Epilog

987 17 0
                                    

𝓓𝓮𝓵𝓪𝓹𝓪𝓷 𝓽𝓪𝓱𝓾𝓷 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓵𝓪𝓵𝓾....

Luca sedang sibuk menyendiri di depan alfamart sambil menyentuh pipinya yang lebam. Ia mendapatkan lebam itu dari ayahnya sendiri karena alasan sepele. Luca mendapat nilai yang sangat tidak memuaskan di sekolah.

Seketika ia meremukkan kertas ulangannya lalu membuangnya di dekat tong sampah terdekat. Lalu, duduk kembali di kursi alfamart sambil duduk termenung ke arah jalan raya.

Ia tidak mengalihkan pandangannya sampai ada sebuah mobil pick-up yang menutupi jarak pandangnya itu.

Seorang gadis kecil langsung turun dari mobil itu dan berjalan cepat ke arah alfamart dan masuk ke dalamnya. Sepertinya ada yang ingin dia beli.

Tak lama kemudian, ia keluar dari sana sambil menenteng plastik yang berisi beberapa es krim.

Luca menatap isi plastik itu dengan tatapan ingin, tetapi ia tidak punya sepeser uangpun untuk membelinya.

Gadis itu menoleh ke arah Luca sambil melirik kantung plastiknya juga. Sejenak, ia berdiam diri seperti berpikir keras.

Luca merasa malu karena gadis itu menyadari apa yang sedang ia pandang. Seketika, ia menoleh ke arah lain dengan wajah yang dibuat sesantai mungkin.

“Mau?” Gadis kecil itu langsung menyodorkan satu bungkus es krim varian matcha kepada Luca dengan wajah polosnya.

Luca mengeleng keras, padahal hatinya berkata lain.

Gadis itu terkekeh lalu merogoh isi plastik lagi untuk mencari es krim varian lain. “Kalau ini?” tanyanya lagi sambil menawarkan varian coklat.

Luca menelan ludah saat melihat varian es krim kesukaannya. Seketika, ia langsung mengulurkan tangannya sendiri dan mengambil es krim itu dengan malu-malu. “Terimakasih.”

Gadis itu mengangguk cepat lalu merogoh saku celananya lagi. Ia kembali menyodorkan sesuatu, yaitu salep. “Kamu digigit tawon? Ini ada salep. Aku juga pernah kena soalnya.”

Luca terkejut lalu menoleh ke arah lain sembari berusaha menyembunyikan lebam di pipinya.

“Kamu pemalu sekali.” Gadis itu menaruh salep di atas meja di depan Luca. Seketika, ia kembali melirik wajah Luca dengan senyuman kecil. “Mata coklat kamu itu cantik, mirip biji kopi. Jadi, tidak usah malu.”

“Ayuna! Cepat ke sini! Kalau tidak Ayah tinggal, kamu, ya?” teriak seorang pria paruh baya yang sedang berada di dalam mobil pick-up itu.

“Iya, Ayah!” Ayuna langsung mengigit bungkus eskrim miliknya yang belum dibuka dan langsung berlari ke arah pick-up tersebut dengan sangat kencang.

Luca menoleh lagi ke arah pick-up dengan wajah tanpa eksepsinya. Seketika, ia melirik bungkus es krim yang berada di tangannya dengan senyuman kecil. “Gadis aneh. Aku bukan digigit tawon, Bodoh.”


𝓢𝓹𝓮𝓼𝓲𝓪𝓵 𝓽𝓱𝓪𝓷𝓴𝓼 𝓯𝓸𝓻 𝓽𝓱𝓮 𝓻𝓮𝓪𝓭𝓮𝓻𝓼 𝓬𝓸𝔃  𝓯𝓸𝓵𝓵𝓸𝔀 𝓽𝓱𝓮 𝓳𝓸𝓾𝓻𝓷𝓮𝔂.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ROOMMATE  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang