29.1. 𝐏𝐎𝐕 𝐋𝐔𝐂𝐀

1.2K 26 0
                                    

Kilas balik kira-kira sekitar empat tahun lalu.

Luca masih duduk di bangku SMA lebih tepatnya kelas 11. Kala itu, ia masih sibuk menaikkan nilai akademisnya. Apalagi sebuah kacamata minus menjadi bukti berapa ambisnya beliau dalam belajar.

Ia masih tidak terlalu tinggi untuk ukuran anak yang masih mengalami pubertas, sekitar 165 cm, dengan pipi yang masih berisi jerawat-jerawat masa remajanya.

Terlihat Luca baru saja pulang dari sekolah dan sedang menunggu untuk dijemput di seseorang di halte. Ia menunggu sambil mengunakan tas ransel dan sebungkus mie instan di tangannya. Tanpa ragu pemuda itu langsung membuka bungkus dan memakannya langsung tanpa dimasak.

"Itu tidak sehat." Tiba-tiba terdengar suara seseorang yang tak jauh berada dari tempat duduk Luca di halte. Ia terlihat sedang berusaha menegur Luca.

Luca menoleh ke arah orang tersebut dengan tatapan bingung. Ia begitu heran, mengapa ada orang begitu perhatian dengan dirinya dengan kondisi tidak saling mengenal. "Kamu bicara denganku?"

Gadis itu tersenyum tipis, merapikan kacamatanya lalu menjawab dengan kalimat singkat. "Kamu tidak akan tumbuh jika makan benda itu terus-menerus."

Luca terkejut tak percaya. Bagaimana ia bisa tahu aku sering memakan mie instan tanpa dimasak?

"Aku selalu melihatmu di halte sambil makan mie instan itu," balas gadis itu dengan santainya seperti tahu tentang isi pikiran Luca.

Sebenarnya, mereka selalu berada di halte yang sama sepulang sekolah. Namun, Luca terlalu fokus dengan pikirannya sendiri. Makanya ia tidak bisa menghafal wajah orang sekitar.

Karena kesal Luca langsung meremukkan bungkusan mie dan memasukannya ke dalam tong sampah terdekat sebelum duduk kembali ke kursi halte.

"Btw, siapa namamu bocah pendek?" gadis itu menoleh lagi ke arah Luca dan berusaha untuk berkenalan.

Luca merasa geram saat mendengar orang mengatainya pendek. "Aku sudah kelas 11 dan berhenti memanggilku pendek!"

"Aku kelas 12 SMK dan sudah sepantasnya kamu dipanggil bocah olehku!" tegas gadis itu sambil tertawa terbahak-bahak. "Makanya jangan memakan mie instan terlalu sering. Nanti tubuhnya juga mengeriting bukan lurus, hahaha!"

Luca mendadak berdiri lalu mengenggam erat kedua tali ransel miliknya dan pergi berjalan ke arah mobil yang sudah berhenti untuk menjemput dirinya. "Berhenti memanggiku pendek, namaku Lucas Alexander!" ucapnya dengan geram sebelum masuk ke dalam mobil dan membanting pintunya dengan kuat.

Gadis itu tersenyum ringan saat memandang mobil milik Luca yang sudah mulai bergerak meninggalkan halte. "Namaku Monika Anggraini, Alex. Salam kenal," gumamnya di dalam kesendirian memandang mobil yang mulai bergerak jauh.

Setelah perkenalkan singkat nan kacau itu. Mereka tanpa sadar semakin dekat, apalagi Monika sering membawakan bekal yang sehat kepada Luca. Bahkan, ia tak lupa untuk memberikan resep sederhana kepada pria itu agar bisa memasak sendiri pada suatu waktu.

Mereka memiliki jarak gedung sekolah yang cukup dekat, lebih tepatnya bersebrangan. Luca bersekolah di SMA sedangkan Monika sekolah di SMK. Dari tingkat kelasnya, bisa dipastikan bahwa pria itu lebih muda setahun daripada Monika.

"Cepat tinggi, biar aku bisa menjadikanmu kekasihku...." Monika berkata sambil mengukur tinggi badannya dengan Luca.

Pipi Luca memerah saat mendengar Monika berkata seperti itu. "Jangan bercanda, aku tidak suka wanita tua!" balasnya sembari menyembunyikan salah tingkahnya.

"Tua? Kita cuma beda setahun." Monika tertawa ringan lalu tersenyum kecil ke arah Luca. "Aku cantik, lho. Masa kamu tidak mau pacaran sama cewek cantik?" lanjutnya lagi sembari terus menerus mengoda Luca yang sepenuhnya sedang menyembunyikan rasa malu.

ROOMMATE  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang