25. Akhir dari semuanya.

62 2 0
                                    

Happy reading 💙

*
*
*

"LEPAS BAJINGAN!" Cia terus memberontak dalam dekapan sang ayah.

Lyro tidak mendengar teriakan putrinya, dia berusaha untuk memasukan sebuah pil ke dalam mulut Cia. Pil yang jika di minum akan membuat peminumnya kehilangan nyawa dalam waktu yang singkat.

Dor

Perkelahian mereka terhenti sesaat ketika suara tembakan terdengar. Di ambang pintu ada seorang gadis dan keempat lelaki yang menjaganya berdiri dengan senjata di tangan masing masing.

"Luiva," lirih Yenara yang sudah babak belur akibat pukulan Papahnya.

Luiva berjalan dengan langkah tegasnya.

"Kalian telah mengingkari janji kalian! Kalian bilang tidak akan melukai mereka jika saya mengikuti mau kalian!"

Ketiga sahabatnya yang mendengar itu mendadak diam, apa maksud Luiva?

Suara kekehan terdengar dari Bintang.

"Dan bodohnya kau percaya?"

"Benar. Bodohnya saya percaya dengan para manusia berhati iblis yang menjijikan," geram Luiva.

"Apa salah saya? Apa salah keluarga saya? Apa salah anak anak kalian sampai kalian dengan teganya membunuh mereka!" sentak Luiva.

Suara kekehan kembali terdengar, kalo ini dari Lyro.

"Mereka semua tidak bersalah, hanya saja terlalu menghalangi tujuan kami."

"Apa sebenernya tujuan kalian!"

"Menghabisi seluruh nyawa yang mengancam kami hahaha." Bintang menimpalinya dengan seringai

Tiba tiba saja Luiva tertawa keras, membuat mereka menatap Luiva dengan bingung. Apa anak ini gila?

"Bahkan kalian takut dengan kami yang kalian anggap bocah!" ejek Luiva yang membuat keempat pria ini menggeram marah.

"Terserah apa katamu bocah, tapi yang pasti, kau tidak akan bisa menghentikan kami!"

"AKH."

Luiva menolehkan atensinya ketika suara Keina terdengar seperti kesakitan. Keina seketika tumbang ketika sebuah pisau menembus jantungnya.

"Maaf," lirih Keina sebelum kehilangan kesadarannya untuk selamanya.

"KEINA." teriak ketiga gadis.

Tangan Luiva mengepal kuat, lagi lagi pria biadap ini membunuh sahabatnya.

"MATI KALIAN!"

Dor

Dor

Dor

Suara tembakan terus bersahutan di dalam rumah besar ini.

Luiva bergerak lincah ketika sebuah peluru terus mengincarnya, sesekali dia meluncurkan tembakannya ke arah para pria biadap. Namun dengan liciknya mereka menggunakan tubuh putrinya sebagai tameng mereka.

"LUIVA ANAK BUAH MEREKA SEMAKIN BANYAK!" teriak Rey yang masih melawan anak buah dari para pria biadap.

Seakan tuli Luiva terus saja menyerang Papah dari Keina. Terlalu fokus dengan satu objek hingga tidak sadar jika sebuah peluru sedang mengarah ke arahnya.

"LUIVA AWAS!"

Pergerakan Luiva terhenti ketika seorang gadis memeluk dirinya untuk menjadi tameng tubuhnya.

DOR

"Cia," lirih Luiva melihat Cia yang sudah ambruk dengan bersimbah darah ke dalam pelukannya.

Lagi lagi dia harus kehilangan seseorang karena menjadi pelindungnya. Berhadapan dengan darah orang tersayangnya sangatlah menyakitkan terlebih sebabnya adalah orang yang sama. 

Troublemaker girls (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang