Telulas

507 79 9
                                    

Part ini sedikit panjang dan drama ya guys. Semoga kalian tidak bosan 😉

🌼

Selama di perjalanan menuju rumah Minggo, Mina dan Lisa saling bertukar cerita. Lisa bercerita pada Mina kalau kemarin dia ditolak Minggo dengan alasan tidak boleh pacaran sama bapaknya, padahal Lisa juga yakin Minggo suka padanya. Walaupun mereka baru dekat seminggu tapi feeling Lisa selalu benar.

Mina hanya tersenyum mendengar cerita Lisa. Sebenarnya Mina juga tau perasaan Minggo ke Lisa tapi Mina memilih diam biar mereka yang menyelesaikan urusan hati mereka sendiri.

Tapi Mina menceritakan detail kenapa Paman Wijaya, ayah Minggo menjadi strict parents padahal kata Mina dulunya pamannya tidak seperti itu.

Jadi Kakek Minggo punya 3 orang anak yaitu:
Pak Wasta punya anak bernama Mas Mirza
Pak Wahono ayah Mina. Dan yang terakhir
Pak Wijaya ayah Minggo. Mereka semua tinggal di Solo. Kecuali Pak Wahono pindah ke Jakarta saat menikahi Ibu Mina.

Mas Mirza berusia 3 tahun lebih tua dari Mina dan Minggo. Pada saat Minggo kelas 1 SMP keluarganya pindah ke Jakarta. Pak Wijaya diminta kakek Minggo untuk menghandle pabrik batik mereka yang di Jakarta. Nah, karena dari awal Mas Mirza ingin banget merasakan kehidupan di Jakarta dia memohon kepada orangtuanya untuk ikut pamannya pindah ke Jakarta. Karena terus merengek dengan berat hati Pak Wasta dan istrinya mengijinkan Mas Mirza ikut Pak Wijaya. Toh lagian di Jakarta ada Pak Wijaya dan Pak Wahono yang akan menjaga Mirza jadi tidak ada yang perlu di khawatirkan. Begitulah pikir Pak Wasta saat itu.

Nah tiba juga saat kepindahan Pak Wijaya sekeluarga beserta Mirza ke Jakarta. Semuanya berjalan baik. Baik Minggo ataupun Mirza juga bisa beradaptasi dengan baik di sekolah barunya. Saat itu Mirza kelas 1 SMA. Dengan bantuan Mina, Minggo dan Mirza bisa bersosialisasi dengan cepat dan memiliki banyak teman. Minggo dan Mirza yang memang tampan dan supel sangat populer di sekolahnya. Btw SMP dan SMA mereka bertiga itu di sekolah yang sama hanya beda gedung saja.

Awalnya Pak Wijaya juga sosok orangtua yang santai dan gaul. Dia juga tidak memberi batasan baik pada Minggo ataupun Mirza dalam kehidupan mereka. Mereka bebas melakukan apa saja. Pak Wijaya hanya selalu berpesan agar tidak lupa sholat dan selalu takut Tuhan. Itu saja. Pak Wijaya memberikan kepercayaan penuh pada Minggo dan Mirza.

Setahun berlalu sejak kepindahan mereka di Jakarta. Dari yang awalnya baik tiba-tiba terjadi perubahan pada Mirza. Mirza sering pulang larut bahkan pernah pulang pagi karena dugem. Beberapa kali Mirza juga pulang dalam kondisi mabuk. Pak Wijaya juga sering dipanggil ke sekolah karena Mirza sering bolos. Pak Wijaya sudah ribuan kali menasehati Mirza tapi Mirza hanya berubah beberapa hari setelah itu kembali menjadi anak badung. Pak Wijaya juga sudah mengkomunikasikan kepada Pak Wasta tentang perubahan pergaulan Mirza. Lalu dengan ancaman dari Pak Wasta akan menarik semua fasilitas Mirza dan memulangkannya kembali ke Solo, Mirza menjadi sedikit bisa dikendalikan.

Yah memang benar Mirza kembali baik seperti dulu. Mungkin hanya saat Sabtu malam saja dia akan pamit pulang sedikit larut. Pak Wijaya yang menilai Mirza sudah berubah pun mengijinkan. Mirza juga diketahui sudah tidak membolos lagi. Pak Wijaya sudah lega melihat keponakannya tidak lagi terjerumus dalam pergaulan yang kurang baik.

Tapi ternyata semua salah.
Di suatu malam tiba-tiba Mirza datang bersama seorang gadis yang diketahui pacar Mirza bernama Nadin. Mirza mengatakan Nadin hamil dan sudah 3 bulan usia kehamilan Nadin padahal pada saat itu mereka masih kelas 2 SMA. Bagai disambar petir Pak Wijaya begitu kaget mendengarnya. Bagaimana bisa dia kecolongan mengawasi Mirza. Setelah pengakuan Mirza, Pak Wijaya menelepon Pak Wasta ayah Mirza. Pak Wasta sampai terkena serangan jantung saat pertama mendengarnya.

Setelah Pak Wasta sembuh, Pak Wasta sekeluarga datang ke Jakarta untuk mencari solusi. Dan akhirnya memutuskan untuk menikahkan Mirza dan Nadin. Orangtua Nadin saat itu tidak menyetujui kalau anak mereka harus di bawa ke Solo. Alhasil akhirnya Mirza dibelikan rumah untuknya dan Nadin di Jakarta. Mirza diminta tetap bersekolah seperti biasanya dan Nadin akhirnya diputuskan untuk homeschooling agar tidak tertinggal. Semua biaya hidup mereka ditanggung Pak Wasta. Sebelum Pak Wasta balik ke Solo dia menitipkan kembali Mirza pada Pak Wijaya dan Pak Wahono.

MENGEJAR CINTA MAS KIMING | END |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang