22. Mungkin aku juga

1.4K 51 7
                                    

"Bagaimana bisa kamu mengatakan hal semacam itu?!" Ayuna merasa tidak mengantuk lagi karena mendengar asumsi Luca yang menyatakan dirinya hamil.

Luca pun menceritakan bahwa ia pernah melihat Ayuna sedang mual-mual dan akhirnya muntah toilet kampus, lalu keluar dengan wajah yang pucat sembari memegang perut.

Ayuna tiba-tiba tersedak dengan air liurnya sendiri karena mendengar ucapan Luca yang tidak masuk akal. "Hah? Aku kena asam lambung, Bodoh!" Ia bahkan, tidak bisa, menahan diri untuk menjambak rambut Luca dengan keras.

"A-aku juga pernah mendengarmu untuk dicarikan rujak mangga muda kepada temanmu si pria itu, ntah siapapun namanya!" lanjut Luca lagi sambil menahan sakit karena rambutnya ditarik. "A-aduh, sakit!"

"Zoe, namanya Zoe!" Gadis itu tidak mampu untuk menahan kesalnya setiap kali pria itu mengatakan sesuatu; karena memang sering tak masuk akal. "Apakah kamu tidak pernah tahu kalau kebanyakan cewek memang suka sesuatu yang asam dan pedas? Aku juga termasuk bagian dari mereka!" Bukannya melepaskan jambakan rambut, ia malah menariknya lebih kuat sehingga banyak helaian rambut Luca yang terputus dan menempel di tangan Ayuna.

"Akh!" Luca meringgis kesakitan dan refleks  mengambil jarak dari kasur Ayuna dan duduk di lantai sembari mengusap-ngusap sekitar kepalanya sendiri. "Kamu semakin kasar!"

"Itu karena ulahmu sendiri." Ayuna mulai menepuk-nepukkan kedua tangannya sembari menghilangkan helaian rambut Luca yang berada di tangannya sebelum berkata lebih lanjut dengan nada suara yang sedikit direndahkan. "Sudah pulang sana. Hujan sudah reda."

"Apakah sekarang kamu alergi dengan wajahku?"Luca menghela napas panjang sebelum mendadak berdiri dan menopang kedua tangannya di pinggang. "Ya sudah, aku pulang."

Sebelum Luca hendak menuju ke arah pintu tiba-tiba Ayuna mengucapkan sesuatu.

"Berhenti menitipkan makanan kepada ibu kos. Aku baik-baik saja tanpa makananmu." Ternyata gadis itu sudah mengetahui bahwa semua makanan yang diberikan oleh ibu kos sepenuhnya adalah titipan dari Luca sendiri.

Luca yang baru saja memegang gagang pintu hanya bisa menghela napas panjang sebelum meninggalkan tempat itu tanpa berkata sedikitpun.

Keesokan harinya, Ayuna terlihat sedang curhat kepada Zoe di cafe dekat kampus. Dia menceritakan semua yang terjadi beberapa hari lalu termasuk tentang Darren yang bersikap kurang ajar kepadanya.

"Bajingan sialan, aku ingin menghajarnya!" Zoe merasa tidak terima dan mendadak berdiri dari kursi.

Ayuna refleks memegang tangan Zoe dan menahannya agar duduk lagi ke kursi. "Eh, jangan! Aku sudah mengundurkan diri dari pekerjaan dan juga sudah menampar pipinya dengan keras."

Zoe mendengkus, tetapi ia memilih untuk duduk kembali dan berusaha untuk bersikap tenang. "Tetap saja aku ingin memukulnya juga!"

Ayuna menepuk pelan punggung belakang Zoe sebelum melanjutkan ceritanya. "Sudahlah, ada yang lebih penting dari ini."

Kemudian, Ayuna melanjutkan cerita tentang Luca yang melakukan confess kepadanya. "Ucapannya sangat mengangguku akhir-akhir ini. Aku bahkan, tidak tahu itu adalah lelucon atau jujur dari hati. Namun, terakhir kali, dia terlihat sangat serius."

Zoe mengubah posisinya miring menghadap Ayuna yang sedang duduk di sebelahnya. "Kali ini aku yang ingin bertanya kepadamu. Apakah kamu juga menyukai dirinya?"

Ayuna tidak tahu dengan perasaannya sendiri karena ini pertama kali ia menjalani hubungan yang berkaitan dengan cinta. "Aku tidak tahu pasti. Aku juga tidak bisa membedakan suka atau cinta."

Zoe tiba-tiba menepuk jidatnya sendiri. "Oh, shit!"

Ayuna langsung kebingungan dan bertanya dengan wajah polosnya. "Kenapa?"

ROOMMATE  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang