10. Jatuh hati? II

6.9K 89 5
                                    

Ayuna terbangun dari tidurnya dan menatap sekeliling dengan cepat, tidak ada Luca di sana dan hari sudah mulai menjelang pagi, tidak ada yang tahu pasti sudah berapa lama ia tidur di sana. Gadis itu mulai menarik napas lega saat mengetahui bahwa ini 'mimpi'.

Terdengar suara gemericik air di dalam toilet yang menandakan bahwa pria itu sedang mandi.

Kepala Ayuna masih terasa sakit, tetapi lebih baik daripada hari kemarin. Gadis itu mulai menjejakkan kaki ke lantai untuk mengambil sebotol air minum di laci samping kasurnya. Tak lama kemudian, dia berhasil meminumnya dan bisa bernapas lega. "Apakah aku hari ini masuk kuliah? Sudah 3 hari aku absen."

Suara pintu kamar mandi terbuka, Ayuna yang sudah berdiri dengan sehat cepat-cepat kembali ke kasur dan menutup dirinya dengan selimut kembali. Meskipun di dalam 'mimpi' dia sangat malu untuk berhadapan dengan pria itu.

Luca hanya keluar dengan handuknya setengah badan. Dia berjalan ke arah kulkas dan ikut mencari sebuah botol minum sebelum meneguk nya secara perlahan dari botol tersebut, sembari berkacak pinggang pria itu memandang Ayuna dari balik selimut.

Luca menaruh kembali botol tersebut dan menutup pintu kulkas secara rapat-rapat. Dia berjalan lagi ke arah kasur Ayuna dan mulai mendekat di sana untuk memeriksa suhu kening gadis itu.

Ayuna yang pura-pura tidur berusaha menahan posisinya dan bersikap biasa saja saat Luca menempelkan tangan kekar di dahinya. Dingin sekali....

Luca dengan perlahan menarik tangannya karena merasa suhu tubuh Ayuna sudah menurun dan seharusnya gadis itu sudah bangun dengan baik.

Pria itu refleks memandang gelas di atas kasur yang terlihat seperti sudah digunakan orang; karena ada bekas air putih diujung gelas. Luca tiba-tiba tersenyum kecil saat mengetahui gadis itu sedang berpura-pura tertidur. "Sudahlah, berhentilah untuk membodohiku, nyatanya suhu tubuhmu sudah normal kembali," ucapnya sebelum meninggalkan Ayuna ke ruangan sebelah yang sedang ditutupi oleh tirai.

Setelah Luca berjalan ke kamarnya kembali, Ayuna membuka mata dengan terkejut. Bagaimana dia bisa tahu? Dia sepertinya memang terlahir sebagai dokter.

Ayuna menarik napas panjang, dia mengambil ponsel yang sudah beberapa hari tidak dibuka. Banyak notifikasi yang keluar dari sana termasuk panggilan dari orangtuanya. Ayuna dengan cepat membalas kalau beberapa hari lalu ia sedang sakit dan tidak bisa melihat layar ponsel karena pusing; orangtuanya membalas dan memaklumi, tapi tampak khawatir dan menanyakan banyak hal seperti makan dan obat.

Gadis itu tersenyum ringan saat mengetahui orangtuanya se-perhatian itu dengannya. Dia membalas pesan dan mengiyakan semua perintah orangtuanya itu.

Luca yang sembari tadi berkemas untuk pergi, mulai memakai sepatu dan dengan cepat keluar dari kamar kost tersebut dengan membawa tas ranselnya.

Ayuna yang melihat itu menarik napas lega berkali. "Wah, akhirnya dia pergi ju--"

Sebelum Ayuna menyelesaikan perkataannya Luca masuk ke dalam kembali mengambil barang yang tinggal dan pergi kembali.

"Oalah!" Ayuna seperti terserang penyakit jantung dan refleks membaringkan tubuhnya dengan cepat dengan posisi menatap ponsel menyamping membelakangi daerah pintu masuk.

Sejam sebelum Ayuna terbangun

Luca menyadari bahwa dia tertidur dengan Ayuna di ranjang yang sama. Pria itu refleks bangun karena takut Ayuna tiba-tiba terbangun dan menyadari bahwa dia berada di sana, tetapi dalam beberapa waktu ia sedikit tersihir dan terkaku ketika melihat gadis itu sedang tidur dengan nyenyaknya.

Luca tanpa sengaja meletakkan tangannya pipi Ayuna dan tersenyum. "Ini sangat melegakan, tetapi sekaligus menyakitkan bagiku."

Setelah merasa cukup, pria itu turun dari kasur Ayuna dan beranjak untuk mandi karena jam sudah menunjukan pukul 5 dan itu adalah gilirannya mengunakan kamar mandi.

Kembali ke masa sekarang, dengan mengendarai motor pria itu pergi ke lingkungan kampus. Dia memarkirkan motornya diparkiran milik mahasiswa sebelum masuk ke dalam kampus dan memeriksa jadwal mata kuliah hari ini. "Apakah hari ini praktek atau teori?" tanyanya kepada salah satu teman yang duduk dekat kursinya.

Teman disampingnya menarik alis karena bingung dengan tingkah Luca yang sedikit ceroboh akhir-akhir ini. "Teori, apakah kamu tidak melihat isi grup kelas?"

Luca yang menyadari bahwa ia memiliki grup kelas tiba-tiba mengecek isi ponsel nya lalu mengangguk setuju. "Tidak sempat, aku benar-benar sibuk akhir-akhir ini."

"Wah, sibuk melakukan apa?"

Luca hanya mengangkat bahunya.

Sebelum sempat mereka berbincang banyak, dosen sudah masuk ke dalam ruangan dan memberikan mereka materi. Luca mengambil binder-nya dan mencatat serta mengambar struktur materi yang diberikan dosen dengan baik; pria ini jago dalam mengambar.

2 sks berlalu, dosen memberitahukan bahwa minggu depan mereka akan melaksanakan ujian tengah semester, jadi dosen itu mengharapkan agar mereka bisa dengan baik melaksanakannya.

Luca yang sudah mengira hanya mengangguk perlahan sembari mengambil tasnya kembali sebelum keluar ruangan tapa mengatakan sepatah katapun.

Sebelum pulang ia berhenti ke supermarket kembali; mencari makanan sehat dan beberapa air mineral di sana.

Sedangkan Ayuna yang sedang berada di rumah, asik dengan suara speaker yang dia nyalakan begitu kencang dan terdengar di segala penjuru ruangan tersebut. Untung saja dia berada di lantai atas, jadi penghuni bawah tidak begitu mendengar suara musiknya.

Beberapa gelas mie sudah ia habiskan, karena beberapa hari ini gadis itu hanya makan bubur dan sayur; itu membuatnya muak, bagaimana bisa seorang calon dokter tidak memperhatikan kesehatannya sama-sekali?

Beberapa menit kemudian Luca pulang dengan membawa plastik besar berisi belanjaannya. Suara musik yang menggeleggar membuat telinga pemuda itu berdenging dengan hebat. "Astaga!"

Ayuna yang sedang menari-nari di atas kasurnya mulai menghentikan gerakan dan terduduk di kasur sembari mematikan speakernya. Cepat sekali pulangnya, oh semester 5 sudah sedikit matkul, aku lupa!

Luca menaruh stoknya kembali ke dalam kulkas dan berjalan tanpa berbicara sedikitpun kepada Ayuna. Pemuda itu mulai terbaring di sana dengan posisi baju yang belum di ganti bahkan dengan kaos kaki yang belum di lepas.

Ayuna turun dari kasurnya dengan melompat, tetapi perlahan. Dia mengintip di arah tirai dan berbicara kecil ke arah Luca. "Psttt."

Luca yang sudah setengah tertidur tidak mendengarkan suara Ayuna.

Gadis itu menyadari bahwa Luca sudah tertidur di sana. "Semester atas memang lebih melelahkan ya?"

Luca masih tidak menjawab apapun, dia hanya mengambil earphone bluetooth dan memakainya sembari berbaring kembali.

Ayuna hanya menarik napas panjang karena seharian dia berusaha mencari topik untuk berbicara dengan Luca. "Baiklah kalau tidak mau menjawab pertanyaan saya, Paduka Raja. Namun, terimakasih karena sudah mau membantu hamba saat sedang demam, jauh dari orangtua membuatku sedikit kewalahan, tetapi Paduka baik pada hamba dan mau melewati bat--" Ayuna memotong kalimatnya karena bisa saja ia membocorkan hal-hal lain.

"Baiklah, silahkan istirahat Paduka Raja Luca yang terhormat," ujarnya kembali sebelum menutup tirai yang ia singkap dan balik ke kamar.

Luca yang mendengarkan Ayuna mulai mengeluarkan sedikit senyuman di ujung bibirnya; dia belum membuka musik di earphone-nya dan bahkan Luca tahu Ayuna menciumnya kemarin di saat demam.

.
.
.
.
.
Vote lah, makin lamak makin lamak juga adegan ngeodnya. 🐊

ROOMMATE  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang