Suara gelak tawa terdengar di sela-sela semilir angin yang berhembus siang itu. Terik matahari cukup membuat para makhluk bumi enggan untuk merasakan kehangatannya. Hari yang panas, jadwal yang padat, tugas yang menumpuk, dan dosen yang killer cukup membuat siapa saja enggan melanjutkan hari dan berharap untuk segera pulang bertemu dengan sang pembuat mimpi (kasur). 3 orang gadis yang sedang berjalan beriringan menyusuri jalan berjuang melawan ganasnya terik matahari dengan buku di atas kepala mereka sebagai tameng agar panas itu tidak langsung menembus kulit kepala.
"Capek banget gua, sumpah" ucap Meidiana yang terlihat sangat lelah.
"Sabar aja Mei, namanya juga usaha" ucap Nadin seraya mengelus pelan lengan kanan Meidiana.
"Gua ngerasa gua salah jurusan deh" lanjut Meidiana sambil menoleh ke arah kedua temannya.
"Kok gitu" ucap Nadin penasaran
"Ya abis gua stres banget, gila yang bener aja udah tugasnya susah pake numpuk segala jadwalnya padet merayap. Fiks sih ini gua salah jurusan" ucap Meidiana dengan yakin.
"Hahaha Mei Mei kamu ini ada-ada saja" ucap Nadin menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Ini kenapa gedung MKU jauh banget sih ah elah, ini lagi matahari panas banget gak bisa apa ya agak mendung sedikit" ucap Meidiana agak sedikit kesal.
Nadin hanya tertawa saja melihat kelakuan teman di sebelah kanannya itu yang tidak berhenti mengomel mungkin dia beneran lelah sebab jadwal kuliah sudah dimulai sejak pagi dan ini sudah pukul 13:00 waktu yang tepat untuk matahari berada di atas kepala.
"Eh bentar-bentar itu Viola bukan sih?" Tanya Meidiana sambil menatap ke arah seseorang.
"Viola yang masuk IG kampus itu kan, sama kak Aroon gak sih" ucap Nadin.
"Runa berhenti dulu elah jalan Mulu" ucap Meidiana sambil menarik tangan Aruna agar berhenti.
"Eh kenapa sih kok berhenti" ucap Aruna terkejut karena tiba-tiba di hentikan oleh Mediana.
"Itu kak Aaron bukan sih yang lagi makan sama Viola di kantin Fisip" ucap Meidiana kepada Aruna.
Aruna yang sejak tadi hanya diam dan melamun meluruskan pandangannya ke arah yang dituju oleh Mediana. Hatinya sakit, ia tidak siap untuk hari ini. Hari dimana ia melihat sang kekasih hati terlihat bersama dengan wanita lain sambil diselingi canda tawa dan berlaku romantis bak sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara di pandangannya. Aruna menyeringai lalu melangkahkan kakinya dengan cepat pergi meninggalkan teman-temannya jauh di belakang seraya menahan rasa sakit dan airmata yang tertahan di pelupuk matanya.
🍒
Sudah 2 hari berlalu sejak kejadian dimana Aruna mendapati Aaron sang kekasih hati terlihat mesra dengan wanita lain dan sudah terkonfirmasi bahwa mereka berdua tengah menjalin kasih serta 4 hari sejak Gading menyatakan perasaannya kepada Aruna. Aruna jadi lebih pendiam dari biasanya, terlihat sering melamun, tidak bisa fokus dengan pelajaran, tidak menghabiskan makanannya, Aruna kacau. Itu yang dilihat dari kacamata kedua temannya. Nadin dan Meidiana yang merasa ada yang tidak beres dengan kawannya itu berinisiatif untuk bertanya secara langsung penyebab Aruna menjadi seperti orang yang tengah patah hati. Akhirnya kelas terakhir yang panjang dan sedikit membosankan itu pun selesai. Nadin dan Meidiana saling menatap satu sama lain kemudian mengangguk.
"Eh guys main ke apartemen gua yuk" ucap Meidiana kepada kedua temannya yang tengah membereskan mejanya.
"Boleh, udah lama juga kita gak main ke apartemen kamu" ucap Nadin.
"Mmm gue skip ya, gue capek banget pingin mandi trus rebahan" ucap Aruna yang pelan.
"Ihh kok lu gak seru sih, ayok lah Runa, gua abis download film baru" ucap Meidiana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Temu
RomanceAruna, gadis pemilik tawa dan senyum yang manis nan lembut memulai kisah cintanya dengan menjadi pengagum rahasia seorang pria yang menurutnya sempurna tanpa celah. Akan tetapi, kehadiran Gading dihidupnya yang memberikan cinta dan seolah-olah sang...