suara tawa yang terdengar amat manis yang keluar dari bibir berpoles merah muda milik si gadis tidak dia kenal.
"Cantik" ucap Gading tanpa sadar.
"hah?" tanya Aruna kepada Gading yang tiba-tiba berkata cantik.
"Eh enggak. Maksud gue itu kotak pensil lu cantik mirip punya adek gue hehe" Gading bersyukur dia bisa mencari alasan demi menghindari kecanggungan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Temu
RomanceAruna, gadis pemilik tawa dan senyum yang manis nan lembut memulai kisah cintanya dengan menjadi pengagum rahasia seorang pria yang menurutnya sempurna tanpa celah. Akan tetapi, kehadiran Gading dihidupnya yang memberikan cinta dan seolah-olah sang...