14.Trio Kampret

503 29 6
                                    

Happy Reading 💙.

*
*
*

Keina terdiam melihat pemandangan di depannya, dia benar benar membeku ketika melihat sahabatnya menjadi tameng untuknya, bahkan dia rela terluka karena ingin melindunginya.

"Berani banget Lo mau ngelukain sahabat gue!"

"CIA."

Kaki Pinka sudah bersiap untuk melangkah mendekati Cia, tetapi cekalan di tangannya membuatnya memutar tubuhnya. Gelengan kepala dari Yenara membuatnya mengurungkan niatnya untuk mendekati Cia.

"Cia nggak selemah itu."

Pinka hanya mengangguk, untuk sekarang lebih baik dia diam dan melihat sahabatnya berdebat dengan anak anak sekolah lain yang ada di luar gerbang. Karena emosi sudah menguasai tubuh Cia, dan itu bukan hal yang baik. Jika dia nekat mendekati Cia maka sahabatnya itu akan lebih tak terkendali.

"Kalian pergi sekarang atau gue bawa kalian ke polisi," tekan Cia yang mengepalkan tangannya menahan rasa sakit di kepalanya yang bocor.

"Kita nggak akan pergi sebelum Ryan keluar!" geram salah satu dari mereka yang Cia yakini itu adalah ketuanya.

"Selesaikan masalah kalian di luar sekolah, jangan mengganggu ketenangan sekolah lain hanya karena dendam kalian." Cia memegang kepalanya yang sekarang berdenyut nyeri.

Lemparan batu itu cukup kuat mengenai kepalanya. Bahkan baju putihnya telah berubah warna menjadi merah darah.

Cia membalikan tubuhnya untuk pergi, tapi belum juga melangkah dorongan kuat sudah dia dapat dari seseorang yang menerobos masuk ke area halaman sekolah.

Tawuran tak bisa lagi di hindari, semua yang ada di luar gerbang telah menerobos masuk, menumbangkan satpam yang sedari tadi berusaha menahan pergerakan mereka. Mereka mulai menyerang semua orang yang ada di halaman sekolah termasuk troublemaker girls dan kelima pangeran es yang sedari tadi hanya diam menyaksikan.

"Cia," panggil Alka yang sudah ada di dekat Cia, dia membantu Cia untuk berdiri. Melihat banyaknya darah yang mengalir dari kepala Cia membuat tensinya naik.

Mata Alka menyorot seseorang yang telah mendorong Cia. Dengan sekali hentakan laki laki itu sudah terkapar karena tenaga Alka yang tidak main main.

"Mati Lo sialan!"

Kondisi semakin kacau, bahkan banyak murid menjadi korban, hanya karena satu murid pengecut, membuat banyak orang yang tidak bersalah terkena imbasnya.

"Leon kenapa makin kacau begini."

"Gue juga nggak tau."

"Ini guru pada budeg apa ya, ada tawuran besar kaya gini tapi nggak ada satupun dari mereka yang keliatan batang hidungnya," dengus Ziva dengan tangan yang terus menangkis serangan dari mereka.

"Ziva fokus!"

Tubuh Ziva terpental cukup jauh ketika satu tendangan kuat mengenai perutnya.

"Brengsek!"

Bugh

Bugh

Bugh

"Makannya fokus Ziva, musuh ada di mana mana tapi Lo ngedumel mulu," cibir Leon yang sekarang membantu Ziva berdiri, setelah tadi dia memukul telak orang yang menendang Ziva. 

"Pacarnya luka bukannya di tanya keadaanya malah di marahin," dengus Ziva tanpa sadar yang membuat senyum tipis terbit dari bibir Leon.

"Dasar aneh." Ziva melangkahkan kakinya meninggalkan Leon yang masih terdiam di tempatnya dengan senyum yang belum luntur.

Troublemaker girls (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang