Pangeran Hanbin sudah berusia 5 tahun sekarang, ia tumbuh dengan sangat baik, keluarga yang lengkap, keselamatan yang terjamin, pendidikan yang mumpuni, juga kasih sayang yang melimpah bisa pangeran kecil itu dapatkan
Setelah kelasnya berakhir, pangeran Hanbin di temani oleh pengasuhnya mendatangi seorang pria yang usianya dua tahun lebih tua, namanya Jiwoong
Pria kecil yang waktu itu membuat kekacauan di pesta perayaan kehamilan Ratu. Raja Junho mengizinkannya berlatih bela diri dengan berbagai senjata tajam di istananya, sekaligus menjadi teman bagi putranya
Kebetulan sekali Jiwoong sudah selesai berlatih sesaat setelah pangeran Hanbin sampai
"Kelas anda sudah selesai, pangeran?" Jiwoong bertanya dengan ramah
Jiwoong baru berusia 7 tahun, tapi ia sudah di ajarkan untuk menghormati seluruh keluarga Raja, termasuk pangeran Hanbin yang usianya lebih muda
"Sudah, meski sedikit membosankan pelajaran hari ini.." Hanbin kecil mengeluh
"Kalau bosan anda bisa datang kemari dan berlatih bersamaku, pangeran!" Jiwoong berujar
"Tidak mau! Ibu akan menangis jika aku terluka meski hanya sedikit, Bisa-bisa aku di kurung dalam kamar karena ibu tidak mengizinkannya! Lagipula kau akan menjadi pengawal ku kelak, jadi untuk apa aku berlatih bela diri?" Pangeran Hanbin memberi alasan panjang lebar
Jiwoong hanya terkekeh, memaklumi sang pangeran kecil yang belum mau berlatih bela diri bersamanya. Lagipula yang tadi ia katakan benar
"Pangeran, sudah waktunya makan siang!" Pengasuh pangeran yang sejak tadi memperhatikan keduanya mulai bersuara
"Aku ingin makan bersama Jiwoong!" Pangeran Hanbin memandang pengasuhnya penuh mohon
"Tentu, pangeran!" Jawabnya mengalah. Lagipula wanita itu tidak bisa menolak keinginan pangerannya, jika pangeran sampai menangis bisa-bisa ia akan kehilangan pekerjaan saat itu juga
"Hore, ayo Jiwoong!" Pangeran Hanbin dengan semangat menarik lengan Jiwoong untuk ikut bersamanya
Pangeran membawa Jiwoong agar bisa makan satu meja bersamanya, di istana yang megah ini hanya Jiwoong yang bisa ia jadikan teman
"Apa kau punya teman lain di dekat rumahmu, Jiwoong?" Pangeran Hanbin bertanya dengan mulut yang terus mengunyah makanan
"Ada, dia sangat lucu dan juga menyenangkan, aku sangat suka padanya!" Jiwoong menjawab dengan semangat
"Waah, bolehkah aku bertemu dengannya?" Mata pangeran semakin berbinar begitu antusias ingin bertemu dengan teman yang diceritakan Jiwoong barusan
"Tapi orang luar tidak boleh masuk ke istana.. Kau juga tidak boleh keluar istana tanpa izin Raja!"
Wajah pangeran menjadi murung mendengar penuturan Jiwoong. Benar juga, ayahnya tidak mungkin mengizinkan Hanbin pergi jika bukan karena masalah yang besar
"Tapi kau tenang saja, jika nanti sudah besar aku akan membawanya ke istana. Dia bilang impiannya adalah bekerja di sini!" sambung Jiwoong, membuat senyum cerah kembali terukir di wajah tampan pangeran
"Benar ya! Kau harus janji!"
Jiwoong mengangguk mengiyakan
Tak terasa mereka sudah menghabiskan makan siang yang tadi terlihat begitu banyak di atas meja
"Ayo main!" ajak sang pangeran
"Tidak bisa, pangeran! Aku harus melanjutkan latihan!" Jiwoong menolak halus keinginan Hanbin
"Yaah.." Pangeran Hanbin tertunduk lesu, padahal dia ingin bermain lebih lama, menanyakan sosok teman Jiwoong yang tadi mereka bicarakan
"Pangeran?"
Pangeran mendongak mendapati wanita cantik yang melahirkannya tengah berdiri di depannya
"Kenapa tidak membiarkan Jiwoong melanjutkan latihannya?" Ratu berjongkok menyamai tingginya dengan sang putra
"Aku ingin bermain bersama Jiwoong, ibu!" terdengar rengekan dari si pangeran kecil
Ratu Yoona tersenyum, ia usap kepala putranya kemudian berujar lembut "Jiwoong punya tugas untuk dia kerjakan, itu juga untuk keselamatan pangeran di masa depan! Tidak boleh membuat Jiwoong menunda tugasnya!"
"Tapi aku ingin bermain..!" Pangeran Hanbin masih merengut
"Bagaimana kalau bermain bersama ibu?" tawar sang ibu
"Apa boleh?" Hanbin memandang ibunya penuh binar
"Tentu saja, asal biarkan Jiwoong melakukan tugasnya!" Ratu Yoona bernegosiasi dengan putranya
"Baiklah! Jiwoong aku akan bermain bersama ibu, kau boleh pergi berlatih sekarang!" Hanbin beralih menatap Jiwoong
"Baiklah.. Aku permisi Yang Mulia!" Jiwoong membungkuk untuk kemudian mengundurkan diri
Ratu Yoona dengan telaten menemani pangeran Hanbin bermain, kadang banyak pertanyaan acak yang diucapkan pangeran kecil ini, dan Ratu harus pandai menjawab
•
•
•Lain orang lain pula kehidupan yang dijalaninya. Disini, di sebuah gubuk di kaki gunung, anak laki-laki bernama Hao harus menjalani hari-harinya tanpa keluarga yang lengkap, tanpa pendidikan, dan tanpa kasih sayang banyak orang
Setiap hari Hao harus bangun pukul 6 pagi, bergegas mandi dengan air dingin, kemudian sarapan, Hao pun tidak bisa memilih dia harus makan apa, yang jelas dia harus makan sayur agar kuat
Setelah sarapan Hao harus bergegas latihan fisik, dari yang ringan sampai yang berat, tak peduli dengan tubuh kecilnya yang menjerit kesakitan
Latihan fisik sampai siang, untuk kemudian dilanjutkan dengan makan siang sembari mendengarkan cerita ibunya.. Haa ibu ya?
Wanita yang tinggal bersama Hao ini memang bukan ibu kandungnya, tapi Hao sudah menganggapnya ibu dari dulu
Raja Junho adalah ayahnya, Hao tau itu karena wanita ini yang mengatakannya. Bagaimana bisa seorang ayah menginginkan kematian untuk putranya sendiri? Untung saja ada Suji di hari itu, wanita yang menyamar menjadi pelayan istana dulu, kemudian berhasil membawa pangeran yang hampir mati pergi bersamanya. Hingga sekarang mereka masih tinggal bersama, dengan Hao yang menganggapnya sebagai ibu dan orang paling berjasa
Sekarang hidupnya hanya dipenuhi dendam, semua anggota keluarga Raja harus mati ditangannya, dia akan rebut apa yang seharusnya menjadi miliknya kelak
"Ibu.. Apa saudara kembar ku itu, mendapat rasa hormat dari semua orang disana? Apa dia merasakan hidup begitu sempurna disana? Apa dia ingat pada saudara kembarnya?" tatapan Hao begitu dingin dan penuh kemarahan
Suji tersenyum miring, kebencian sudah mendarah daging dalam diri Hao. Suji berjanji akan terus menggiring Hao hingga dendam mereka terbalas
"Kau harus rebut itu semua darinya! Kehidupan amat sempurna yang dimiliki semua orang di istana itu, kau harus merebutnya, putraku!" Suji semakin menghidupkan api dendam dalam diri Hao
"Aku berjanji akan membawamu kesana, dendam kita bersama, akan terbayar tuntas, ibu!"
Anak sekecil ini, sudah mengerti apa itu balas dendam.. Wanita ini benar-benar meracuni pikiran Hao. Hao kecil ini tidak bersalah, Raja Junho yang terlalu tergesa-gesa mengambil keputusan, hingga tanpa sadar kini darah dagingnya itu tengah berlatih keras, untuk mencoba menghabisi nyawanya. Keadaan seakan berbalik, Raja Junho yang pernah merencanakan pembunuhan untuk putranya, kini putranya yang seharusnya tidak hidup di dunia malah sedang merencanakan pembunuhan padanya
Suji tersenyum kemudian mengusap kepala Hao sayang
"Ada ibu, kau tidak sendirian, Hao! Ibu ada di pihak mu! Lakukan secara perlahan, ibu yakin kita yang akan menang!" Suji meyakinkan
Hao balas senyuman wanita yang sudah mengasuhnya selama ini. Di dunia ini, hanya perkataan Suji yang akan ia turuti, meski perkataannya terdengar mustahil sekalipun
__________________________________
Hao kecil-kecil ngeri juga ya!! Gara-gara siapa ini hayo?? Ajaran suji atau tindakan Raja yang tergesa-gesa?
Intinya Hao ini bertingkah dewasa tidak sesuai dengan usianya ya, mangkanya bisa kejam banget pikirannya, kasus seperti ini juga termasuk gangguan mental gak sih??
KAMU SEDANG MEMBACA
KINGDOM
Historische Romane-berlatar belakang kerajaan Joseon -perebutan kekuasaan -pertumpahan darah -keegoisan -cinta segitiga *ada unsur bl,, tapi dikit *tpi yg namanya bl tetep aja bl *cerita gak ada sangkut pautnya sama sejarah yg terjadi di Kerajaan Joseon,, ini hanya s...