11. New Job

4K 73 0
                                    

Ayuna berdiri di depan sebuah convenience store di tengah-tengah kota, matanya tertuju ke arah selebaran yang menempel di dinding toko tersebut. Secara kebetulan mereka sedang mencari karyawan paruh waktu sekarang.

Ayuna dengan senyum ringan mulai masuk ke dalam dan mencari keberadaan bos untuk bertanya apakah lowongan pekerjaan tersebut masih tersedia atau tidak. Dengan melalui karyawan lain Ayuna berhasil menemukan bos tempat tersebut.

Bos muda yang melihat Ayuna langsung mendekat ke arahnya dengan membalas senyuman gadis itu. "Mau mencari lowongan pekerjaan?"

Ayuna mengangguk. "Iya Tuan, kalau masih ada lowongan pekerjaan saya ingin melamar di sini dan kebetulan saya mahasiswa baru yang butuh sekali pekerjaan paruh waktu ini," balas gadis itu sembari terpaku ke nametag milik sang bos muda, Darren.

Bos muda itu mengangguk mengerti. "Kebetulan, lowongan itu masih ada dan kamu bisa bekerja di sini."

Ayuna tidak menyangka bahwa dia bisa diterima dengan mudah di tempat ini. "Wah, apakah itu benar, Tuan? Apakah ada syarat-syarat lain seperti CV dan lain-lain?" tanyanya lagi dengan wajah sumrigah.

Darren mengangguk perlahan. "Tentu saja, kamu harus melengkapi Snk-nya. Nanti akan saya berikan formulirnya."

"Kapan saya akan bekerja, Tuan?" tanya Ayuna lagi dengan semangat yang membara. Perasaan lega mulai menyelimuti hatinya, karena dia juga sudah berusaha mencari pekerjaan di tempat lain, tetapi hanya tempat ini yang menerimanya dengan mudah.

Darren membalas Ayuna dengan ramah. "Besok sudah bisa mulai. Namun, yang perlu kamu ketahui bahwa convenience store ini masih baru dan gajimu hanya separuh dari karyawan tetap."

Ayuna mengelengkan kepalanya berkali-kali untuk memberikan pernyataan tidak keberatan. "Saya sudah sangat bersyukur diberikan pekerjaan, Tuan. Saya janji akan bekerja dengan giat dan mencari banyak pelanggan!" ucap gadis itu dengan penuh antusias.

Darren menepuk bahu Ayuna sekilas sebelum berkata kembali ."Btw, jangan panggil saya tuan, panggil saja Darren. Saya merasa bahwa umur kita tidak terpaut jauh dan bukankah panggilan santai lebih terdengar akrab?"

Ayuna mengaruk-garuk kepala karena merasa panggilan itu sedikit tidak sopan. "Saya merasa canggung dan tidak sopan jika memanggil Anda hanya memakai nama saja, Tuan."

Darren terkekeh. "Karyawan lain juga memanggil saya seperti itu, ada beberapa dari mereka memanggil saya dengan panggilan 'kakak'," ucap Darren lagi.

Ayuna yang mendengar panggilan alternatif langsung membalas. "Panggilan kakak sepertinya menjadi opsi yang lebih baik daripada menyebutkan nama saja."

Darren mengangkat sebelah alisnya dan sedikit tertawa karena mereka membahas sesuatu yang sedikit tidak penting. Namun, dia maklum karena Ayuna masih tergolong remaja. "Baiklah, kamu bisa manggil saya sebutan 'kakak'."

Ayuna mengangguk senang. "Baiklah, terimakasih sudah mau menerima saya di sini, Tuan... eh Kakak," ungkap gadis itu sembari menarik tangan Darren dan mengenggam tangannya dengan penuh harapan dan hati yang bahagia.

Akhirnya Ayuna pulang dengan perasaan senang karena ia sudah memiliki pekerjaan. "Setidaknya, aku bisa menabung dan meringankan beban orangtuaku sedikit," ujarnya sendiri sesaat sebelum memasuki kamar kostnya.

Luca yang sedang fokus belajar menyadari kedatangan Ayuna, tetapi dia tidak menanggapi bahkan tidak melirik gadis yang sedang berdiri di depan pintu itu sekarang.

Ayuna yang sangat senang juga tidak terlalu peduli dengan Luca dan langsung melangkah serta berbaring di atas kasur sembari mengecek isi ponselnya. "Semoga hari pertamaku besok bekerja bisa berjalan dengan lancar, Amin!"

Keesokan harinya, setelah pulang dari kampus Ayuna sekitar jam 1 siang, ia langsung pergi ke tempat ia bekerja. Sesampainya di sana, ternyata Darren sudah menunggu dan mempersiapkan baju karyawan untuknya dan segera Ayuna memakai baju tersebut sebelum melakukan pekerjaan pertamanya.

Sebelum itu, Ayuna diajari oleh karyawan lain tentang pekerjaan apa saja yang harus ia lakukan, termasuk berlatih cara mengunakan mesin kasir, Ayuna, pun mengikuti pelatihan dari karyawan senior dengan tekun dan giat.

Malam telah tiba, karena Ayuna hanya bekerja paruh waktu jadi dia pulang jam 20.00 malam. Dia pulang bersamaan dengan karyawan lain, sebelum pulang Darren yang baru selesai menutup toko tiba-tiba memanggil Ayuna.

Ayuna yang terkejut karena Darren memanggil namanya langsung berbalik dan mendekati bos mudanya itu. "Ada apa, Kak? Apakah saya melakukan kesalahan?"

Darren yang mendengar itu langsung tertawa terbahak-bahak karena Ayuna selalu mengasumsikan sesuatu secara sepihak. "Tidak, siapa yang mengatakan hal itu?"

Ayuna ikut tertawa, tetapi dengan ekspresi canggung sebelum mempertanyakan hal itu kembali. "Apakah ada hal lain yang bos ingin bicarakan dengan saya?"

"Saya lihat kamu pulang pergi dari sini selalu berjalan kaki, apakah kamu tidak ada kenderaan?" tanya Darren yang peka menyadari keadaan Ayuna.

Ayuna yang tidak menyangka Darren akan mengatakan itu refleks terkejut. "Iya, Kak saya tidak punya kendaraan, tetapi Kakak tenang... kost saya dekat kok dari sini. Sekitar 2 kilometer saja," balas Ayuna lagi dengan senyuman ramahnya.

"Mau saya antar pulang?" tawar Darren dengan sigap sebelum mengantungi kunci tokonya.

Ayuna refleks mengeleng dan menolak tawaran Darren, ia berkata dengan suara rendah. "Jangan, Kak. Apa kata orang yang melihat, nanti malah menjadi gossip, apalagi saya masih karyawan baru."

Darren tidak berhenti tertawa dengan tingkah Ayuna yang berlebihan. "Ini kota bukan desa, semua orang cuek dan fokus dengan kehidupan masing-masing."

Ayuna tidak bisa melanjutkan perkataannya dan hanya terdiam.

Darren menghela napas panjang sebelum melanjutkan perkataannya lagi. "Saya antar, ya? Lagipula hari sudah menjelang malam, ini kota dan rawan dengan kejahatan. Apakah kamu tidak takut, Ayuna?"

Ayuna juga baru menyadari bahwa hari sudah menjelang malam, dia melirik keseluruh arah dan berpikir sejenak. "Baiklah, saya ikut Kakak pulang."

"Meskipun jalanan masih ramai orang, tetapi kriminalisasi tidak memandang tempat dan waktu," balas Darren sembari memakai helm dan menyodorkan helm lain kepada Ayuna. "Ayo pulang! Saya antar pakai motor," lanjutnya lagi.

Ayuna yang masih canggung karena baru mengenal bos mudanya beberapa hari hanya bisa mengangguk dan mengikuti ucapan Darren.

Akhirnya mereka pulang bersama dengan mengunakan motor Scoopy milik Darren.

Sampai di depan kost, Ayuna turun dari motor dan mengucapkan terimakasih kepada Darren sebelum naik ke lantai dua tempat kamarnya berada. "Terimakasih, Kak karena sudah mau mengantar saya." Gadis itu melepas helm dan memberikannya kembali kepada Darren.

Darren menjawab sambil mengambil kembali helm yang dipinjamkannya. "Sama-sama, jangan bertingkah canggung dan sungkan. Anggap saja saya ini adalah saudara kandungmu," balas pemuda itu dengan nada serius, tetapi terdengar bercanda.

"Namun, tetap saja." Ayuna menjawab sembari mengaruk-garuk lehernya canggung. "Terimakasih atas segalanya, Bos! Besok saya akan bekerja lebih giat dan rajin!"

Darren yang sudah menghidupkan mesin motornya kembali mengangguk perlahan. "Iya, semangat ya? Saya juga pamit pulang."

Ayuna mengangguk. "Baiklah, Kak. Hati-hati di jalan," ucapny sembari melambai ke arah Darren yang sudah mulai menjalankan kembali motornya ke arah jalan raya.

Darren yang mulai menjauh dengan motornya melambai sekilas sebelum menghilang dari pandangan Ayuna.

Ayuna tersenyum senang sebelum naik ke tangga atas. Dia melangkah perlahan sembari bergumam. "Pria itu sangat tampan dan baik sekali, berbeda dengan pria satunya kasar dan cuek, huh!"

Tak disadari, Luca ikut memantau Ayuna dengan Darren dari jendela lantai atas. Wajahnya kesalnya terlihat jelas meskipun hanya mendapatkan pencahayaan seadanya dari pancaran lampu jalan.

.
.
.
.
.
.
Next vote and komen....

ROOMMATE  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang