16. Ada yang terjadi?

1.8K 41 1
                                    

"Tidak kusangka hari ini terjadi juga," gumam Ayuna saat melepaskan pembatas tirai di kost dengan senyum lepas.

Karena Luca sudah pindah, kamar ini sudah sepenuhnya milik Ayuna dan dia bisa menggunakan seluruh sisi kamar dengan leluasa, termasuk melepaskan tirai pembatas.

Namun, entah kenapa, Ayuna termenung tiba-tiba karena merasakan perasaan aneh, ada sesuatu yang menganjal hatinya saat ruangan itu menjadi luas dan kosong dari barang-barang milik Luca. Mengapa kamar ini terasa sangat hampa....

Ayuna tidak ingin terhanyut lagi dalam pikiran anehnya itu, setelah selesai merapikan tirai ia langsung bergegas ke kamar mandi karena hari ini ada jam mata kuliah di kampus lagi. Sebagai mahasiswa semester pertama, tentu saja ia memiliki jadwal yang padat.

Sesampainya di kampus, Ayuna memilih untuk pergi ke kantin terlebih dahulu karena jam mata kuliahnya masih belum mulai, mungkin sekitar lima belas menit lagi. Karena Ayuna tidak sempat sarapan, ia memilih untuk membeli makanan di kantin saja.

Rupanya kedatangan Ayuna sudah disambut oleh Zoe; pemuda itu sudah hafal dengan kebiasaan Ayuna ketika datang ke kampus, pasti tujuannya ke kantin. Pria itu tersenyum ramah sambil memberikan sebungkus roti kepada gadis itu. "Nah, ambil!"

Ayuna yang baru saja menjejakkan kaki di depan kantin merasa terkejut dengan kehadiran Zoe yang tiba-tiba sudah berasal di hadapannya. "Oh, astaga, terimakasih!"

Mereka berdua akhirnya menyingkir terlebih dahulu di bangku kantin terdekat sembari menunggu Ayuna selesai sarapan.

Gadis itu mulai menikmati roti yang sudah dibelikan oleh Zoe dengan perasaan senang, tak lupa ia menawarkan roti kepada Zoe untuk berbagi. "Mau?"

Zoe mengeleng beberapa kali dan memberikan kode untuk Ayuna agar menghabiskan semuanya saja."Makan saja semua, aku tahu kamu pasti belum makan apapun sama-sekali."

Seketika mata Ayuna berbinar-binar saat Zoe bisa menghapal kebiasaan makanannya. "Wah, perhatian sekali."

"Cepatlah, habiskan! Lima menit lagi kita masuk kelas," ujar Zoe sesaat setelah melihat jam di tangannya. "Eh, tidak, dosen Bahasa Indonesia selalu masuk lebih awal, ayo bawa saja makananmu!" Pria itu tiba-tiba panik karena baru mengingat kebiasaan dosennya, segera ia beranjak sambil menarik tangan Ayuna agar cepat menyingkirkan dari kantin.

Jam mata kuliah pun berakhir, Ayuna langsung keluar dari sana diikuti oleh Zoe di belakangnya seperti biasa. Mereka terlihat sedang sibuk membicarakan sesuatu, meskipun sebenarnya tidak ada hal yang menarik yang mereka bicarakan, hanya basa-basi atau sekadar membahas tugas teori yang diberikan oleh dosen Bahasa Indonesia tadi.

Namun, yang menjadi titik perhatian sebenarnya, sejak dari berlangsungnya jam materi sampai sekarang, Ayuna merasa tidak badan, bahkan ia merasa ingin muntah, tetapi ia berusaha untuk menahannya sekuat tenaga.

"Hei, apa kamu sakit?" Zoe tiba-tiba menyadari perubahan drastis dari kondisi tubuh Ayuna.

Ayuna mengeleng kecil dengan tangannya yang menyentuh sekitar perutnya sendiri, dia merasakan kram dan rasa aneh di sana.

Zoe mengerutkan kening saat Ayuna seperti itu, ia mulai merasa khawatir. "Apa kamu yakin?" tanyanya sambil memegang kedua bahu Ayuna dengan tatapan cemas.

Tak lama setelah ditegur keadaannya oleh Zoe, Ayuna merasa ingin muntah dan langsung berlari ke arah toilet terdekat dan meninggalkan Zoe yang khawatir sendirian di tengah-tengah lorong teras kampus.

Beberapa menit kemudian, Ayuna keluar dengan wajah lesu serta wajah yang sedikit basah, mungkin ia mencuci muka sebelum keluar.

Zoe dengan sigap mengambil beberapa tisu bekal miliknya sebelum memberikan kepada gadis yang berada di hadapannya. "Nih, ambil. Kamu kenapa?"

Ayuna mengambil tisu yang diberikan oleh Zoe dan mulai mengelap wajahnya yang basah. "Perutku rasanya aneh sekali," ucapnya di sela-sela melakukan itu.

Zoe menghela napas panjang, dia tidak terlalu mengerti dengan apa yang dialami wanita. "Penyakit bulanan atau asam lambung?"

Ayuna langsung membuat pose dua jari di depan wajah Zoe sekilas sebelum memegang perutnya yang sakit kembali. Lagipula, ia juga baru selesai datang bulan beberapa hari lalu, meskipun pernah panik karena terlambat datang. "Opsi kedua, aku hanya sempat makan roti yang kamu bawa."

"Astaga, kamu membuatku khawatir," ucap Zoe sembari memegang kepalanya yang tiba-tiba pusing. "Aku tidak habis pikir, mengapa kamu selalu melewatkan jam makan."

Ayuna  mengubah topik lain dengan tersenyum kecut. "Aku ingin pulang."

"Aku antar pulang," balas Zoe seketika. Pemuda itu langsung memeriksa isi ponselnya untuk melihat jam berapa sekarang, setelah itu ia langsung menarik tangan Ayuna ke arah parkiran khusus kenderaan motor mahasiswa. "Sudah hampir satu semester aku tidak pernah tahu di mana kamu ngekost," ujarnya lagi sembari melangkah dengan wajah serius. "Jangan mengelak lagi, beritahukan padaku, mana alamatnya!"

Selama ini Ayuna terus memberi alasan ketika Zoe bertanya alamat tentang kostnya. Bahkan, ia sering menolak jika Zoe memberikannya tumpangan.

Ayuna mengikuti dari belakang, menatap genggaman tangan dari Zoe yang begitu kuat, seketika ia pasrah dengan apa yang dilakukan oleh Zoe. Lagipula sudah tidak ada lagi yang harus disembunyikan sekarang. Luca juga sudah pergi meninggalkan kost mereka. "Baiklah, kamu boleh ke kost-ku."

"Good little cat."

"Aku bukan hewan, heh!" Ayuna tetap mengomel meskipun sedang sakit.

Zoe yang sedang memasangkan helm ke kepala Ayuna langsung menutup wajah gadis itu dengan kaca helm. "Kita singgah dulu sebentar di rumah makan. Jangan khawatir, aku akan mentraktir untukmu."

Ayuna cukup terharu dengan perhatian Zoe, ia bahkan bercanda di sela-sela ia menahan sakit perut. "Kamu baik sekali, lepas lulus ayo kita menikah?!"

Zoe tertawa kecil sebelum mengeluarkan motornya dari parkiran. "Seolah-olah kamu tidak mengenal diriku saja."

Di sisi lain, ternyata sudah ada Luca yang sedang memandangi mereka sampai menuju ke arah parkir. Wajah pria itu terlihat khawatir karena melihat keadaan Ayuna yang aneh; pria itu sudah memerhatikan keduanya sejak Ayuna merasa mual di dekat lorong.

Luca tanpa sadar duduk menjongkok di pojok dinding kampus sesaat setelah kepergian Ayuna dan Zoe.  Terlihat ia sedang menghitung-hitung sesuatu dengan jari tangannya. "Jika dilihat selepas kejadian itu, sudah sebulan lebih. Apakah? Ah, tidak mungkin!"

Pemuda itu tampak prustasi sendiri dengan pikirannya, bahkan dia menendang tong sampah terdekat tanpa sadar.

Seorang Ayuna membuat perubahan besar pada seorang Luca yang hanya berfokus pada pendidikan. Itu aneh bukan?

Bersambung....

.
.
.
.
.
.
.
Vote janlup:)
Semoga gua bisa kelarin sebelum lebaran.

ROOMMATE  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang