7. Aturan

4.2K 69 4
                                    

Pagi harinya, Luca terbangun dari tidurnya dengan rambut berantakan. Dia duduk di atas kasur dengan bersila sembari mengumpulkan setengah nyawanya yang hilang. Tak lama kemudian, ia membuka mata secara perlahan dan menatap sekitar.

Namun, tiba-tiba matanya membelalak saat mengetahui bahwa ia sekarang tidak berada di atas kasur miliknya, tetapi kasur milik Ayuna. Luca langsung terburu-buru turun dari sana dengan wajah kebingungan sebelum berlari ke tempat tidur miliknya sendiri di sebelah.

"Sial, bagaimana bisa aku berada di sini?!" ucapnya sendiri sesaat sebelum merebahkan kembali tubuh besarnya itu ke kasur miliknya.

"Wah, sudah bangun pangeran? Apakah harus hamba juga yang merapikan tempat tidurnya?" Suara Ayuna terdengar di depan pintu masuk kost mereka. Dia setengah bersandar di sisi pintu dengan wajah yang sedikit kesal, tetapi ditahan.

Kilas balik kejadian tadi malam, Luca dengan keadaan masuk secara tiba-tiba terbangun dan duduk di lantai dengan wajah mabuknya. Dia dengan wajah mabuk memandang gadis itu sembari menunjuk-nunjuk. "Kamu itu mahasiswa baru, jadi harus hormat dengan kakak tingkat."

Ayuna semakin kesal, dia meniup poninya yang menutup wajahnya lalu berkata, "Perasaan kalau di luar kampus, terserah aku mau bersikap seperti apa sama kamu, deh?"

"Hm?" Luca tiba-tiba berdiri dan berdiri mendekati Ayuna dengan berjarak beberapa inci saja. Dia mendekatkan wajahnya ke arah muka Ayuna. "Sama saja!"

Ayuna refleks menutup mulutnya karena bau alkohol sangat menyeruak dari mulut Luca apalagi dia masih sedikit trauma dengan ciuman mereka yang terjadi tiba-tiba pada beberapa waktu lalu. "Bau alkohol, sana balik ke kamarmu!"

Luca terdiam kaku dalam beberapa menit dan akhirnya dia malah berjalan ke kasur Mira dan terbaring di sana dengan pose yang tidak normal.

Ayuna terkejut lalu langsung berteriak. "Ini kasurku! Sana ke kasurmu!" Gadis itu mulai menarik tangan Luca agar menyingkir dari sana. "Berat sekali, makan apa, sih?"

Luca bergeming, dia malah terdengar mendengkur di sana dengan senyuman khas orang mabuk.

"Ayo bangun, aku juga sudah mengantuk!" Ayuna dengan sekuat tenaga membangunkan tubuh pria muda itu, tetapi bukan malah membangunkannya, ia malah tersungkur di sana.

Luca menarik tubuh Ayuna lalu mendekapnya dengan erat sembari mengusap perlahan rambut gadis itu, terdengar sekilas dia terkekeh lalu berkata dengan suara berat. "Baiklah cerewet, sekarang ayo tidur. Katanya mengantuk~"

Dengan sekuat tenaga Ayuna memberontak, tetapi tidak bisa melepaskan diri dari sana. "Lepaskan aku pria cabul! Pria ini benar-benar kehilangan kesadarannya!"

Tiba-tiba gadis itu terdiam saat menyadari posisi mereka yang sedikit ambigu, dia berada di pelukan Luca; yang tidak memakai atasan. Jantungnya mulai berdegup kencang; tubuhnya benar-benar menempel dan Ayuna bisa mendengar detak jantung pemuda tampan itu dengan jelas.

Tak lama kemudian, dengan kesadaran penuh Ayuna mendorong tubuh Luca dengan sekuat tenaga lalu menyingkir dari sana. Perasaan lega mulai menghampiri saat gadis itu berhasil meloloskan diri lalu terduduk di lantai samping kasur. "Akhirnya!"

Ayuna menenangkan jantungnya sejenak sebelum berdiri menatap Luca dengan penuh amarah. "Tidur saja di sana sampai pagi, sial! Kamu yang melanggar aturan kamu sendiri, cuih!" Ayuna tidak habis pikir dia bingung akan tidur di mana untuk malam ini. Namun, setelah itu ia berpikir untuk bertukar tempat tidur dengan Luca untuk malam ini saja. "Baiklah, dia dulu yang mulai. Berarti bukan salahku!"

Kembali ke masa sekarang, Luca mendadak turun dari kasur dan menunjukan wajah yang penuh dengan tanda tanya. "Bagaimana bisa aku berada di sini?"

Ayuna yang berdiri di depan pintu masuk mulai berjalan ke arah kulkas dan menaruh sayuran di sana. "Apakah kamu bertanya dengan serius padaku?" ucapnya tanpa menoleh ke arah Luca. "Kamu mabuk apa lupa ingatan?"

Luca terdiam sejenak sembari mengingat kejadian tadi malam. Dia hanya mengingat beberapa potongan kecil sebelum menyadari tingkahnya semalam yang sangat memalukan. Luca dengan cepat berjalan ke arah kasurnya lalu pergi pura-pura tidur sana dengan menutup seluruh tubuh dengan selimut miliknya. "Diamlah, aku masih mengantuk. Jangan ganggu hari liburku!"

Ayuna menutup kulkas dengan kencang. "Siapa yang menganggu siapa, sih Bapak Luca? Dia yang bertingkah aneh seperti itu malam tadi."

Luca tidak menjawab, dia pura-pura tertidur sembari menahan malu.

"Oh, iya. Jangan lupa setiap pelanggaran ada denda 50 ribu rupiah, Anda juga yang memberitahukan aturan itu, 'kan Bapak Luca?" ucap Ayuna lagi dengan bahasa baku sembari merapikan kasurnya yang berantakan oleh pria itu. "Kamu pasti mendengar ucapanku 'kan?"

Luca mau tidak mau membayar Ayuna, begitu sebaliknya ketika Ayuna melakukan pelanggaran dia akan membayar sejumlah denda. Namun, lucunya mereka selalu stuck di denda 50k dan hanya berpindah tempat saja.

Hari ini jadwal Ayuna masuk ke kampus, dia dengan serius mendengarkan apa yang telah di sampaikan dosen dan bersiap untuk mengerjakan tugas. Untuk seorang mahasiswa baru seperti Ayuna, tidak heran jika mereka masih sangat bersemangat dalam mengikuti perkuliahan.

Setelah jadwal mata kuliahnya berakhir, Ayuna memutuskan untuk pergi ke kantin sejenak untuk sekadar melepas dahaga. Dia memesan es teh dan minum di sana secara sendirian, sembari menatap catatan mata kuliah miliknya.

Tidak lama kemudian, datang Zoe yang sedang menenteng jajanan gorengannya dan duduk di depan Ayuna. "Boleh aku duduk di sini?"

Ayuna mendongak sebelum melanjutkan menatap Zoe yang duduk persis di hadapannya dengan senyuman kecil. "Eh, Zoe. Boleh. Bagaimana perkuliahanmu hari ini?"

"Baik, tentu saja." Zoe mengambil salah satu gorengan tahu dan menyodorkan kantung plastik yang berisi gorengan kepada Ayuna. "Makanlah," tawar pemuda itu.

Ayuna yang melihat makanan gratis di hadapannya tentu saja tidak menolak. "Terimakasih."

"Lalu bagaimana dengan perkuliahanmu?" tanya Zoe.

Ayuna yang baru mulai mengigit gorengan menjawab dengan mulut penuh. "Bwaaik."

Zoe tertawa saat melihat sisa gorengan itu melekat di ujung bibir Ayuna dan ia refleks menyeka benda tersebut di sana. "Maaf ya?" ucapnya dengan nada rendah.

Ayuna sedikit terkejut, tetapi dia mulai tertawa karena canggung dengan Zoe yang tiba-tiba melakukan itu padanya. "Terimakasih dan maaf juga aku makannya tidak senonoh."

"Tidak apa-apa, btw kamu di sini tinggal di mana, ngekost atau tinggal di rumah keluarga?" Zoe membuka pertanyaan lagi karena ia merasa canggung juga setelah melakukan  hal tersebut.

"Aku ngekost," ujar Ayuna menghabiskan satu kantung gorengan milik Zoe. "Eh, maaf ya. Habis!" Gadis itu tidak menyadari apa yang ia lakukan, dia menyodorkan plastik kosong itu lagi ke Zoe sembari terkekeh.

"Tidak apa-apa, habiskan saja." Zoe ikut tertawa dengan tingkah Ayuna yang lucu. "Bolehkan aku tahu alamat kostmu di mana, maksudku jika suatu saat nanti ada tugas kita bisa kerja kelompok di sana. Tidak hanya aku, kita ajak teman-teman lain."

Ayuna yang baru meminum tehnya kembali tiba-tiba tersedak karena mendengar kalimat yang keluar dari mulut Zoe. "Jangan!"

"Apa maksudmu?"

.....

Vote dung, ninggalin jejak aja susah banget🐊

ROOMMATE  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang