15.Gelang Gitar

505 29 0
                                    

Happy Reading 💙.

*
*
*

"Ssttt pelan pelan Kei."

"Diem." Luiva meringis menatap tatapan tajam yang di lontarkan oleh Keina.

"Lagian kalian ngapain sih manjat pohon mangga Pak Kino, udah tau pak Kino galaknya kaya apa, terus itu anjing juga nggak kalah galak," cibir Keina yang semakin menekan luka pada tangan Luiva.

"Ssstt sakit anjir Kei, ya kan kita pengen makan mangga," jawab Luiva dengan ringisan akibat Keina.

"Di toko buah ada mangga Luiva, ngapain susah susah nyolong mangga," timpal Yenara yang sedang mengobati luka Ziva.

"Kalo ada yang lebih susah kenapa harus yang mudah." Ziva menepis tangan Yenara yang menekan luka nya kuat.

"Arghhh sakit Nar, gila lo nekennya kenceng banget," teriak Ziva. 

"Mampus."

"Kena karma kalian, akibat nyolong mangga jadinya begini," sindir Cia kesal.

"Ngapain sih telfon," gumaman Ziva terdengar jelas di telinga Keina, dia melirik hp Ziva yang mendapat panggilan dengan nama Leon yang tertera di layar hpnya.

"Ekhem, angkat dulu telfon suami Lo nanti ngamuk lagi kalo di cuekin."

Ziva melotot tajam ke arah Keina, perkataan Keina baru saja membuat yang lain menatap Ziva.

"Lo udah nikah ?" tanya Luiva yang membuat Ziva semakin kesal.

"Matamu," balas Ziva dengan sarkas.

"Mulut lo mau gue gampar Kei ?" sembur Ziva yang tidak membuat Keina takut, justru gadis itu tertawa pelan mendengarnya.

Dengan perasaan dongkol Ziva pergi ke kamarnya, yang lain merasa bingung ada apa sebenarnya dengan Ziva, Luiva menatap Keina meminta penjelasan.

"Leon."

Sejak kapan Ziva dekat dengan Leon ? Tunggu! Bukankah mereka adalah musuh sekarang ?

Keina menatap sahabatnya ketika menyadari sesuatu. Dengan cepat mereka pergi menuju kamar Ziva untuk mendengar apa yang di bicarakan Ziva dengan Leon.

Sekarang ini Ziva sedang misuh misuh dengan ponsel yang menempel di telinganya. Bagaimana tidak kesal jika Leon terus menelfon nya padahal dia sudah menolaknya berkali kali, dan yang membuat dia tambah kesal adalah alasan Leon yang tidak jelas mengapa laki laki itu menghubunginya. Untung saja Keina sedang eror, jadi dia tidak bertanya banyak hal kenapa laki laki ini menghubunginya.

"Apaan sih bangsat, lo nggak jelas banget," seru Ziva, di balik telfonnya ada seseorang yang terkekeh pelan mendengar kekesalan pacarnya. 

"Gue cuma mau denger suara pacar gue, emangnya salah ?"

"Suara gue emang merdu tapi bisa nggak sih lo jangan ganggu gue kalo gue lagi di rumah hah!, gue udah kasih tau kan, kalau lo dan sahabat lo itu udah jadi musuh gue dan sahabat gue sekarang. Jadi tolong jangan hubungin gue ketika gue di rumah, gue nggak mau mereka curiga sama hubungan kita."

"Lo pacar gue, jadi suka suka gue!" tekan Leon yang terdengar tidak suka dengan ucapan Ziva baru saja.

Ingin sekali rasanya Ziva menggetok kepala Leon dengan kayu. Kenapa laki laki ini tidak mengerti situasi.

"Bodoamat deh Leon, gue mau tidur bye." Ziva menurunkan ponselnya dari telinganya, lalu tangannya dengan cepat mematikan telfon Leon, tapi tangannya kalah cepat dengan Leon yang kembali berucap.

"Tunggu."

"Apa lagi," geram Ziva yang sedikit lelah dengan tingkah Leon. 

"Besok berangkat bareng gue," tutur Leon.

Troublemaker girls (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang