24. Kembali memakan korban

62 2 0
                                    

Happy reading 💙

*
*
*

Suasana hening menyelimuti seisi cafe yang ramai, hanya karena 5 manusia yang saling diam membuat ramainya cafe tidak terasa. Sudah hampir setengah jam kelima manusia ini hanya diam tidak mengucapkan apapun. Bahkan Luiva sampai habis 2 jus jeruk dan 1 cake lava.

"Sebenernya apa mau kalian sih? Tadi maksa maksa buat ngomong sama gue, sekarang malah diem kaya orang bisu," cibir Luiva kepada 3 laki laki yang tadi mendatanginya ke makam Ziva.

Rey dan dua sahabatnya memang mengikuti Luiva. Mereka tidak sengaja melihat Luiva bersama seorang lelaki, maka dari itu mereka memutuskan untuk mengikuti Luiva. Mereka sempat memohon mohon kepada Luiva untuk berbicara kepada mereka, pasalnya tadi Luiva tidak ingin berbicara dengan mereka dan memaksa pergi. Tapi pada akhirnya Luiva mau berbicara setelah mereka berlutut di hadapan Luiva.

"Gue mau minta maaf soal waktu itu," ucap Rey. Setelah bungkam cukup lama akhirnya Rey berani membuka mulut. Dia sedikit bergetar di tatap begitu intens oleh laki laki yang mengaku sebagai kakak dari Luiva.

"Cuma itu? Nggak penting banget anjir, mending gue ngobrol sama Ziva aja tadi. Meskipun nggak ada balasan tapi nggak kebuang sia sia waktu gue karena ngomongin hal yang nggak penting, ayo kak pergi." Luiva menarik tangan sang kakak untuk pergi, tapi belum berdiri sempurna Rey mencekal tangan Luiva yang kosong.

Luiva menatap Rey tidak suka. Dengan kasar Luiva menepis tangan Rey hingga terlepas dari tangannya.

"Pliss dengerin kita dulu," mohon Rey dengan melas.

Baru kali ini seorang Reynand yang terkenal akan kedatarnnya memohon kepada seorang gadis di depan banyak orang. Entah sudah hilang kemana harga dirinya yang selama ini dia jaga. Demi maaf dari seorang gadis yang dia sayangi, dia rela menurunkan egonya dan harga dirinya sampai jatuh sejatuh jatuhnya.

Luiva menghela nafasnya kasar, lalu dia kembali duduk dan melepaskan pegangannya pada tangan sang kakak.

"Gue kasih kesempatan ke kalian, sekarang ngomong sebelum gue berubah pikiran." Rey tersenyum tipis mendengar penuturan Luiva.

"Gue minta maaf karena waktu itu ninggalin lo di lapangan, gue nggak bermaksud begitu-"

"Terus maksud kamu apa? Meninggalkan Luiva di tengah lapangan dengan kondisi kacau hanya karena ancaman murahan dari temanmu itu!" cecar Gala memotong ucapan Rey. Sejak tadi dia hanya diam karena permintaan dari Luiva, tapi mengingat betapa teganya teman teman adiknya ini menyiksa dan meninggalkan Luiva dalam keadaan kacau membuatnya tidak bisa menahan amarahnya lagi.

Luiva mengelus tangan kakaknya lembut guna menenangkan sang kakak yang sedang meluapkan amarahnya.

"Maafin gue karena gagal jadi pelindung lo Luiva, maafin gue yang ingkar janji sama ayah." Rey berlutut kembali di hadapan Luiva memohon ampun, begitupun dengan Keenan dan juga Edgar yang mengikuti Rey.

Luiva melebarkan matanya melihat sikap ketiganya, dengan cepat Luiva membangunkan mereka dengan sedikit paksaan. Pasalnya mereka tetap kekeh berlutut.

"Gue bukan ratu anjir jangan berlutut begini, aduh malu gue. Bangun nggak kalian kalo nggak gue siram pake saos nih." Gala menepuk dahinya pelan, bisa bisanya di situasi haru seperti ini adiknya masih bertingkah konyol.

Ketiganya akhirnya berdiri setelah Luiva benar benar mengangkat saos yang ada di meja. Sebelum tubuh mereka penuh dengan cabe cair itu lebih baik mereka bangun.

"Gue maafin kalian, udah ya jangan kaya gitu lagi pake berlutut segala, kalian pikir gue berhala yang di sembah," cibir Luiva.

Tolong ini adik siapa, Gala baru sadar jika adiknya sekonyol ini. Bukannya jual mahal malah bertingkah konyol seperti ini.

Troublemaker girls (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang