19. Bukti

219 8 0
                                    

Happy Reading 💙.

*
*
*

Di sebuah ruangan yang berdominan hitam sudah di penuhi oleh 2 organisasi dunia bawah yang tidak ketahui oleh banyak orang.

Di depan mereka ada 1 gadis yang berdiri dengan tegas, tatapan matanya lurus ke depan tanpa rasa takut. Padahal sebentar lagi mereka akan melakukan pemeriksaan besar besaran yang mungkin akan membuat trauma gadis itu kambuh.

"Kalian siap?" tanya nya yang di balas anggukan kepala mantap dari semua orang.

Setelahnya mereka pergi menuju sebuah tempat yang dulunya terjadi pembantaian satu keluarga oleh manusia biadap yang tidak memiliki hati.

Hanya ada enam gadis dan enam laki laki yang merupakan anggota inti dari masing masing organisasi yang berada di rumah pembantaian itu. Luiva merasakan perasaan yang aneh sedari tadi, jadi untuk berjaga jaga dia mengirim semua anggota Fiore Mortale dan Dangerous Family untuk ke rumahnya.

"Lo nggak papa?" tanya Cia cemas. Melihat kegelisahan Luiva membuat Cia juga merasa cemas kepada sahabatnya. Pasalnya dia tau jelas jika sahabatnya ini memiliki trauma, dia hanya takut trauma sahabatnya ini akan kambuh jika melihat tempat yang dulu membuat sahabatnya berteriak melampiaskan sesak.

"Gue nggak papa tenang aja." Luiva tersenyum menatap Cia, dia tau sahabatnya ini khawatir padanya.

Mereka berpencar mencari sesuatu yang mungkin bisa menjadi petunjuk.

Ruangan ini sangat berbau amis, seperti ada darah yang belum lama terbuang di sini.

"Lui!" teriak Ziva, sang empunya nama menghampiri sumber suara dengan terburu buru.

Sebuah sepatu usang yang sudah sedikit rusak dengan bekas darah yang mengering. Hanya 1? Lalu yang sebelahnya ada di mana?

"Gue kaya kenal sama sepatu ini," kata Pinka tiba tiba, gadis itu mengambil sepatu yang ada di tangan Luiva lalu menelitinya lagi.

Tidak salah lagi!

"Ini sepatu Papah!" Mereka bertiga saling bertatapan, Pinka mengangguk mantap melihat tatapan Luiva yang meminta kepastian.

"Gue pernah liat sepatu ini di kamar Papah dulu, tapi sepatunya cuma 1, ketika gue tanya sepatu yang sebelahnya di mana, Papah bilang hilang entah ada di mana," jelas Pinka yakin.

Bruk.

Ketiganya terjengkit kaget mendengar suara barang jatuh, lalu dengan segera mereka berlari menuju sumber suara yang ternyata berasal dari Yenara dan Keina.

"Ada apa?" tanya Luiva cemas. Matanya menangkap setetes darah di jari sahabatnya.

"Tangan lo!"

Keina menunduk menatap jarinya yang terluka.

"Kita harus pergi sekarang!" pekik Keina tiba tiba.

Mereka bingung melihat ekspresi Keina yang terlihat ketakutan.

"Kenapa?"

Tanpa peduli pertanyaan Pinka yang baru saja di lontarkan, Keina dan Yenara menarik ketiga sahabatnya untuk menuju ke yang lainnya.

"PERGI DARI SINI SEKARANG!"

Mendengar teriakan Yenara yang begitu menggelegar tanpa pikir panjang mereka ikut berlari di belakang kelima gadis yang juga berlari.

"Ada apa sih Kei?!" tanya Ziva kesal, pasalnya sedari tadi dia di tarik seperti kambing oleh sahabatnya tanpa tau alasannya.

"Ada apa?" tanya Rey yang baru saja keluar dari bangunan itu.

Troublemaker girls (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang