21. Tulus

1.4K 39 1
                                    

Suara tamparan itu terdengar saat jelas di sela-sela rintik hujan yang turun. Ayuna tampak begitu marah, gadis itu bahkan tidak memiliki pemikiran yang waras lagi setelah menampar pipi bosnya begitu keras. "Aku berhenti bekerja di sini!"

Tanpa basa-basi Ayuna meninggalkan Darren yang sedang kesakitan menahan perih dari tamparan yang dapatkan. Tampak gadis itu berlari menuju pintu keluar dengan airmata yang hampir sepenuhnya jatuh dari pelupuk mata.

Dia tidak mempedulikan apapun yang terjadi pada sekitarnya. Bahkan, ia hampir basah kuyup sekarang di tepi jalan. Ia hendak memesan ojek online, tetapi layar ponselnya tidak terlalu berfungsi baik karena terkena air hujan.

Di antara keresahannya dalam memesan ojek, tiba-tiba sebuah cahaya motor memancar ke arahnya. Sinarnya cukup terang sehingga membuat mata Ayuna menjadi silau karenanya.

Seorang pria langsung turun mendadak setelah menghentikan motornya dan berlari ke arah Ayuna dengan panik. Siapa sangka, pemuda itu adalah Luca. "Ayuna, mengapa berdiri di tengah-tengah hujan seperti ini? Kamu akan terkena demam!"

Pancaran kilat terus-menerus muncul dari langit yang penuh dengan bebannya. Cukup terang, hingga Luca bisa melihat Ayuna yang sedang menangis tersedu-sedu di sana. "Hei, kenapa menangis?" lanjut pria itu lagi sambil menangkup kedua pipi Ayuna dengan penuh rasa khawatir.

Ayuna tidak menjawab apapun melainkan mengenggam erat ujung jaket yang dipakai oleh Luca sembari menatap sendu seolah-olah memberi syarat untuk membawanya pergi jauh dari tempat ini.

Luca dengan cepat mengerti, dia mengangguk perlahan sebelum melepas jaketnya dan memberikan kepada Ayuna tanpa berpikir panjang. Tangannya yang kekar mulai menarik dan mengenggam erat jari-jemari milik sangat gadis dan mulai melangkah terlebih dahulu menuju motor yang terparkir sembarangan di tepi jalan.

Luca mengambil helm cadangan dan memakaikannya kepada Ayuna dengan cepat sebelum mulai menaiki motor. Tak lama kemudian, motor Luca akhirnya pergi melewati jauh tanpa meninggalkan jejak sedikitpun di sana.

Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya mereka sampai di kos tempat Ayuna berada. Untungnya, letak kos tidak terlalu jauh sehingga mereka tidak harus berlama-lama di tengah hujan yang deras tersebut.

Ayuna langsung turun dari motor dan berjalan terlebih dahulu melewati Luca tanpa mengatakan apapun, ia terlihat sedikit shock.

Sedangkan, Luca tetap mengikutinya dari belakang karena masih cemas dengan apa yang terjadi kepada gadis itu.

Ayuna pun sampai di depan pintu kos dan masuk ke dalam kamarnya sembari menoleh sekilas ke arah Luca.

Luca  berusaha membaca maksud Ayuna dengan hati-hati; ia sebenarnya sedikit takut dengan tempramen Ayuna. Karena takut salah langkah ia hanya berdiri di depan kos sembari memerhatikan Ayuna di sana tanpa ekspresi.

Ayuna berjalan ke depan lagi sembari mendekati Luca. Ia memberikannya sebuah handuk kepada pria itu tanpa berbicara sedikitpun, tetapi tangannya menarik pelan ujung lengan baju Luca yang basah, seolah-olah menyuruhnya masuk ke dalam. Terlihat sedikit familiar bukan?

Luca akhirnya memilih untuk masuk ke dalam kost karena merasa tubuhnya semakin dingin. Lagipula, Ayuna sudah memberikan izin padanya. Aku akan segera pulang setelah selesai hujan....

Ayuna pergi ke kamar mandi sendiri sembari membawa pakaian kering miliknya dan meninggalkan Luca sendirian di tengah-tengah ruangan dalam beberapa waktu.

"Astaga kuyup semua!" Luca berguman sendiri saat memegang baju kausnya yang sudah sepenuhnya basah. "Aku pulang pakai baju ini... lagi."

Ayuna akhirnya keluar dari dalam kamar mandi dan langsung menuju ke arah lemari pakaiannya dengan cepat sembari mencari sesuatu. Tampak wajahnya sedikit segar setelah mencuci muka dan mandi. Ia juga sudah mau berbicara. "Ganti pakaianmu," katanya sambil mengulurkan sepasang pakaian.

"Eh?" Luca terkejut karena pakaian yang ditunjukan oleh Ayuna adalah pakaian miliknya. "Ternyata tertinggal di sini," tukasnya dengan senang karena punya pakaian ganti.

Ayuna mengelap rambutnya dengan handuk kecil sembari meletakan pantat di atas kasur. "Kamu meninggalkan sepasang saat menjemur pakaian. Aku memilih untuk menyimpannya karena mungkin saja kamu tiba-tiba ke sini dan bertanya tentang pakaian itu."

Luca tersenyum ringan sebelum menganti pakaiannya juga ke kamar mandi sembari berucap singkat. "Terimakasih."

Pipi Ayuna kembali memerah saat Luca memberikan senyum itu kepadanya. Ia sudah mulai merasa tenang sekarang, tidak tahu mengapa.

Luca keluar dari kamar mandi dengan pakaian keringnya lalu dengan cepat duduk di bawah kaki Ayuna. "Keringkan rambutku seperti terakhir kali." Pemuda itu memang tidak tahu mencari waktu yang bagus atau mungkin memang bentuk modusnya?

Ayuna meletakkan handuk yang ia pakai sendiri di atas kepala Luca yang berasa di dekat lututnya. "Keringkan sendiri!"

Luca tersenyum dan refleks menyentuh handuk basah yang sudah digunakan Ayuna terlebih dahulu untuk mengeringkan rambutnya sendiri.

Kemudian, ia mengubah posisi menghadap Ayuna dari arah bawah lalu mulai mendongak untuk menatap wajah Ayuna secara bebas. "Akhirnya kamu tidak melarikan diri lagi. Aku senang sekali!" Pria itu bahkan menunjukkan senyum terlebar yang pernah ia miliki.

Ayuna malah mencengkram tiba-tiba wajah Luca karena merasa salah tingkah akibat serangkaian senyuman bertubi-tubi yang diberikan oleh pemuda yang berada di depannya itu. "Jangan senyum, kau jelek!"

"Hei, sakit!" Luca malah tertawa karena tingkah Ayuna. Ia cukup lega karena gadis itu sudah bisa bertingkah seperti biasanya.

Ayuna melepas cengkraman sembari menatap tajam ke arah Luca. "Pulang kau sana, Jelek!"

Luca terlihat merengek lalu menunduk sembari meletakkan kepalanya di antara dua kaki milik Ayuna."Bensinku baru saja habis karena mengantarkanmu pulang tadi. Apa tidak bisa aku bermalam saja di sini?"

Mengapa dia terlihat mengemaskan sekali? Ayuna menghela napas sejenak dan berusaha sadar dengan tangannya yang berusaha menyingkirkan kepala Luca menjauh dari lututnya. "Bohong! Aku tidak akan tertipu dengan modusmu kali ini. Sudah pulang sana!"

"Aish!" Luca merasa sedikit terpental karena Ayuna terus mendorong kepalanya menjauh. "Benar, kok! Masih hujan juga, noh!" Ia menunjuk ke arah kaca jendela dengan dagunya sendiri.

Ayuna langsung menendang pelan bahu Luca dengan kakinya lalu berbalik untuk berbaring di atas kasur dengan selimut yang sudah sepenuhnya menutup tubuh miliknya. "Setelah selesai hujan, langsung pulang. Aku mau tidur!"

"Ayuna?"

"Apa lagi?" Ayuna sebenarnya tidak mampu menyembunyikan perasaannya sekarang. Jadi, ia memilih untuk menyembunyikan diri di dalam selimut dengan jantung yang berdetak tak karuan.

Luca berbalik posisi lagi, membelakangi Ayuna dan bersandar pada papan penompang kasur milik gadis itu. "Aku tidak berbohong pada hari itu. Aku benar-benar menyukaimu."

Ayuna tidak menjawab apapun, tetapi ia tetap mendengarkan apa yang dibicarakan oleh Luca.

Luca merunduk menatap serat-serat handuk basah milik Ayuna tadi di tangannya. "Aku tidak pernah melakukan hal 'itu' kepada sembarangan orang, kecuali aku benar-benar menyukainya."

Jantung Ayuna semakin berdetak tak karuan. Namun, ia berusaha menyembunyikan dengan memukul perlahan dadanya sendiri. Astaga, mungkin aku akan kena penyakit jantung jika terus seperti ini.

Luca menghela napas panjang sebelum berucap dengan serius. "Berikan aku peluang satu kali lagi? Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk membuatmu bahagia."

Wajah Ayuna sepenuhnya memerah tomat. Ia kembali menjulurkan kakinya dan menendang pelan punggung Luca beberapa kali. "Diam, aku mengantuk!"

"Aw!" Luca menoleh sembari terkekeh. "Mau aku nyanyikan lagu nina bobo?"

Ayuna bertahanlah. Jangan bersikap gampangan. Tunjukan kalau dirimu bisa menahannya!  Gadis itu hanya bisa membatin.

"Aku akan bertanggungjawab terhadap anak kita. Jadi, jangan melakukan semua hal sendiri," celetuk pria itu lagi dengan sejuta keambiguan dari perkataan yang ia tinggalkan.

Ayuna membuka selimutnya lalu menatap Luca dengan wajah kebingungan. "Hah, anak kita?"
.
.
.
.
.
.

Dah besok lagi, ngantuk ey!
Vote yaaa!!!!

ROOMMATE  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang